Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Max Verstappen dan Ancaman Red Bull Racing atas Dominasi Mercedes-Ferrari

23 Maret 2018   16:11 Diperbarui: 23 Maret 2018   16:19 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman tiga tahun menyetir "jet darat" rupanya sudah cukup bagi Max Verstappen untuk membaca semua aneka lintasan balap. Musim ini, pemuda berusia 20 tahun itu siap menjadi penantang serius bagi Lewis Hamilton untuk perebutan juara dunia Formula 1 (F1).

Indikasinya mulai terlihat kala ia tampil memukau dalam sesi latihan atau free practice (FP) 1 dan 2, Jumat (23/3/2018), di Sirkuit Albert Park, Melbourne yang menjadi arena perdana gelaran balap F1 musim ini.

Catatan waktunya, siang tadi, untuk melahap satu putaran sirkuit, lebih lambat sedikit tinimbang durasi tempuh milik Hamilton.

Memang dalam FP 1, Hamilton adalah rajanya. Catatan waktu tercepatnya, 1:24.026, mengantarkan pembalap kelahiran Britania Raya itu bertengger di posisi teratas.

Di bawahnya ada rekan setimnya Valtteri Bottas yang memiliki catatan waktu lebih lambat 0.551 detik.

Namun Verstappen memberikan kejutan dengan raihan waktu hanya lebih lambat 0.745 detik dari milik Hamilton.

Dengan hasil tersebut, ia punya catatan waktu lebih baik daripada duo pembalap Ferrari, yakni Kimi Raikkonen (0.849 detik) dan Sebastian Vettel (0.969 detik) yang masing-masing ada di pos ke-4 dan 5.

Hasil FP2 lebih mengejutkan lagi. Kendatipun Hamilton mampu memperbaiki waktu tempuh untuk satu kali putaran menjadi 1:23.931, dan tetap berada di posisi puncak, raihan waktu Verstappen cukup ciamik.

Pembalap kelahiran Belgia itu punya catatan waktu hanya 0.127 detik lebih lambat dari raihan milik Hamilton. Sedangkan di bawahnya, secara berurutan ada Bottas, Raikkonen, dan Vettel. Kali ini, Verstappen nyaris melampaui duo pembalap Ferrari dan Mercedes sekaligus.

Anak Muda itu Bernama Verstappen

Bila mengacu pada statistik balap di GP Australia milik Verstappen, ia bisa dikatakan sebagai pembelajar yang cepat. Musim 2015 merupakan tahun pertamanya menjajal "jet darat" F1 di bawah naungan Tim Scuderia Toro Rosso.

Memang saat itu, ia gagal menyelesaikan lomba GP Australia. Namun di musim keduanya, masih bersama tim milik perusahaan minuman berenergi, Red Bull, itu, ia berhasil menutup balap, di Sirkuit Albert Park, di urutan ke-10.

Sementara tahun lalu, Verstappen sukses mengunci posisi ke-5 balapan di GP Australia. Dan tahun ini, ancaman nyata untuk mengejar podium satu mulai terlihat. Setidaknya jika berkaca dari hasil FP 1 dan 2.

Siapa sebenarnya Max Verstappen itu?

Kimi Raikkonen pernah menyebutnya sebagai pembalap yang agresif dan tidak jarang gaya balapnya itu membahayakan pengemudi lain. Tapi Valentino Rossi punya pandangan berbeda. Kehadiran Verstappen di ajang F1, bagi The Doctor, adalah sebuah inspirasi.

Ya, jika dilihat dari sisi usia, Verstappen memang masih "bau kencur". Umurnya baru 20 tahun. Tapi kedatangan pertamanya pada 2015 di balapan F1 langsung membetot perhatian penikmat "jet darat" lewat label pembalap termuda dengan usia 17 tahun 166 hari.

Tentu saja itu bukan kejutan bagi Verstappen. Sebab dunia balap merupakan mainannya sejak kecil. Di usianya yang baru menginjak 4,5 tahun, ia sudah berlaga di ajang Gokar. Motivatornya untuk ikut serta di balapan itu tentu saja orang tuanya.

Ayah Verstappen merupakan mantan pembalap F1 periode 1994-2003, Jos Verstappen. Ibunya adalah kampiun kejuaraan Gokar di Belgia, Sophie Kumpen. Kalau perlu menyebutkan pamannya, Anthony Kumpen, ia merupakan salah satu pembapal NASCAR.

Jadi darah balap memang mengalir dalam tubuhnya.

Di musim perdananya tahun 2015, ia menempatkan diri di posisi ke-12 pada akhir kejuaraan F1. Posisinya melesat ke urutan 5, di musim 2016, setelah pindah dari Tim Scuderia Toro Ross ke Red Bull Racing (RBR) yang sama-sama dimiliki Red Bull.

Meskipun tahun lalu ia hanya berhasil mengunci posisi ke-6, namun raihan itu tidak lepas dari banyaknya insiden yang memaksanya gagal menyelesaikan balap.

Tercatat, ada 7 seri balap yang gagal ia selesaikan, termasuk tiga balapan beruntun di GP Kanada, Azerbaijan, dan Austria.

Tentu saja untuk memuluskan jalan menuju tangga juara F1 itu, Verstappen harus mendapatkan dukungan serius dari para kru di timnya, Aston Martin Red Bull Racing. Keseriusan yang membuahkan sasis anyar untuk mobil dengan sasis bernama RB14.

Memang RBR masih menyimpan kendala dalam pengembangan sasisnya itu. Faktor mesin, karena Ferrari dan Mercedes ogah melepas mesinnya kepada RBR, merupakan satu hal yang mendasar dan perlu solusi terbaik.

Saat ini RBR masih menggunakan mesin TAG-Heuer milik Renault yang dikeluhkan performanya setelah tampil fantastis pada 2010-2013.

Meskipun, belakangan, RBR kepincut dengan mesin Honda yang kini digunakan Tim Scuderia Toro Rosso, mereka baru bisa menggunakannya jika kontrak dengan Renault di akhir musim ini berakhir.

Daniel Ricciardo dan Ancaman Red Bull Racing (RBR)

Tapi tentu saja, RBR bukan melulu soal Verstappen dan mesinnya. Ada nama lain, yang sebenarnya merupakan pembalap pertama RBR.

Dialah Daniel Ricciardo. Usianya terbilang matang, 28 tahun, dan musim ini merupakan tahun balap yang kelimanya bersama RBR.

Sejak 2014, Ricciardo sudah bergabung dengan RBR setelah Mark Webber memutuskan pensiun dari arena balap. Aksinya di musim perdananya bersama RBR itu langsung menempatkannya di posisi ke-3 pada akhir tahun balap.

Posisi yang sama ia ukir pada musim 2016. Namun tahun lalu, ia hanya berhasil menutup akhir musim di urutan ke-9 setelah mengalami 6 kali gagal finish.

Lewat kehadiran dua pembalap itu, Verstappen dan Ricciardo, RBR siap unjuk gigi di musim balap 2018. Bila tidak diantisipasi secara baik oleh Tim Ferrari dan Mercedes, RBR akan merusak dominasi mereka.

Kita tentu tahu RBR punya sejarah juara F1 sebanyak empat musim secara berurutan. Saat itu Sebastian Vettel mampu mengendalikan mobil RBR dengan baik dan mengantarkannya jadi kampiun pada periode 2010-2013.

Itu terakhir kali terjadi lima tahun lalu. Sedangkan pengganti dominasi RBR pada periode 2014-2017 adalah Mercedes lewat pembalapnya Lewis Hamilton (3 kali juara) dan Nico Rosberg (sekali juara).

Empat lawan empat. Ya, itulah rekor "pertemuan" delapan tahun terakhir antara Mercedes dan RBR yang sekaligus membuat tahun 2018 menjadi sungguh istimewa.

Apakah Mercedes kembali menjadi kampiun dan mengungguli RBR dengan lima kali juara secara berturu-turut atau Ferrari, yang sudah empat musim juga berada di urutan kedua, tetiba muncul merusak dominasi Mercedes.

Ah rasanya usia muda dengan agresifitas balap yang tinggi akan jadi pemenangnya. RBR punya karakter itu.

Kombinasi dua pembalap muda Verstappen (20 tahun) dan Ricciardo (28) pasti bisa mengatasi duo Ferrari, Sebastian Vettel (30) dan Kimi Raikkonen (38) serta duo Mercedes, Lewis Hamilton (33) dan Valtteri Bottas (28).

Kalaupun tak mampu melampaui, paling tidak gangguan serius bakal ditunjukkan RBR kontra Mercedes dan Ferrari. Selamat datang musim baru F1 dan selamat mempertontonkan aneka kejutan.

sumber data: redbullracing.redbull.com; crash.net

sumber gambar: formula1.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun