Mohon tunggu...
M FarhanHidayat
M FarhanHidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalis Enthusiast

Think Creative

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kajian Sabtu Pagi: Sahabat Membawa Kebaikan atau Keburukan ?

18 Januari 2025   07:08 Diperbarui: 18 Januari 2025   07:08 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Abdul Muhaemin sedang mengisi Kajian Sabtu Pagi (Sumber: Youtube Ayo Peduli Sesama)

Depok, 18 Januari 2025 -- Persahabatan memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang. Sahabat dapat menjadi jalan menuju kebaikan atau sebaliknya, membawa pengaruh buruk yang berdampak jangka panjang. Dalam sebuah kajian bertema "Sahabat Membawa Kebaikan atau Keburukan", Ustadz Abdul Muhaemin menjelaskan bagaimana memilih teman yang tepat dapat membentuk karakter dan perjalanan hidup seseorang.

Pentingnya Memilih Sahabat yang Baik

Sejak dahulu, banyak ulama dan tokoh Islam yang menekankan pentingnya lingkungan pertemanan. Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata dalam Kitab Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub:

"Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka peganglah erat-erat."

Ungkapan ini menegaskan bahwa memiliki teman yang baik adalah anugerah yang tidak ternilai. Teman yang baik bukan hanya memberikan dukungan emosional, tetapi juga menjadi pengingat dalam menjalani kehidupan dengan nilai-nilai kebaikan.

Rasulullah SAW juga bersabda:

"Seseorang bisa dilihat dari perilaku sahabatnya. Maka, perhatikanlah dengan siapa kalian berteman." (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Hadits ini mengingatkan bahwa kepribadian seseorang sering kali mencerminkan lingkungan pergaulannya. Oleh karena itu, memilih sahabat tidak hanya berdasarkan kenyamanan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan.

Perumpamaan Sahabat yang Baik dan Buruk

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh seorang teman terhadap kehidupan seseorang:

"Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk." (HR. Bukhari & Muslim)

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa seseorang yang berada di lingkungan yang baik akan mendapatkan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya, jika seseorang bergaul dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk, maka ia berisiko terpengaruh oleh keburukan tersebut.

Dalam kitab suci juga terdapat peringatan mengenai akibat buruk dari salah memilih teman. Dalam QS. Al-Furqan [25]: 27-29 disebutkan bagaimana seseorang bisa menyesal di akhirat karena berteman dengan orang yang menyesatkannya:

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.' Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia."

Ayat ini menjadi pengingat bahwa lingkungan pertemanan yang buruk tidak hanya berdampak di dunia, tetapi juga di kehidupan setelahnya.

Kerendahan Hati dalam Mencari Ilmu

Selain membahas tentang sahabat, dalam kajian ini juga ditekankan pentingnya memiliki sikap rendah hati dalam menuntut ilmu. Salah satu tantangan yang sering muncul adalah ketika seseorang merasa dirinya selalu benar dan sulit menerima kritik.

"Ketika kita memiliki banyak ilmu, jangan sombong. Kita harus tetap mau mendengarkan evaluasi dari orang lain."

Kebenaran mutlak hanya milik Yang Maha Kuasa, sehingga manusia perlu membuka diri terhadap masukan dan perbaikan. Jika ada kesalahan, maka sebaiknya diterima dengan sikap terbuka, bukan justru mempertahankan kesalahan tersebut.

Persahabatan yang Bermakna

Di akhir kajian, Ustadz Abdul Muhaemin menyampaikan pesan mendalam yang menggambarkan arti persahabatan sejati:

"Jika kalian tidak melihat saya di surga, tolong bersaksi kepada Allah bahwa saya adalah orang baik."

Ungkapan ini memberikan makna bahwa persahabatan bukan hanya sebatas kebersamaan di dunia, tetapi juga tentang bagaimana seseorang saling mendoakan dan mendukung dalam menjalani kehidupan dengan baik.

Sahabat sejati bukan hanya hadir dalam suka dan duka, tetapi juga menjadi pengingat agar tetap berada di jalan yang benar. Memilih teman yang membawa kebaikan dapat menjadi langkah awal untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Semoga kita semua dapat dikelilingi oleh sahabat yang baik dan juga dapat menjadi pribadi yang memberikan manfaat bagi orang lain.

Artikel ini ditulis oleh M Farhan Hidayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun