Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2019 Memadukan Nasionalisme dengan Islam

19 Maret 2018   08:57 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:45 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PILPRES 2019 MEMADUKAN NASIONALISME DENGAN ISLAM.

Menyongsong Sosok Pemimpin NKRI 2019 memang dihadapkan pada pilihan yang dilematis, peranan Penguasa Modal yang hampir tidak terlawan oleh kekuatan apapun dengan sangat dominan, menghadang sosok pemimpin yang dalam hati masyarakat Indonesia dianggap sosok yang baik. Ternyata Pemimpin yang baik tidak mendapat jaminan bahwa ia akan memiliki elektabilitas yang tinggi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia yang MULTI ETNIS akan membawa pada etnis dominan akan mendapat dukungan paling kuat dalam PILPRES. Sementara mayoritas Umat Islam masih belum menerima dengan ikhlas dipimpin oleh Non Islam. Mencari sosok pemimpin yang layak dipasangkan sebagai pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019 tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan bepijak pada satu sudut pandang.

Sebagai Muslim yang baik, mengharapkan sosok pemimpin Muslim yang memenuhi syarat sebagai Pemimpin Islam di Negeri ini akan mendapat tantangan dari lebih 60 % pemilih Negeri ini yang sebagian besar masih Islamophobia bahkan dari kalangan umat Islam sendiri. Akan tetapi dukungan etnis mayoritas telah membuktikan selama beberapa dekade selalu memenangkan pemilihan Presiden di Negeri ini.

Saat kita mencari sosok Nasionalis yang teruji mampu melawan dominasi kekuatan modal, maka hanya akan muncul satu nama yang telah teruji berani melawan kekuatan modal yang dikuasai etnis minoritas pendatang. Adalah Sri Sultan Hamengku Buwono yang secara tegas berani melarang tanah Yogyakarta untuk dimiliki etnis minoritas pendatang. Sekaligus Sultan Yogya ini akan mendapat dukungan mayoritas Etnis Jawa yang menduduki 40,22 % dari seluruh jumlah penduduk yang ada di Indonesia.

Akan tetapi penempatan Sri Sultan yang mempunyai Nasionalisme yang teruji dan dukungan etnis mayoritas melampaui Tokoh Nasional etnis Jawa siapapun juga. Akan mengecewakan kalangan Islam puritan yang masih mempunyai kekuatan 41,09 % dimana 8,08 % masih belum menerima pola pemilihan Pemimpin secara demokratis. 

Bila kita melihat Sosok Islam yang muncul ke permukaan, maka kita tidak bisa mengabaikan nama Muhammad Zainul Majdi  yang lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang. Nama ini cukup melambung tapi sayangnya dia bukan lahir dari Etnis Jawa, sehingga dia hanya akan mendapat dukungan dari Etnis Jawa yang juga bagian dari kalangan Islam militant, sayang angkanya tidak terlalu besar diperhitungkan kurang dari 10 %.

Menakar kekuatan Calon Presiden 2019, maka ada satu calon yang sudah pasti dicalonkan oleh kalangan Penguasa Modal yang berasal dari etnis mayoritas suku Jawa, yaitu calon petahana Presiden Jokowi. Dari sana Calon Petahana ini akan menjadi alat ukur, siapa yang mempunyai kans untuk melampaui elektabilitas calon Petahana dipasangkan dengan siapapun juga.

Maka nama-nama yang mencuat kepermukaan adalah Prabowo Subianto, Gatot Nurmantya, Tuan Guru Bajang. Dari nama-nama tersebut dua nama yaitu Prabowo Subiyanto maupun Gatot Nurmantyo mempunyai latar belakang elektabilitas yang sama dengan calon petahana dimana sudut pandang elektabilitasnya sangat ditentukan oleh tata nilai dalam paradigm Pragmatis Rasional. 

Artinya, siapa menang siapa kalah akan sangat ditentukan oleh kekuatan kampanye yang juga didukung oleh biaya kampanye. Sedangkan Tuan Guru Bajang adalah satu-satunya yang mencuat keluar dari Pragmatis Rasional masuk kedalam kancah paradigma Idealis Rasional. Sayangnya kalangan Idealis Rasional itu angkanya tinggal dibawah 30% dari jumlah pemilih yang mayoritas Pragmatis materialistic.

