Hingga ia akhirnya bertemu dengan Min (Kim Eui-sung), seorang agen mata-mata rekan Moo-yeol. Pertemuan yang akhirnya mengarahkan Gun-woo pada sebuah rencana pengungkapan aksi kejahatan yang dilakukan oleh penguasa.
Kenapa Gun-woo jadi sasaran empuk pelaku konspirasi? Siapa sosok mirip Gun-woo yang terekam kamera pengawas itu? Dan bagaimana juga Gun-woo akhirnya bisa terus lepas dari kejaran anggota sindikat yang, tentu saja, ada orang kuat di belakangnya?
Sutradara Noh Dong-seok punya resep sendiri untuk terus mengajak penonton menduga-duga dan berkali-kali terjebak dalam kelokan alur ceritanya.
Namun laju cerita Golden Slumber yang tergesa-gesa ini seringkali menciptakan celah pada plot.
Seperti cerita tak tuntas tentang operasi gagal yang dijalankan Min dan Moo-yeol, alasan Gun-woo tidak langsung dibunuh saat tertangkap, hingga profil sosok aktor di belakang upaya rekayasa atas pembunuhan calon presiden.
Kalaupun Golden Slumber mau dibandingkan dengan Fabricated City, film yang disebut terakhir lebih menyajikan kejelasan profil para pemeran protagonis dan antagonisnya. Akhir cerita juga tampak lebih berkelok tapi tetap terlihat jernih.
Meski begitu, Golden Slumber yang diadaptasi dari novel tahun 2007 berjudul sama karangan Isaka Kotaro ini, menyajikan kisah thriller yang tetap menarik. Dengan balutan kisah persahabatan yang mengharukan, film laga ini menjadi kental bernuansa Korea.
Lagu Golden Slumbers yang diperdengarkan di banyak adegan sedikit membantu memperkuat rasa film.
Ada kerinduan yang besar pada diri Gun-woo untuk bisa kembali bersama dengan orang dekat dan mendamaikan perasaan mereka, seperti kedamaian yang terasa pada lantunan lagu nina-bobok yang ingin dinyanyikan aku lirik pada lagu Golden Slumbers.
-----
Golden Slumber (2018)