Ia larut dalam lamunan: seperti ada yang salah pada profesinya. Orang lain tampak hidup normal. Bangun pagi, mulai kerja saat hari terang, bercengkerama dengan kolega, bersiap pulang kala senja, tidur di waktu langit gelap.
Pria ini cuma punya satu kesamaan dengan "orang normal" itu. Sama-sama bangun pagi. Sisanya, jauh dari gaya hidup orang kebanyakan.
Dua jam setelah bangun, ia bergumul lagi dalam "gelap". Ya, di ruang yang hanya menyisakan cahaya sangat redup itu, ia habiskan harinya menonton film, mencatat hal penting, "memelototi" lebih lanjut potongan adegan tertentu dan menuliskannya menjadi sebuah ulasan film.
Seperti itu ia menghabiskan hari. Seringkali dua hingga tiga film ia tonton per hari. Kebanyakan film ia saksikan di ruang khusus putar film di bioskop dekat rumahnya.
Terbiasa dalam gelap, tidak jarang ia terpeleset saat turun tangga hendak membeli roti isi usai nonton. Matanya kerap silau kena "sambar" cahaya matahari.
Dan ini yang bikin rungsing: akibat "melahap" banyak film, otaknya penuh adegan kejar-kejaran, tembak-tembakan, ciuman, obrolan, bahkan pembunuhan. Tapi ia tetap bisa mengendalikan aneka "gambaran" di kepalanya itu.
Pria ini bernama Roger Joseph Ebert. Ia curahkan isi hatinya itu pada sebuah artikel berjudul Reflections after 25 Years at The Movies yang ditulis pada 1992. Ia curahkan rentetan poin renungan di kepalanya dalam artikel itu. Salah satu poin lain berkaitan dengan keinginannya menjadi penulis artikel fiksi di media massa.
Ebert memang tidak pernah berniat menjadi kritikus film. Tapi takdir "menenggelamkannya" dalam dunia ulas sinema dan menjadikannya salah satu maestro kritik film dunia.
Ebert adalah kritikus film pertama yang mendapatkan penghargaan Pulitzer pada 1975. Ia juga menjadi kritikus film pertama yang dianugerahi bintang di Hollywood Boulevard Walk of Fame pada 2005.
Selain menulis ribuan ulasan film, Ebert juga "membidani" lebih dari 20 buku mengenai sinema. Bersama dengan rekannya sesama kritikus film, Gene Siskel, Ebert memperkenalkan, untuk pertama kalinya, ungkapan populer two thumbs up ke khalayak.
Kehidupan Mula Ebert