Dari hasil survey dukungan fanatic Presiden Jokowi adalah 80 % dari suku Jawa atau sekitar 32 % dari pemilih, untuk menang Calon Petahana tinggal mencari dukungan kalangan pragmatis materialistic sebesar 19 % dan itu sangat mudah dicapai. Siapapun calon yang dihadapi Presiden Jokowi.

Hanya ada satu orang tokoh yang dapat merontokan dukungan suku Jawa terhadap Presiden Jokowi. Yaitu bila Presiden Jokowi dihadapkan pada Sri Sultan Hamengku Buwono, maka Etnis Jawa yang akan tetap memilih  nama Jokowi akan tinggal 30 % atau tinggal sebesar 12 % dari jnumlah pemilih, maka butuh dukungan pragmatis materialistic sampai 39 % yang berarti berapa MODAL yang akan dipergunakan untuk merekrut angka 39 % itu ?

Sebaliknya Sri Sultan Hamengku Buwono memiliki elektabilitas kalangan Fanatis emosional mencapai sekitar 70% dari komunitas etnis Jawa atau 28 % dari jumlah pemilih. Atau dibutuhkan dukungan lagi sebesar 23 % dari jumlah pemilih. 

Bila angka itu diharapkan diperoleh dari kalangan Pragmatis materialistis, maka posisinya akan kembali pada 50-50, karena Jokowi mendapat dukukngan dari kalangan modal sedangkan Sri Sultan Hamengku Buwono adalah Nasionalis yang memusuhi dan dimusuhi kalangan Modal.

Maka Sri Sultan Hamengku Buwono yang mampu merontokkan dukungan dukungan etnis mayoritas pada Jokowi harus dipasangkan dengan Calon yang didukung oleh kalangan Idealis Rasional. Dan itu akan ditemukan pada sosok Muhammad Zainul Majdi  atau Tuan Guru Bajang yang akan didukung kalangan Islam Rasional mencapai angka diatas 25 %.  Pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono -- Tuan Guru Bajang diatas kertas akan memenangkan 53 % suara pemilih bila dihadapkan dengan Jokowi berpasangan dengan siapa saja.

Memadukan pasangan Presiden dengan latar belakang mayoritas etnis Jawa perlu didukung melalui pendekatan Budaya Jawa tentang siapa Pemimpin Tanah Jawa yang telah digariskan.

Maka sosok Sri Sultan Hamengku Buwono berpasangan dengan TGB akan mewakili MITOS Jawa sebagai Satria Piningit bergelar Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu, yaitu Pemimpin yang dekat dengan Para Ulama. Yang diawali oleh munculnya sosok Pemimpin  yang bergelar Satria Boyong Pambukaning Gapuro yang sangat cocok dengan keadaan Jokowi saat ini.

Mengapa Jokowi adalah Satrio Boyong Pambukaning Gapura? Mengapa bukan SBY?

Karena SBY sebenarnya adalah Satrio Piningit Hamung Tuwuh, karena Jokowi mewakili ujud Satria Boyong, yang terangkat keatas melalui proses boyong. Memboyong Kaki lima semasa menjadi Walikota Solo itulah yang mengangkat nama Jokowi mendunia. Boyong dari Wali Kota Solo sebelum masa jabatan habis ke Gebernuran DKI yang dilanjutkan dengan Boyong ke Istana Negara sebelum melaksanakan tugasnya di DKI, juga dinasa Jokowi ini semua informasi terbuka lebar, hampir tanpa rahasia lagi semua peristiwa yang selama ini ditutup-tutupi.

Maka benarlah mitos Jawa bahwa Jokowi mewakili sosok Satrio Boyong Pambukaning Gapura dan lahirlah Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu yang mengakhiri masa kepemimpinan Tujuh Satria Piningit Tanah Jawa yang berarti pemimpin ke 8 (delapan) Negeri ini sudah keluar dari kungkungan Mitos Satria Piningit.

Tuan Guru Bajang adalah sosok pemimpin pertama Negeri ini yang keluar dari Mitos Tujuh Satria Piningit (Rangga Warsito) yang akan membawa Negeri ini menuju kepemimpinan Wahyu. Tuan Guru Bajang baru akan menjadi pemimpin Penuh pada kepemimpinan yang ke 8. Setelah mendampingi Sri Sultan Hamengku Buwono yang merupakan Satria Piningit ke 7 (tujuh).

Tulisan ini sama sekali bukan sebuah ramalan, melainkan sebuah kajian Politik melalui pendekatan Budaya, Etnis dan Agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun