Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi – A Hok Pasangan yang Berani Mendobrak System?

19 Januari 2014   12:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar Kreasi dari sumber yang jelas.

Jokowi – A HokPasangan yang berani mendobrak system?

Jakarta adalah bagaian dan pusat dari sebuah system. Sebuah system yang utuh terdiri dari berbagai sub system dan tersusun dari berbagai micro system yang saling berkait dari berbagai aspek kehidupan. Perubahan sebuah micro system akan berpengaruh terhadap micro system lainya dan pergerakan sebuah micro system akan mengubah konstruksi dari sebuah sub system yang dampaknya akan mengubah sebuah system secara utuh. Itulah mengapa seorang pemimpin harus berpandangan luas dengan memahami echo system yang akan selalu terjadi terhadap setiap perubahan pada sebuah micro system.

Pendekatan Psikologis dan ukuran keberhasilannya.

Adalah pasangan Joko Widododan Basuki Cahya Purnama ( A Hok ) yang telah berhasil mengembangkan sebuah pendekatan psikologis untuk membangun Jakarta dimana Jokowi melalui pola BLUSUKAN dan A Hok melalui SHOCK THERAPY telah berhasil menyentuh perhatian masyarakat Jakarta bahkan telah mengangkat simpati masyarakat lebih luas lagi sampai pada masyarakat media.

Akan tetapi keberhasilan sebuah pendekatan psikologis bukan sekedar diukur dari rasa simpati masyarakat yang kemudian menonton bersorak dan memberi semangat. Keberhasilan sebuah pendekatan psikologis, sebagai tolok ukuradalah apa bila telah berhasil mengubah Paradigma, kemudian mengubah perilaku masyarakat sebagai sasaran. Pendekatan psikologis hanyalah sebuah pendekatan untuk mengubah sebuahmicro system yang berupa paradigma.

Sebagai jawaban dari pertanyaan apakah Jokowi dan A Hok telah berhasil ?

Jawabnyaadalah apakah semua warga Jakarta atau sekurang-kurangnya untuk para pendukung Jokowi - A Hok, apakah sudah mengubah sikap hidup menjadi peduli lingkungan dan malu melanggar aturan seperti misi yang dibawa Jokowi- A Hok ?

Apakah sudah mengikuti jejak Jokowi- A Hok atau sekedar bersorak mendukung Jokowi - A Hok dalam kapasitasnya sebagai penonton, yang hanya sekedar bersorak, memberi support, menyerangpendapat yang berbeda dengankebijakan Jokowi – A Hok dan sekedar membangun mimpi untuk keberhasilan Jokowi – A Hok?

Hanya para pendukung Jokowi – A Hok yang tahu sebenarnya , apakah Jokowi – A Hok sudah berhasil atau baru dalam sebuah usaha ? Apakah para Jokowi – A Hok Lovers hanya sekedar mendukung atau benar-benar telah menjadikan sikap hidup ?

Pendekatan Psikologis dan pengaruhnya terhadap sebuah system.

Polemik yang banyak dibicarakan adalah mana yang lebih utama dan lebih penting apakah system ( dalam arti sempit ) atau orangnya.

Sebagai contoh system Pemerintahan, sebenarnya adalah system dalam arti sempit karena system pemerintahan posisinya hanya sebuah sub system dari sebuah Negara. Kembali pada polemik atas adanya kalau boleh dikatakajn “: Kebobrokan “atas sub System Pemerintahan apakah orangnya ? ataukah karena systemnya.

Orang beralasan sebaik apapun systemnya kalau orangnnya bobrok, hasilnya akan boborok, sedangkan sekurang apapun sebuah system kalau orang yang menjalankan baik pasti akan berhasil baik, dengan alasan karena kekurangan system pisa ditutup.

Pendekatan Psikologis sasarannya adalah orang yang melaksanakan sebuah system. Kalau ini yang dipilih oleh pasangan Jokowi – A Hok tujuannya pasti yaitu ingin mengubah paradigma para pelaku system Pemerintahan agar kekurangan pada system bisa ditutup.

Sayang mengubah sikap hidup, mengubah paradigma adalah bukan pekerjaan yang cukup dikerjakan dalam jangka waktu pendek. Sedangkan sejarah membuktikan Negeri ini telah dikotori oleh perilaku menyimpang yang berakibat fatal sejak bertahun yang lalu. Model rekruitmen jabatan birokrasi yang banyak dikotori oleh nilai uang. Sudah bukan rahasia lagi walaupun sulit dibuktikan bahwa untuk menjadi PNS, Polisi sampai TNI ada persyaratan satu nilai uang tertentu agar dapat diterima. ( Ukuran th. 80 an , gol II dan sederajat sekitar 40 jutaan sedangkan gol III sederajat antara 60 Jutaan sampai 100 jutaan.) dan itu berakibat pada echo system birokrasi berkelanjutan.

Seperti mustahil mengubah paradigma birokrat negeri ini termasuk Polisi dan TNI yang mengawali kariernya melalui pola rekruitmen yang bermasalah sejak awalnya.

Memperbaiki sebuah system dengan melanggar aturan.

Benarkah Jokowi- A Hok murni melakukan pendekatan psikologis untuk meluruskan system yang telah berjalan ?

Benturan-benturan yang terjadi atas kebijakan Jokowi – A Hok terhadap kebijakan Pusat mencerminkan adanya tindakan-tindakan Jokowi - A Hok yang melanggar aturan atau sekurang-kurangnya overlapping yang akan berakibat pada perubahan system yang tidak beraturan.

Contoh kecil :

1.Lelang jabatan, yang dilakukan Jokowi A Hok itu melanggar system ( sub Systrem ) pembinaan Karier PNS.

2.Pengambil alihan kewenangan Pusat Oleh Gubernur :

---------------Respons kurang cepat pemerintah pusat itu membuat pemerintah Jakarta geregetan dan mengambil alih kewenangan pemerintah pusat. Contoh terbaru adalah perbaikan ruas Jalan T.B. Simatupang, yang ambles akibat banjir lantaran hujan mengguyur Jakarta sejak Ahad hingga Senin malam lalu. Jokowi segera memerintahkan bawahannya melebarkan gorong-gorong sempit dan meninggikan ruas jalan tersebut. Pengerukan Waduk Pluit, Jakarta Utara, adalah contoh lain kewenangan pusat yang diambil Jakarta. (Sumber Tempo.co)

Apapun alasannya mengubah system secara sepihak ( khusus DKI )atau pengambil alihan satu kewenangan tidak akan berarti banyak bagi perbaikan yang diperoleh, akan tetapi akan berakibat keburukan yang lebih besar secara Nasional.

Dua hal inilah yang telah dilakukan Jokowi – A Hok. Yaitu yang pertama membenahi system dengan pendekatan Psikologis modelBlusukan oleh Jokowi dan Shock Therapy oleh A Hok. Dan yang kedua membenturkan kebijakan DKI dengansystem yang ada.

Jokowi-A Hok, berani membentur system dengan mengandalkan dukungan media dan keberhasilan semu dari pendekatan psikologis yang selama ini “ berhasil “ memperoleh simpati masyarakat.

Bagaimana membenahi system yang seharusnya?

Menjawab polemic mana yang lebih penting, memperbaiki system atau orang yang menjalankan system? Maka jawaban yang benar adalah “HARUS MEMPERBAIKI SYSTEM “

Alasan yang mengatakan system sangat tergantung pada orang yang menjalankan akan dengan mudah terbantahkan.

Membenahi system secara utuh, termasuk hanya menempatkan orang yang mampu menjalankan system melalui satu model rekruitmen yang mampu menghalangi orang yang tidak mempunyai kompetensi dan integritas.

Artinya adalah :

System yang baik, tidak bergantung sepenuhnya kepada orang yang ada dibalik system akan tetapi menjamin hanya orang yang baik yang mampu berdiri dibalik system itu sendiri.

Apa bila sebuah system belum mampu menjamin semua pelaku yang ada dibalik system itu adalah yang terbaik, maka system itu adalah system yang buruk.

Banyaknya korupsi dan lemahnya penegakan hukum di Negeri ini adalah merupakan satu indikasi bahwa system pemerintahan yang berlaku di Negeri ini adalah sangat buruk.

Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah; buruknya satu system pemerintahan menunjukkan betapa lemahnya(buruknya) Kepala Pemerintahan yang menciptakan dan memegang system secara utuh.

Kesimpulan.

1.DKI Jakarta adalah bagian dari Indonesia.

2.System yang berlaku di Jakarta tidak bisa dipisahkan dengan system yang berlaku di Indonesia.

3.Permasalahan yang muncul di Jakarta adalah bagian tak terpisahkan dengan permasalahan secara Nasional.

Masalah banjir dan macetnya Jakarta itu bukan murni masalah Jakarta dan tidak mungkin hanya diselesaikan oleh Gubernur DKI.

4.Aturan-aturan yang dipaksakan ditetapkan untuk berlaku hanya di DKI, dan yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berakibat pada diskriminasi wilayah dan penduduk wilayah tidak kan pernah menjadikan Indonesia secara Nasional menjadi lebih baik bahklan sebaliknya.

5.Pendekatan Psikologis untuk mengubah Jakarta yang dilakukan Jokowi – A Hok hanya akan berguna bagi popularitas Jokowi – A Hok tanpa akan mampu menyentuh perbaikan yang sebenarnya.( Waktunya tidak cukup )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun