Gambar doc pribadi
Pasar Tiban bisa menjadi salah satu solusi Ekonomi Kerakyatan.
Mengamati Pasar Tiban yang bertempat di kawasan Grand Depok Citi, Kota Depok tiap Minggu pagi, mempunyai ketertarikan tersendiri. Disana terjadi transaksi juga menjadi pusat rekreasi, Ide Pasar Tiban yang dulu, ternyata kini telah terjadi.
Pasar Tiban, istilah itu masuk kedalam ranah pembicaraan birokrasi, diangkat oleh BKKBN era kepemimpinan Haryono Suyono, seiring dengan diluncurkannya bantuanekonomi produktif bagi Keluarga Pra Sejahtera berupa Tabungan Keluarga Sejahtera ( TAKESRA ) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera. ( KUKESRA )dua program ekonomi kerakyatan yang dimulai dari basis paling dasar yaitu basis Kelurga. Melengkapi bantuan untuk keluarga Pra Sejahtera yang telah didahului dengan Beasiswa Supersemar bagi anak-anak sekolah berprestasi dari Keluarga Pra Sejahtera, oleh Yayasan Supersemar.
Bantuan yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek sosial kehidupan dan dilakukan tahap demi tahap dengan perencanaan yang matang, dan dalam waktu yang panjang. Batuan yang diluncurkan pada sasaran yang sangat bisa dipertanggung jawabkan. Yang sama sekali tidak pernah terfikirkan oleh Pemerintah berikutnya. Apa lagi Pemerintahan saat ini, yang dilakukan hanya berpijak pada kebutuhan sebuah pencitraan.
Data basis Primer kependudukan, itu yang tidak pernah terfikirkan saat ini. Data basis yang diambil langsung dari sumbernya melalui satu wawancara dengan memasukan berbagai variable yang menghasilkan sebuah Data Primer yang akurat, yang kemudian dipetakan menjadi peta keluarga Pra Sejahtera dalam satu wilayah RT yang ditangani oleh Relawan/Kader Paguyuban Keluarga Sejahtera tingkat RT. yang secara berjenjang kemudian dilaporkan per bulan melaluiRelawan/Kader Paguyuban Keluarga Sejahtera tingkat RW. Sampai tingkat Kelurahan /Desa dan Kecamatan untuk menjadi bahan kajian.
Bantuan Tabungan Keluarga Sejahtera baru diluncurkan setelah lebih satu tahun data di Up Date, dan perbaikan dibanyak hal telah dilakukan yang disebabkan banyaknya kesalahan akibat human error, melalui berbagai pelatihan Pencatatan Pelaporan, barulah dicapai satu data basis dengan Human error dibawah 15 % dalam waktu tiga bulan berkesinambungan. Itulah prestasi terbaik untuk data basis yang langsung menyentuh keluarga secara Nasional yang bisa dicapai. Data kependudukan bila sudah bicara tentang kesejahteraan dengan berbagai variable sebagai ukuran standar, sampai kelas social paling bawah datanya akan dinamis sekali.
Data sensus penduduk, secanggih apapun methodenya apa lagi diambil secara Random sampling, dan baru di Up Date 10 tahun sekali, berani bicara masalah data kesejahteran bagi keluarga secara individu, adalah omong besar. Bantuan langsung Tunai era Presiden SBY, maupun Tiga Kartu Sakti Presiden Jokowi, bisa 50% tepat sasaran adalah sangat istimewa.
Dari mana mereka punya data basis yang memadai ? TIDAK ADA YANG PUNYA SAAT INI.
Dari ketua RT? atau LSM yang mana? dan apa lagi dari pengurus Partai Politik, semua sarat dengan BERBAGAI kepentingan dan karena itulah datanya menjadi data abal-abal.
Satu-satunya lembaga yang pernah mempunyai data Primer Keluarga yang layak sebagai acuan tingkat kesejahteraan keluarga, yang mencakup sekala Nasional dengan toleransi error dibawah 15%, dalam kurun waktu tiga bulan berturut-turut hanya satu lembaga yaitu BKKBN.
Dari data itulah Tabungan Keluarga Sejahtera disalurkan. Dari bantuan tabungan yang disalurkan tiap bulan, langsung pada sasaran melalui buku Tabungan Pos milik keluarga, maka keluarga-keluarga yang tabungannya bertambah dari jerih payahnya sendiri, akan mendapat perhatian lebih. Keluarga-Keluarga itu akan dilatih ketrampilan lebih dulu untuk mengelola usaha micro, baru kemudin diluncurkan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera ( KUKESRA )
Ide Pasar Tiban, adalah muara dari pemberian bantuan yang diikuti penbinaan usaha Produktif dengan pendampingan berkelanjutan. Pemasaran adalah masalah yang dihadapi usaha industri micro sekala Rumah Tangga. Menempatkan mereka kedalam pasar modern sekalipun, dan membiarkan mereka bersaing dengan pengusaha yang sudah mapan, sama dengan membunuh mereka pelan-pelan.
Termasuk memindahkan pedagang K 5 kedalam los pasar yang terjadi di pasar Tanah Abang untuk bersaing dengan mereka yang sudah mapan dengan alasan ketertiban kota, adalah bukan jalan keluar. Mengapa ada pedagang K5? karena disana pedagang K 5 bisa makan. Pasar Tiban adalah memang satu konsep dasar pemasaran yang diadopsi dari manajemen pedagang K 5. Dengan membawa K5 pada satu bentuk tersendiri yang dipromosikan.
Produksi, Promosi dan Rekreasi, itulah bentuk kepedulian Pemerintah dari ide BKKBN waktu itu, hanya untuk mengembangkan Ekonomi Kerakyatan. dengan menghidupkan Pasar Tiban
Salam Prihatin untuk tidak adanya kepedulian lebih bagi Pasar Tiban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H