Mohon tunggu...
baniidammaulana
baniidammaulana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mencari Esensi Jiwa untuk Menemukan Kebahagiaan Sejati

23 November 2024   13:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   11:14 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bani Idam Maulana, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

  • Judul Buku                         : Plato Matinya Socrates
  • Nama Penulis                    : Plato
  • Penerjemah                       : A.Asnawi
  • Identitas Penerbit            : Narasi, Yogyakarta
  • Tahun Terbit                      : 2022
  • ISBN                                     : 978-623-7586-35-7
  • Tebal Buku/Jumlah hal  : vi + 110 halaman
  • Ukuran Buku                     : 14,5 x 21 cm
  • Gambar Sampul               : The Trial of Socrates
  • Harga Buku                        : Rp 50.000
  • Peresensi                            : Bani Idam Maulana

      Dalam buku ini berisi tentang percakapan yang terjadi antara Socrates dengan para sahabatnya di dalam penjara, sebelum Socrates akan dijatuhi hukuman mati. Saat menjelang kematian, Socrates yang bijak bersama sahabat-sahabat sekaligus murid-muridnya menggunakan waktu untuk berargumen dan bertanya jawab tentang berbagai persoalan hakiki dan ultima dalam kehidupan. Dalam kondisi Socrates yang akan di hukum mati, mereka tetap tenang dan bermartabat untuk membahas hakikat terdalam jiwa, raga, kebenaran, kebajikan, keindahan, dan banyak topik penting lainnya.

      Dalam buku ini Socrates di narasikan tidak takut akan kematian yang sedang menghampiri nya. Karena menurut dia jiwa akan bebas, jika raga dan jiwa itu tidak saling menyatu dan hal tersebut akan menimbulkan kebahagiaan sejati yang selama ini di cari-cari. Socrates juga menarasikan bahwa ada tidak nya alam setelah kematian itu tidak terlalu penting karena jika dia akan dilahirkan kembali, dia akan siap untuk mati kembali. Karena menurutu nya jiwa itu abadi dan tidak ada yang perlu ditakutkan dari kematian.

      Menurut Socrates Jiwa ada sebelum Tubuh, jadi tidak menutup kemungkinan bahwa jiwa telah mengulangi bermacam-macam kehidupan, tetapi jiwa tersebut tidak mengingat nya. Hal ini memunculkan argumen baru yaitu, bahwa pengetahuan tidak didapatkan secara alami melalui ragawi tetapi ada proses mengingat. Dalam hal ini, Menurut Socrates jika seseorang memberikan pertanyaan kepada orang lain dengan benar, orang tersebut akan memberikan jawaban yang benar juga. Tapi bagaimana mungkin orang itu dapat menjawab dengan benar kecuali dia memiliki pengetahuan dan alasan yang menurut dia tepat, yang hal itu telah ada dalam pikiran nya selama ini.

      Dalam pandangan socrates hal tersebut dapat terjadi apabila orang tersebut memiliki pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, walaupun dia belum pernah belajar tentang itu. Hal tersebut lah yang membuat socrates yakin bahwa jiwa itu abadi, dan ragawi hanyalah sangkar yang mengikat jiwa tersebut. Karena ketika sangkar itu di buka dan jiwa dilepaskan, jiwa akan merasa bebas tanpa tekanan seperti saat berada dalam ragawi.

      Pemikir sejati Menurut Socrates, berjuang untuk membebaskan diri dari belenggu yang mengikat dan menundukkan jiwa pada kesenangan ragawi. Ia mencari kebenaran, keindahan, dan kebaikan mutlak. Semua itu tak didapati dalam dunia pengalaman indrawi, filsuf itu harus terus-menerus menjauhi keterlibatan yang sia-sia terhadap sesuatu yang wadak atau bersifat ragawi, dalam rangka mencapai pensucian atau katarsis sehingga dia tidak akan lagi terhalang untuk meraih ilmu pengetahuan.

      Jika mengikuti argumentasi Socrates lebih jauh, akan mendapatkan suatu kesimpulan radikal, yang cukup ekstrim untuk diungkapkan pada zaman plato ataupun zaman modern, yakni bahwa tidak ada harapan bagi kita untuk mencapai pengetahuan yang sesungguhnya, sampai kita terbebas dari tubuh melalui kematian. Maka menurut Socrates, Orang yang mengikuti jalan filsafat dengan benar, adalah orang yang sedang mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian, hal ini tidak disadari oleh orang lain.

      Pembahasan isi buku ini meliputi tentang eksistensi manusia dan eksistensi jiwa, yang di argumentasikan oleh Socrates untuk menjawab pertanyaan Simmias dan Cebes. Ilustrasi yang digunakan Socrates dalam dialognya cukup memudahkan pembaca untuk lebih mengerti apa yang sedang dibahas oleh Socrates. Socrates juga menyampaikan argumentasinya melalui kutipan dari beberapa buku, agar murid-muridnya pada saat itu lebih mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Socrates. Buku ini juga memiliki banyak kata-kata bijak yang dapat menjadi motivasi hidup.

      Secara Bahasa buku ini cukup baik dari segi tata bahasa, struktur kalimat dan kosakata dalam bahasa Indonesia. Mengingat buku ini merupakan terjemahan dari buku The Republic and Other Works yang diterbitkan di New York 1989. Untuk Penampilan buku, Ukuran dan jenis kertas cukup bagus dan nyaman untuk dibaca. Sedangkan bagian sampul sangat menarik dan cocok dengan isi buku ini.

      Kelemahan dalam buku ini terdapat pada bagian bahasa. Bahasa dalam buku ini terlalu tinggi dan akademisi, sehingga sulit untuk dipahami oleh orang awam. Buku ini juga menyampaikan isi nya melalui dialog, sehingga perlu untuk membaca ulang kalimat sebelumnya untuk mengerti apa yang sedang dibahas. Buku ini juga mengungkapkan pernyataan melalui satir ataupun sarkasme yang bersifat radikal.

      Buku ini, bukan buku dengan tipe self-development yang isi dalam buku nya dibagi menjadi beberapa bab dan sub-bab, agar pembaca mudah untuk memahami isi bacaan. Tetapi buku ini merupakan buku biografi yang memiliki banyak makna tersirat, yang perlu untuk di artikan secara otodidak atau manual. Pada awal halaman bahasa yang digunakan masih ringan, tetapi ketika mencapai pada pertengahan halaman buku, bahasa yang di gunakan akan sulit dimengerti dan perlu untuk dibaca ulang kalimat antar kalimatnya.

      Dengan membaca buku ini kita dapat memahami bagaimana pemikiran klasik dari seorang tokoh yang bernama Socrates. Sehingga setelah membaca buku ini kita dapat membayangkan atau menggambarkan bagaimana sosok Socrates.  Buku ini banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang sangat bagus dan sangat berarti, dan diharapkan dapat diterapkan untuk kehidupan sehari-hari.

      Buku ini disarankan untuk tidak dibaca kepada sebagian orang awam dikarenakan bahasa nya yang terlalu tinggi. Penyampaiannya yang dilakukan dalam buku ini dilakukan  dengan dialog  antar tokoh dan hal ini dapat membuat kebingungan. Tetapi isi dalam buku ini sangat bagus sekali, karena buku ini membahas nilai-nilai kehidupan yang sangat memotivasi dan mengandung ilmu pengetahuan.


Bani Idam Maulana, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
Bani Idam Maulana, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun