Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Gintama 2", Kritik Sosial dari Pekerja Serabutan Penyelamat Negeri

5 November 2018   12:49 Diperbarui: 6 November 2018   08:02 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seri komik Jepang Gintama, di Indonesia, tentu kalah populer kalau dibandingkan dengan One Piece dan Naruto. Tetapi yang menarik dari manga ini adalah capaiannya. Gintama sudah banyak beralih wahana.Sejak pertama kali muncul di Majalah Weekly Shonen Jump pada 2003, seri shonen manga ini dialih-wahanakan menjadi seri film anime dari 2005 hingga 2015. 

Pada 2006, Gintama punya versi novelnya. Tahun lalu, versi live-action-nya tayang di bioskop mancanegara termasuk Indonesia. Dan permainan videonya pun ada. Soal popularitas, di Jepang, komiknya dicetak sebanyak 50 juta kopi. Penjualannya pun mencapai 55 juta kopi. 

Seri manga ini bahkan menjadi salah satu yang terlaris, mengalahkan Ranma1/2, Inuyasha, Crayon Shin-chan, dan Death Note. Khusus untuk film live-action perdananya, Gintama, pada 2017, konon pendapatannya mencapai Rp 473 miliar. 

Gintama menjadi film paling laris di Jepang pada tahun itu. Tentu pencapaian tersebut bikin penasaran. Apa istimewanya Gintama? Lewat live-action keduanya: Gintama 2: Rules Are Made to Be Broken, kita diajak berkenalan lebih lanjut. 

Bermula di akhir Zaman Edo, bangsa Alien bernama Amanto (Makhluk Langit) menginvasi Jepang. Para samurai tidak tinggal diam: membalas serangan lawan. Empat jenderal memimpin perang, di antaranya Sakata Gintoki, samurai berambut perak, dan Takasugi Shinsuke melawan Alien, tentu perang jauh dari seimbang. 

Pemimpin tertinggi pemerintahan, Shogun, mengambil jalan belakang.Ia mengabaikan perjuangan para samurai dengan pernyataan menyerahnya dan sodoran kontrak perdamaian di hadapan pemimpin Amanto. 

Perang Joui berakhir dengan beberapa syarat, di antaranya, samurai dilarang membawa pedang dan Amanto boleh memasuki wilayah manusia. Pemerintahan Shogun tetap berhak mengawal negeri, tetapi ia hanya sebatas pemerintahan boneka yang sesungguhnya dikuasai Amanto. Beberapa samurai menolak keputusan Shogun. Yang lain menerima.

Sakata Gintoki, Si Iblis Putih, termasuk yang menerima keputusan. Adapun Takasugi Shinsuke masuk barisan "sakit hati" dan mendirikan Kihetai. Kihetai dikenal sebagai kelompok "kriminal" yang berambisi menjatuhkan pemerintahan boneka, Bakufu.  

Aksinya mendapatkan perlawanan dari samurai lain yang tergabung dalam satuan kepolisian, Shinsengumi. Dan cerita Gintama, kebanyakan, berkisar pada bentrokan antar samurai dengan pilihan jalannya masing-masing itu. Lalu apa istimewanya? 

Peran Sakata Gintoki yang bikin istimewa. Pasca Perang Joui, ia memilih hidup sebagai Yorozuya(pekerja serabutan), semacam samurai freelancer (lepas) yang diupah dari jasanya.  Jangan kira si Sakata Gintoki ini hidup bergelimang harta. 

Hidupnya tak lepas dari kejaran dan teriakan ibu kos yang meminta bayaran sewa tempat tinggal. Di sini kekonyolan terjadi. Yorozuya ternyata punya anggota: Kagura dan Shinpachi. Keduanya punya histori dengan Sakata Gintoki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun