Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Si Kuning

6 Maret 2024   06:31 Diperbarui: 6 Maret 2024   06:42 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebagaimana rutinitas biasanya setiap pagi aku memberi makan ikan, menyiram tanaman hias, pohon mangga, dan halaman rumah / Apotek agar tidak berdebu menggunakan pompa air yang memang telah disediakan untuk keperluan tersebut. 

Tetapi pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2022 tidak seperti biasanya, aku lebih lama di dekat kolam karena melihat ikan yang berwarna kuning terapung, dan tergeletak diam tak bergerak sepertinya sudah mati.

Mulutnya sudah tidak membuka - menutup seperti layaknya ikan yang masih hidup, dan siripnya juga sudah tidak bergerak lagi. Melihat kondisi ikan yang berwarna kuning sebut saja si Kuning seperti itu, aku lalu akan mengambil untuk dibuang ke pinggir kolam. Tetapi niat tersebut urung karena aku masih bisa melihat bagian penutup insangnya sedikit membuka -- menutup meski lamban, terlintas dalam benakku wah ikan ini belum mati.

Si Kuning lalu aku senggol -- senggol sambil sedikit mengangkatnya, lalu aku dekatkan gelembung -- gelembung udara yang keluar dari aerator agar mendapat asupan oksigen cukup. Karena sudah tidak dapat bergerak, dan tergeletak posisinya maka aku memegangi agar dapat tegak seperti posisi ikan yang masih hidup, konsekuensinya tanganku terendam air sampai pergelangan tangan. Lama -- lama satu sirip bergerak pelan, sesekali pegangan kulepas ternyata posisi si Kuning belum dapat tegak sendiri, dan masih miring.

Dengan terus memegangi si Kuning agar dapat dalam posisi tegak tetap kupegang di dekat aerator, dengan penuh harapan semoga si Kuning masih dapat diselamatkan karena Allah.

Lama - lama semua sirip, dan ekor dapat bergerak kemudian aku lepas, tetapi tampaknya belum dapat bergerak bebas. Aku coba membantu dengan mendorong agar dekat dengan makanan,  tetapi tidak mau makan.

Karena kulihat gerakan ekor tampaknya masih kaku, lalu aku apit dengan 2 jari -- jari sambil menggerak -- gerakkan ekor ke kiri, dan ke kanan dengan konsekuensi tangan terendam air.

Puji syukur aku haturkan kehadirat Allah, karena si Kuning sudah dapat berjalan normal setelah dilepaskan, sambil mendorong -- dorongnya agar lincah seperti ikan yang lain. Alhamdulillah ... karena kelihatannya sudah normal, dan lincah si Kuning kutinggal lalu menyiapkan pupuk daun untuk menyemprot tanaman hias.  Seusai menyemprot tanaman aku melihat ke kolam, dan puji syukur si Kuning semakin lincah saja kelihatannya. 

Siang hari aku lalu makan siang seperti biasa tidak ada keluhan apa -- apa, justru agak lumayan nikmat makannya dapat nambah sedikit nasi. Selesai makan, piring aku bawa ke tempat cucian piring bersamaan dengan itu seolah -- olah dari dalam perut ada yang mendorong, dan muntahlah aku saat itu. Sampai 2 kali aku muntah, sehingga tampaknya apa yang tadi ku makan keluar semua. Setelah tuntas muntahnya aku merasakan badan agak panas, perut terasa kembung dan saat ku raba ada bunyi seperti angin yang bergerak.

Masuk angin bisa saja terjadi karena tanganku terendam air selama membantu menyelamatkan si Kuning, yang entah berapa lama tidak ku pikirkan; Yang terpikir justru aku harus selalu memegangi si Kuning agar tetap bisa tegak posisinya, dan dapat bergerak lincah kembali.

Alhamdulillah di sore hari saat memberi makan ikan, aku merasa senang karena dapat melihat si Kuning sudah semakin lincah saat kusenggol, dan berenang bersama ikan -- ikan yang lain.

Namun demikian, aku masih merasakan bahwa kondisi kesehatanku belum pulih normal seperti biasanya. Atas kondisiku ini, tak urung aku minta tolong istri untuk mengeriknya sekedar menghilangkan angin seperti yang biasa aku lakukan. Kondisi kesehatan seperti ini aku alami selama 2 hari, baru di hari ke 3 aku dapat merasakan kesehatanku pulih kembali normal seperti biasanya, matur nuwun Gusti ( terima kasih Tuhan).

Terima kasih Allah, Engkau telah memberikan kesehatan bagi si Kuning sehingga dapat bergerak lincah, dan berkejar - kejaran seperti keadaan normalnya bersama ikan -- ikan yang lain.

SEGALA PUJI BAGI ALLAH SERU SEKALIAN ALAM 

YANG TELAH MENGGERAKKANKU DAPAT 

MEMBANTU MENYELAMATKAN HIDUP

 SI KUNING KARENA ALLAH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun