Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menimbang Hari Pasar Rakyat Nasional

23 Januari 2017   11:00 Diperbarui: 23 Januari 2017   11:10 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: http://nurulummah.com/

Para pemilik toko buku berkeriapan, bergerumut menyusuri jalan. Mereka berkelimun, mencipta parade dan festival, seolah tengah merayakan hari penting. Pada 23 April 1923 itu, di Katalonia, Spanyol, seorang penulis Vicente Clavel Andres menginisiasi serangkaian aksi ekspresi takzim atas karya penulis Miguel de Cervantes. Salah satu karya Cervantes, Don Quixote,dirapal dua hari dua malam waktu itu. Ya, tanggal 23 April merupakan tanggal wafat Miguel de Cervantes. Di tanggal itu juga, secara kebetulan, banyak penulis besar dunia lahir dan berpulang: William Shakespeare (tutup usia) dan Vladimir Nabokov (lahir). Rupanya, prakarsa Clavel Andres menggelar aksi literasi pada 23 April disambut UNESCO dengan penetapan Hari Buku Sedunia. Perayaannya secara perdana dilangsungkan pada 23 April 1995.

Di Indonesia, perayaan Hari Buku Sedunia, pertama kali, diselenggarakan pada 2006. Forum Indonesia Membaca, atas dukungan pemerintah, dunia usaha, akademisi, komuitas, dan masyarakat umum, menggelar serangkaian aksi literasi. Hingga kini, perayaan momen penting literasi itu masih dihelat. Setidaknya melalui penyelenggaraan festival atau pameran buku. Inilah bukti kepedulian Indonesia terhadap peningkatan budaya literasi masyarakatnya. Laman Sekretariat Kabinet RI pun tak luput mengakui dan menerakan tanggal 23 April sebagai salah satu hari penting yang disepakati lembaga/komunitas tertentu: Hari Buku Sedunia (lihat: http://setkab.go.id/hari-hari-penting-di-indonesia/).

Bagaimana dengan Pasar Rakyat Nasional? Seberapa mendesak ia menjadi Hari Penting Nasional? Sebelum menegaskan jawab, mari kita sedikit menyimak laman Sekretariat Kabinet RI perihal hari penting di Indonesia. Hari penting di Indonesia terklasifikasi menjadi empat kelompok. Pertama,Hari Besar Nasional (biasanya ditetapkan melalui Keppres, seperti: Hari Pers Nasional dan Hari Batik Nasional). Kedua, Hari Penting melalui Keputusan Menteri/Kepala Lembaga, seperti: Hari Listrik Nasional, Hari Statistik, dan Hari Transmigrasi. Ketiga, Hari Penting berdasarkan kesepakatan Lembaga/Komunitas tertentu, seperti: Hari Filateli Indonesia, Hari Buku Sedunia, dan Hari Gerakan Satu Juta Pohon. Keempat, Hari Besar Agama, seperti: Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Natal, Tahun Baru Imlek, dan Hari Raya Nyepi.

Dari uraian itu, bila dinilai mendesak, Hari Pasar  Rakyat Nasional punya potensi masuk pada tiga kelompok pertama hari penting nasional. Pertanyaannya kemudian, seberapa mendesakkah Hari Pasar Rakyat Nasional itu? Untuk menjawabnya, mari kita mencecah sejarah Hari Batik Nasional. Hari Batik Nasional yang dirayakan setiap 02 Oktober merupakan buah kerja keras pelbagai pihak yang gigih memasukkan batik sebagai warisan kebudayaan Indonesia.  Hingga UNESCO, pada 02 Oktober 2009, kemudian menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Kini, tanggal itu ditetapkan sebagai Hari Besar Nasional melalui Keppres 33/2009). Setiap 02 Oktober, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah hingga pelajar disarankan mengenakan batik.

Membaca penetapan dua hari penting nasional itu, Hari Buku Sedunia dan Hari Batik Nasional, terselip asa untuk menetapkan Hari Pasar Rakyat Nasional sebagai hari penting nasional. Dari dua contoh di atas, setidaknya, ada lima aspek yang menentukan suatu hal dianggap mendesak untuk ditetapkan sebagai hari penting nasional. Lima aspek itu adalah: Akar Sejarah yang Kuat, Kelekatan dengan Masyarakat, Dukungan Pelbagai Pihak, Aneka Gerakan Aksi, dan Kelangsungan Aksi. Lima aspek ini menera kuat pada proses penetapan Hari Buku Sedunia dan Hari Batik Nasional. Dan lima poin ini juga tampak menggejala pada proses menuju penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional. Mari kita ulas satu per satu aspek tersebut.

Akar Sejarah yang Kuat

Seperti batik, tak pelak, aneka ulasan historis, sosiologis, bahkan ekonomi mengenai pasar rakyat/tradisional Indonesia cukup melimpah terhampar di pelbagai pustaka. Dari kajian historis perihal sejarah pasar Nusantara yang menerima sistem barter untuk pertukaran barang kebutuhan harian hingga kajian sosiologis tentang pasar sebagai tempat penyebaran agama dan pertukaran pengetahuan turut menopang akar sejarah yang kuat perihal keberadaan pasar rakyat/tradisional Indonesia sejak dulu. Bahkan hingga kini, pasar tradisional terus lestari meski banyak yang tenggelam di telan era tapi juga banyak yang berselancar di atas gelombang zaman, bertahan bahkan bermetamorfosis menjadi lebih menarik. Akar sejarah pasar rakyat/tradisional ini tidak bisa dicabut sampai kapanpun.

Kelekatan dengan Masyarakat

Data yang terdedah di laman situs Yayasan Danamon Peduli mencatat, pasar tradisional sebagai penggerak roda ekonomi masyarakat dengan jumlah 60% masyarakat menggantungkan kebutuhan harian di pasar. Bahkan sebanyak 12.5 juta pedagang menjadikan pasar tradisional sebagai sumber penghidupan mereka (sumber). Tentu masih banyak angka dan data yang menunjukkan kelekatan hubungan masyarakat Indonesia dengan pasar rakyat/tradisional. Selain faktor keterjangkauan harga, aspek keasyikan saat melangsungkan tawar-menawar antara pembeli-penjual hingga menghasilkan kesepakatan harga menjadi keunikan tersendiri yang hanya ada di pasar rakyat/tradisional. Dua hal ini, boleh jadi, turut memperkuat lekatan hubungan masyarakat-pasar rakyat/tradisional.

Dukungan Pelbagai Pihak

Seperti penetapan Hari Buku Sedunia dan Hari Batik Nasional, proses penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional mesti ditopang oleh pelbagai pihak. Masyarakat umum saja tidak cukup, keterlibatan akademisi, komunitas pasar, pelaku usaha, dan pemerintah sangat dibutuhkan. Melalui aneka dukungan tersebut, Hari Pasar Rakyat Nasional tidak semata menjadi momen penting tahunan penghias kalender. Melainkan menjadi momen penting yang menghidupkan dan menyejahterakan pasar rakyat dan para pelakunya, Bahkan pasar rakyat/tradisional diharapkan turut berkontribusi memajukan peradaban manusia melalui baku tukar informasi dan pengetahuan, tidak melulu sebagai wadah transaksi ekonomi.

Aneka Gerakan Aksi

Aksi literasi merapal karya Don Quixote di Katalonia, Spanyol sebagai upaya mengisi perayaan literasi patut dijadikan masukan di sini. Proses penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional mesti melalui aneka gerakan aksi yang kreatif dan masif. Program Pasar Sejahtera yang digagas Yayasan Danamon Peduli bisa menjadi tumpuan aneka ragam aksi lain. Upaya merevitalisasi pasar menjadi bersih, sehat, hijau, dan terawat ini tidak serta merta menghapus keunikan pasar rakyat/tradisional yang mengedepankan komunikasi asyik lewat baku tawar dan baku bagi informasi yang terjadi. Aktivitas Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) tiap 12 Desember menarik dijadikan contoh. Dengan potongan harga yang menggila, hari itu, dompet dan rekening masyarakat benar-benar dimanjakan. Boleh jadi, Harbolnas di kemudian hari menjadi hari penting nasional.

Kelangsungan Aksi

Aspek ini begitu vital. Serangkaian aksi kreatif, masif dan menarik pada satu waktu menjadi tidak berarti bilamana kelanjutannya tidak terjaga. Di sinilah peran pelbagai pihak menjadi penting sehingga Hari Pasar Rakyat Nasional tidak menjadi tanggung jawab satu pihak semata melainkan tanggung jawab semua pemangku kepentingan. Mempertahankan kelangsungan aksi mensyaratkan kesamaan pemahaman akan urgensi Hari Pasar Rakyat Nasional dan komitmen yang tinggi pelbagai pihak dalam menghidupkan dan menyejahterakan pasar tradisional beserta para pelakunya.

Kini, secara bernas, kita bisa menjawab pertanyaan, seberapa mendesak Pasar Rakyat Nasional menjadi hari penting nasional? dengan jawaban: mendesak, urgen, dan penting. Sebagai salah satu akar sejarah Nusantara, kelekatannya dengan masyarakat, gelegak dukungan yang melimpah dari pelbagai pihak, serta serangkaian gerakan aksi revitalisasi pasar tradisional dan komitmen akan kelangsungan aksi tersebut, penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional mesti didukung. Dengan semangat menyejahterakan dan menghidukan pasar tradisional beserta para pelaku usahanya, Hari Pasar Rakyat Nasional tidak boleh menjadi sekadar momentum kosong. Ia harus berupa momentum perayaan akan penghidupan dan penyejahteraan pasar, pelaku usahanya, dan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun