Judul Semut ireng ini pada dasarnya kelanjutan dari cerita pohon Ciplukan yang merupakan serial Kasih sayang sesama.Â
Dari cerita sebelumnya sedikit aku ulas kembali sebagai berikut. Atas dasar tersebut aku mencoba menanam pohon ciplukan, namun baru dapat menikmati buahnya beberapa kali, tanaman sudah mati karena aku mungkin belum dapat merawat tanaman tersebut dengan baik.
Dari kenyataan tersebut, mudah -- mudahan dapat menyadarkan kita bahwa segala yang tergelar di jagad raya ini apapun wujudnya, tidak diciptakan Allah dengan sia -- sia.Â
Ya hanya orang yang tidak tahu atau orang yang tidak mau tahulahÂ
yang menyia -- nyiakan ciptaan Allah.
Sama halnya dengan pohon Ciplukan tidak terkecuali adalah semut apapun warna, dan jenis semutnya. Untuk mengetahui arti penting semut bagi kehidupan manusia itu apa, kitapun tentu dapat memperolehnya melalui media sosial layaknya pohon ciplukan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Namun untuk ini kali mari kita mengkaji bersama, petunjuk apa yang di berikan Allah melalui semut kepada kita, dengan mengamati perilaku semut itu secara langsung.
Pertama. Kita dapat melihat dengan jelas bahwa setiap semut yang berpapasan selalu berhenti sejenak sambil menyentuhkan kepala yang berantena layaknya orang menyapa, dan bertegur sapa satu sama lain.
Perilaku ini tampaknya, mengajarkan kepada kita manusia yang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna diantara makhluk ciptaan Allah, untuk saling mengenal satu sama lain. Oleh karena itu mari kita berusaha untuk dapat melaksanakan atau meng-amalkan petunjuk Allah tersebut dengan baik, dengan cara...................
Menghindarkan diri dari berpakaian yang mengakibatkanÂ
tidak saling mengenal satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena seseorang mengenakan pakaian sedemikian rapat, sehingga si pemakai pakaian dapat mengenali orang lain, tetapi orang lain tidak dapat mengenali siapa orang dibalik pakaian rapat tersebut.
Akibatnya tidak saling mengenal diantaranya, karena yang mengenal hanya sepihak. Kalau hal ini terjadi berarti kita tidak dapat mengamalkan firman Allah dengan baik, tetapi justru mengingkari firman Allah.
Al Qur'an surat Al Hujuraat ayat 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kedua. Kita dapat melihat dengan jelas, tak jarang se ekor semut membawa barang lebih besar dari tubuhnya. Si semut berusaha keras agar barang tadi sampai ke sarangnya, sehingga si semut kadang -- kadang berada di posisi belakang barang dengan peran layaknya mendorong barang. Kadang -- kadang kita melihat si semut berada di posisi samping barang, dengan peran layaknya membelokkan barang dari rintangan yang menghalangi laju pergerakannya. Kadang -- kadang kita pun dapat melihat si semut berada di posisi depan barang, dengan peran layaknya menyeret atau menarik barang.
Dengan nyata kita dapat melihat perilaku semut yang seolah -- olah tidak mengenal menyerah, ulet, gigih, dan menggunakan segala akal sedemikian rupa hingga barang tersebut dapat sampai ke sarangnya.
Dari perilaku semut yang dapat kita lihat secara langsung tersebut bila kita menyadari dan meyakini, sesungguhnya Allah menunjukkan dan memerintahkan kepada kita; Hai manusia ...................................
Jadilah engkau orang yang ulet, gigih, pekerja keras,Â
dan pantang menyerah dalam menggapai cita.
Ketiga. Kita dapat melihat dengan jelas adanya sekelompok semut manakala sedang membawa barang yang bobot, dan ukurannya jauh melebihi bobot, dan ukuran sang semut itu sendiri. Sekelompok semut tadi mengerumuni sekeliling barang dengan posisi sesuai perannya masing -- masing.
Ada sebagiannya berada di posisi belakang barang, berperan layaknya sebagai pendorong; Ada sebagiannya berada di posisi depan barang, berperan  layaknya sebagai penyeret atau penarik; Dan ada sebagian lainnya berada di posisi samping barang, berperan layaknya sebagai pengarah. Dan yang akhirnya atas kebersamaan sesuai perannya masing-masing,  sampailah barang yang dibawa ke sarangnya.
Dari perilaku semut dalam membawa barang yang jauh lebih besar, dan lebih berat bobotnya kita dapat memperoleh pelajaran. Kita diberi petunjuk bahwa dalam melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini hendaklah kita dapat hidup bergotong royong dalam menggapai tujuan bersama, sesuai perannya masing-masing secara terpadu, dan terkoordinasi.
Matur nuwun Gusti ( terima kasih Allah), Engkau telah memberiku kesempatan untuk belajar kepada hamba-Mu yang lain, baik yang berwujud tumbuhan maupun binatang. Dan yang akhirnya aku dapat menyimpulkan bahwa semua makhluk yang terdapat di semesta alam atau jagad raya ini Engkau ciptakan tidak dengan sia -- sia. Sekali lagi Matur nuwun Gusti.
Al Qur'an surat Ali 'Imran ayat 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Dari cerita tentang pohon ciplukan, dan semut ireng lalu apa kaitannya dengan kasih sayang kepada sesama?
Sebagaimana telah aku ceritakan sebelumnya, bahwa aku telah berusaha membantu menyelamatkan hidup pohon ciplukan dari kerumunan semut hitam dengan menyemprotkan air. Dengan harapan pohon ciplukan dapat hidup normal bebas dari kerumunan semut, dan si semut juga dapat hidup normal di tempat lain yang lebih sesuai.Â
Lalu apakah kejadian yang akan aku ceritakan ada kaitannya dengan apa yang telah kuperbuat seperti cerita sebelumnya, Maha Suci Allah hanya Allah--lah yang mengetahui. Berikut kejadiannya.
Meskipun sederhana, di rumah aku menyediakan kamar khusus untuk melaksanakan sembahyang atau sholat. Dan yang sudah barang tentu di dalam kamar tersebut tersedia gantungan mukena untuk keperluan sembahyang istri, dan anak-anak perempuan. Tidak ketinggalan pula di sisi lain ruangan terdapat gantungan baju, yang biasa untuk menggantungkan baju khusus yang kupakai sembahyang. Â
Suatu saat sekitar pertengahan bulan Juli 2020 aku melihat sekelompok semut merah yang tidak sedikit jumlahnya, semut ini kalau menggigit sangat pedih, dan lama hilangnya. Sekelompok semut tadi berbaris lewat dinding musola entah berasal dari mana mereka bersarang, dan akan menuju kemana aku tidak tahu. Yang jelas sekelompok semut tadi berjalan berderet dari lantai menuju ke arah plafon kamar, dan yang kebetulan lewat di dekat tempat menggantungkan baju.
Usai sembahyang aku melepas baju, dan akan menggantungkan baju ke tempat semula. Ketika aku mendekat barisan semut sudah mulai tabur barisannya; Dan karena aku merasa khawatir kalau nanti ada semut yang berkerumun di baju, maka sekelompok semut tadi aku usir tetapi tidak dengan membunuhnya menggunakan obat pembasmi serangga. Tetapi aku mengusirnya dengan meniup -- niup sambil berujar...............
Hai semut pergilah ke tempatmu sendiri
jangan di sini.
Entah kemana pergi, dan bersarangnya yang jelas ketika aku akan melaksanakan sembahyang wajib berikutnya, aku sudah tidak melihat adanya kerumunan sekelompok semut lagi. Alhamdulillah.
Setelah kejadian tersebut aku sudah tidak memikirkan lagi kemana pergi, dan bersarangnya sekelompok semut ireng. Selang beberapa hari dari kejadian tersebut aku masuk ke ruang apotek, dan melihat kulkas sengaja dimatikan untuk menghilangkan bunga es yang sudah menebal. Â Â Â Â
Dalam kondisi kulkas dimatikan sudah barang tentu bunga es mencair, dan tak urung air keluar dari kulkas. Spontan aku mengamati bagian bawah kulkas, untuk melihat ada tidaknya air yang mengalir ke arah kamar tidur.
Agak terkejut juga aku karena pemandangan sekelompok semut merah seperti terjadi di kamar sembahyangan terlukis kembali, yang kini terjadi  di dinding menuju ke kamar tidur yang posisinya bersebelahan dengan  kulkas. Namanya saja semut, mana tahu dia bahwa itu kamar tidur lalu dihindari, dan beralih menuju ke ruang tamu yang penting serombongan semut merah jalan berbaris, dan bertabur. Pemandangan tentang semut ini, masih terjadi di bulan Juli 2020.
Sama seperti sebelumnya aku tidak mengusirnya dengan membunuh menggunakan obat pembasmi serangga, kecuali mendekat dengan meniup -- niup sekelompok semut sambil berujar ..........................................
Hai semut pergilah dari sini, dan cari tempat bersarangmuÂ
yang lebih sesuai di luar rumah.
Selang beberapa saat setelah kejadian tersebut, aku tidak melihat sekelompok semut merah tadi entah pergi, dan bersarang kemana aku tidak tahu.
Dari kenyataan yang aku alami sebagaimana terangkum dalam bab KASIH SAYANG SESAMA, tidak ada kata lain kecuali puji syukur aku sanjung agungkan kehadirat-Mu ya Allah, Engkau telah mengajariku untuk mengetahui cara hambamu yang lain berterima kasih.
Memang aku tidak mengerti dengan bahasa hamba-Mu yang lain, tetapi atas izin-Mu akhirnya aku dapat memahami cara mereka berbalas budi, melalui apa yang ditunjukkan kepadaku secara langsung.
Sebagaimana tersirat dalam Al Qur'an surat Al Israa' ayat 44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesung-guhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Matur nuwun Gusti,
Engkau telah mengizinkanku memahami caraÂ
hamba-Mu yang lain berbalas budi.
Demikian kisah nyata yang aku alami tentang pohon ciplukan dan semut ireng, semoga ada manfaatnya. Kepada saudaraku pembaca budiman, dimohon bersabar untuk menunggu kisah nyata serial kasih sayang sesama lainnya dalam artikel berikutnya. Terima kasih
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H