Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kawah Candradimuka Pendadaran Kedua

2 Juli 2024   08:01 Diperbarui: 2 Juli 2024   08:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalimat "man arofa nafsahu fakot arofa robbahu" yang dalam bahasa Indonesia berarti kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu, tidak lain adalah sabda atau hadis nabi Muhammad, SAW. 

Hendaklah sabda nabi ini diposisikan sebagai perintah, dan atas sabda nabi ini lalu kita pedomani untuk membangun pondasi diri. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bila sabda nabi tadi dikaji makna batiniahnya, lalu diposisikan sebagai tuntunan, dan dilaksanakan untuk menemu-kenali siapa sejatinya diri manusia itu.

Bila kalimat kenalilah dirimu niscaya mengenal Tuhanmu, diubah menjadi kalimat tanya: mungkinkah dapat mengenal Tuhan, sebelum mengenal diri sendiri? Tentunya akan dijawab tidak mungkin!

Agar tidak sia -- sia dalam melaksanakan firman Allah sebagai upaya meningkatkan kadar ketakwaan kita, mari dengan keyakinan akan ke Agungan-Nya berupaya mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebagai pondasi membangun.................................................... 

Manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur sebagai langkah nyata menemukan 

siapa sejatinya diri kita ini.

Untuk mengenal siapa sejatinya manusia, mari kita awali dengan membaca ulang riwayat singkat diciptakannya nabi Adam As. Nabi Adam, As. adalah manusia pertama ciptaan Allah, diciptakan dari segumpal tanah. Dibentuk menjadi bentukan yang paling sempurna, diantara mahluk ciptaan Allah. Kemudian ditiupkan Ruh kedalamnya. 

Manusia merupakan makhluk paling sempurna diantara makhluk lain ciptaan Allah. Benarkah manusia merupakan makhluk paling sempurna, diantara makhluk -- makhluk lain ciptaan Allah? Benar.

Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 34. Dan ( ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur  dan adalah ia termasuk golongan orang--orang yang kafir.                                       

Dari bunyi ayat tersebut, hendaklah sudah dapat dipahami bahwa manusia itu adalah makhluk paling sempurna  diantara makhluk -- makhluk lain ciptaan Allah.  Mengapa?  Mari dibayangkan malaikat saja diperintahkan sujud kepada Adam, yang pada dasarnya Adam adalah manusia. Apalagi bila manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain ciptaan Allah, yang berupa tumbuhan atau binatang. Terlebih lagi bila manusia dibandingkan dengan iblis, setan, dan sebangsanya yang ada tetapi tidak kelihatan.

Karena itu, hendaklah manusia selalu berupaya menjaga kesuciannya, agar tidak tercemari oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya.

Lalu bagaimana halnya dengan penciptaan manusia selanjutnya atau penciptaan manusia  setelah nabi Adam, As. Apa juga menggunakan tanah? Tidak!

Kalau saat penciptaan manusia pertama menggunakan tanah secara langsung, sedangkan penciptaan manusia setelah nabi Adam dikisahkan menggunakan tanah secara tidak langsung. Artinya manusia dilahirkan melalui perantaraan orang tua yang terdiri dari seorang perempuan  ( ibu ) dan seorang laki -- laki  ( bapak ).

Manusia dapat bertahan hidup di atas dunia ini, karena mendapat asupan berupa makanan yang berasal dari tanah. Atau memakan saripatinya tanah yang  berupa hasil bumi baik berupa hasil dari tanam tumbuh, dan atau dari hewan. Dari saripati makanan yang dimakan sehari -- hari, menghasilkan air mani.

Air mani yang terdapat dalam diri seorang perempuan, disebut sel telur. Sedangkan yang terdapat dalam diri seorang laki - laki, berupa benih laki - laki disebut sperma. Dalam kehidupan berumah tangga yang  terdiri  dari  sepasang suami - istri, atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa pasangan tadi dikaruniai anak.          

Kalau dicermati kejadiannya, pasangan suami istri tadi hanyalah merupakan media bertemunya sel telur ( ovum ) dengan benih laki -- laki (sperma) yang terjadi dalam indung telur. Hasil pertemuan ovum dan sperma di indung telur, kemudian melakukan perjalanan melalui saluran telur selama 10 hari, menuju ke rahim. 

Menunggulah di rahim selama 9 bulan lagi hingga lahir ke dunia sebagai bayi, setelah berumur 9 bulan 10 hari bila waktu kelahirannya normal. Bila dihitung lamanya waktu sejak bertemunya ovum dengan sperma adalah 10 hari + ( 9 x 30 hari = 270 hari ), total jendral 280 hari atau 40 minggu.

Perjalanan kejadiannya sebagai berikut. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah   ( Al Qur'an surat Al Mukminuun ayat 12). Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani ( yang disimpan ) dalam tempat yang kokoh / rahim  ( ayat 13 ). Kemudian air mani itu  Kami  jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan  segumpal  daging  itu  Kami jadikan  tulang -- belulang, lalu tulang - belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang  (berbentuk) lain. Maka  Maha  Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik ( ayat 14 ).   Begitu riwayat singkat, pembentukan manusia setelah nabi Adam As.

Dari uraian tentang terwujudnya janin manusia tadi, mari dicermati. Apa peran orang tua dalam pembentukan manusia? Peran orang tua terhadap pembentukan manusia hanya sebatas media pembentukan wadagnya saja. Sedangkan Ruh langsung berasal dari Allah Tuhan Yang Maha Suci, dan bukan terbentuk dari organ sang janin. 

Karena Ruh berasal langsung dari Yang Maha Suci hendaklah kita meyakini, dan menyadari bahwa ...................................... 

Diri kita merupakan dzad atau sebagian, dan bagian yang tidak terpisahkan dari Yang Maha Suci; Oleh karena itu memiliki sifat ke-Illahian layaknya sifat-sifat Yang Maha Suci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun