Dari pembacaan itu, ternyata sebuah teks resensi bisa membantu penonton untuk memahami kesan mendalam dari sebuah film. Dengan mengambil sudut pandang tertentu, ulasan film mampu menunjukkan sisi menarik dari sebuah produk sinematik. Bahkan, tulisan jenis itu mampu menambah wawasan pembacanya dengan pelbagai alternatif pemaknaan.
Resensi bergaya tafsiran
Atas bantuan teks resensi itu, saya tidak hanya mendapati panduan menonton film yang biasanya berkisar pada kelebihan dan kekurangannya, tetapi juga beroleh tafsiran yang berisi penjelasan atau interpretasi atas film. Dalam resensi bergaya tafsiran seperti itu, saya menemukan keasyikan saat membacanya, meski tidak sedikit terselip bocoran cerita di dalamnya.
Saat membacanya, saya pun menyadari bahwa tidak ada tafsiran tunggal atas sebuah film. Status film yang merupakan karya seni tentu memungkinkan peresensi untuk menulis ulasan secara subjektif. Sebab, seni tidak menuntut penilaian yang absolut. Namun begitu, saya meyakini, meski disusun secara subjektif, sebuah ulasan tetap harus memuat pertimbangan yang adil.
Maka wajar jika kemudian ada isi resensi film yang mengutarakan penjelasan dan argumentasi yang sesungguhnya jauh dari niat sang pengarah film. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar selama peresensi mampu menunjukkan bukti yang memadai atas argumentasinya itu. Di situlah letak keadilan dalam memberikan pertimbangan pada sebuah ulasan.
Akhirnya, saya mengetahui, resensi film rupanya tidak hanya menyampaikan panduan menikmati tontonan, tetapi juga memberikan wawasan konteks dan pemaknaan yang segar atas sebuah karya. Pada resensi yang seperti itu, saya yakin, penikmat film yang pernah mengalami kebingungan seperti saya dulu saat menonton film Buried dapat beroleh pemahaman atau sudut pandang baru dalam melihat dan menilai karya sinematik. Dan resensi semacam itu tentu akan tampak menarik bagi para penikmat film yang hobi membaca teks ulasan. (asw)
