Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

''The Killing of a Sacred Deer'', Berserah Diri pada Secuplik Hidup yang Ganjil

4 Januari 2018   13:49 Diperbarui: 4 Januari 2018   14:04 2690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah drama mitologi Yunani Kuno menjadi inspirasi cerita sebuah film modern. Tentu saja hal itu bukan suatu hal yang baru.

Beberapa cerita sangat lawas dari negeri para filsuf itu pernah dijadikan basis untuk penggarapan sebuah film. Sebut saja film Troy (2004), Clash of the Titans (2010), Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010),dan Wrath of The Titans (2012).

Paling tidak, dari keempat film tersebut, ada kesamaan genre yang populer untuk ditonjolkan dalam sebagian besar film yang diadaptasi dari mitologi Yunani Kuno. Film Aksi dan Petualangan atau Action and Adventure Movie.

Tetapi, apa jadinya bila adaptasi salah satu cerita kuno itu mengambil genre drama? Sutradara berkebangsaan Yunani, Yorgos Lanthimos, menjawabnya lewat The Killing of a Sacred Deer.

Mengambil cerita dari sebuat drama Mitologi Yunani Kuno, Iphigenia at Aulis, Yorgos berusaha memasukkan elemen penting drama klasik itu ke dalam filmnya. Hasilnya, boleh dibilang ganjil, untuk tidak mengatakan aneh, bila dilihat dari kacamata kehidupan modern.

Dalam Mitologi Yunani, Iphigenia adalah anak perempuan dari Raja Agamemnon dan Ratu Clytemnestra. Iphigenia kemudian harus "dikorbankan" sebagai balasan atas pembunuhan seekor rusa suci milik Dewi Perburuan dan Alam Liar, Artemis.

Bila tidak memenuhi syarat itu, kapal yang ditumpangi Agamemnon beserta keluarga dan pasukannya tidak akan melaju dan terus terombang-ambing di lautan. Sebab Dewi Artemis menahan embusan angin yang menjadi penggerak kapal.

Seolah tiada pilihan lain, Agamemnon akhirnya mengamini syarat itu dan membunuh Iphigenia. Ada dua versi untuk akhir dari cerita ini. Pertama, Iphigenia benar-benar mati di tangan ayahnya. Kedua, Dewi Artemis menyelamatkannya dengan cara menggantikan wujud Iphigenia dengan seekor hewan ternak.

Cerita itu kemudian diadaptasi ke dalam kisah seorang dokter bedah yang menjadi ayah untuk dua anak dan suami bagi istri yang berprofesi sebagai dokter mata. Sang ayah, Steven Murphy (Colin Farrell), seperti telah memiliki segalanya: keluarga yang harmonis, harta yang memadai, dan profesi yang dihormati.

Tetapi, pertemanannya dengan seorang remaja bernama Martin (Barry Keoghan) mengubah semua keindahan itu. Boleh jadi karena dasar hubungan tersebut tidak benar-benar tulus. Sebuah ikatan pertemanan dengan hantu masa lalu yang terus bergentayangan di benak mereka.

Hantu masa lalu yang seperti apa? Tentu saja Yorgos akan mencicil pengungkapan rahasia itu sedikit demi sedikit. Rahasia yang tidak pernah diungkap oleh Steven dan diakuinya sebagai sebuah kenyataan.

Hingga, secara tiba-tiba, penyakit misterius itu datang. Penyakit lumpuh yang menyerang kedua anaknya, Kim Murphy (Raffey Cassidy) dan Bob Murphy (Sunny Suljic). Semestinya bukan sebuah masalah yang besar bagi pasangan dokter itu untuk mendiagnosis dan menyembuhkan penyakit kedua anaknya. Tetapi tampaknya, pengetahuan kedokteran tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Petunjuk mengenai misteri penyakit itu, secara mengejutkan, datang dari Martin. Ia menyatakan bahwa penyakit itu merupakan sejenis pembalasan. Pembalasan atas perbuatan Steven pada masa lalu yang merenggut nyawa ayah Martin di meja operasi.

Sang istri, Anna Murphy (Nicole Kidman), yang penasaran akan jenis perbuatan apa yang suaminya lakukan hingga sebuah kutukan menimpa kedua anaknya yang tidak bersalah, mulai mencari penjelasan. Hingga cara kotor pun dilakukan lewat hubungan intim dengan rekan medis ayahnya, Matthew (Bill Camp).

Film ini, kendatipun mengisahkan tentang kehidupan sebuah keluarga, bisa dikatakan, bukan konsumsi yang tepat untuk tontotan keluarga. Aneka skandal yang ditampilkan dalam film juga tayangan kekerasan dan muatan seksual pasti bukan materi yang pas buat keluarga.

Tetapi sebagai sebuah upaya menyusun logika cerita agar akhir kisah tampak seperti sebuah kelaziman, The Killing of a Sacred Deer, laik menjadi film jagoan seperti film garapan Yorgos sebelumnya, The Lobster (2015).

Bila menyandarkan cerita film pada kisah klasik dari Mitologi Yunani mengenai Iphigenia, yang juga disebut dalam dialog di film ini, akhir kisah sudah bisa ditebak. Tetapi proses untuk mencapai keputusan akhir itu sulit diterima akal manusia modern.

Tapi Yorgos memang sengaja menciptakan keganjilan dan absurditas itu dalam The Killing of a Sacred Deer. Keganjilan yang bahkan dipertahankan hingga akhir tayangan tanpa ada penjelasan sedikitpun tentang siapa pihak yang bertanggungjawab atas keanehan yang terjadi.

Meminjam penilaian kritikus film The New York Times, A.O Scott, untuk film ini: "tampak bahwa keganjilan merupakan kunci dari The Killing of a Sacred Deer,namun sayang, kunci itu hanya untuk membuka sebuah kotak yang kosong, dan kita hanya sia-sia saja menikmati tayangan penderitaan (di film) itu."(asw)

-----

The Killing of a Sacred Deer (2017) 

Sutradara: Yorgos Lanthimos; Penulis Naskah: Yorgos Lanthimos, Efthymis Filippou; Produser:Ed Guiney dkk.; Genre: Drama, Horor, Misteri, Thriller; KodeRating: Dewasa (17+); Durasi: 121 Menit; Produksi:Film4, New Sparta Film, Element Pictures 

Pemeran:Anna Murphy (Nicole Kidman), Steven Murphy (Colin Farrell), Martin (Barry Keoghan), Ibu Martin (Alicia Silverstone), Kim Murphy (Raffey Cassidy), Bob Murphy (Sunny Suljic), Matthew (Bill Camp)

Berdasarkan sebuah drama Mitologi Yunani Kuno "Iphigenia at Aulis"

sumber data film: IMDB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun