Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semut Ireng

21 Februari 2024   07:35 Diperbarui: 21 Februari 2024   07:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matur nuwun Gusti ( terima kasih Allah), Engkau telah memberiku kesempatan untuk belajar kepada hamba-Mu yang lain, baik yang berwujud tumbuhan maupun binatang. Dan yang akhirnya aku dapat menyimpulkan bahwa semua makhluk yang terdapat di semesta alam atau jagad raya ini Engkau ciptakan tidak dengan sia -- sia. Sekali lagi Matur nuwun Gusti.

Al Qur'an surat Ali 'Imran ayat 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dari cerita tentang pohon ciplukan, dan semut ireng lalu apa kaitannya dengan kasih sayang kepada sesama?

Sebagaimana telah aku ceritakan sebelumnya, bahwa aku telah berusaha membantu menyelamatkan hidup pohon ciplukan dari kerumunan semut hitam dengan menyemprotkan air. Dengan harapan pohon ciplukan dapat hidup normal bebas dari kerumunan semut, dan si semut juga dapat hidup normal di tempat lain yang lebih sesuai. 

Lalu apakah kejadian yang akan aku ceritakan ada kaitannya dengan apa yang telah kuperbuat seperti cerita sebelumnya, Maha Suci Allah hanya Allah--lah yang mengetahui. Berikut kejadiannya.

Meskipun sederhana, di rumah aku menyediakan kamar khusus untuk melaksanakan sembahyang atau sholat. Dan yang sudah barang tentu di dalam kamar tersebut tersedia gantungan mukena untuk keperluan sembahyang istri, dan anak-anak perempuan. Tidak ketinggalan pula di sisi lain ruangan terdapat gantungan baju, yang biasa untuk menggantungkan baju khusus yang kupakai sembahyang.  

Suatu saat sekitar pertengahan bulan Juli 2020 aku melihat sekelompok semut merah yang tidak sedikit jumlahnya, semut ini kalau menggigit sangat pedih, dan lama hilangnya. Sekelompok semut tadi berbaris lewat dinding musola entah berasal dari mana mereka bersarang, dan akan menuju kemana aku tidak tahu. Yang jelas sekelompok semut tadi berjalan berderet dari lantai menuju ke arah plafon kamar, dan yang kebetulan lewat di dekat tempat menggantungkan baju.

Usai sembahyang aku melepas baju, dan akan menggantungkan baju ke tempat semula. Ketika aku mendekat barisan semut sudah mulai tabur barisannya; Dan karena aku merasa khawatir kalau nanti ada semut yang berkerumun di baju, maka sekelompok semut tadi aku usir tetapi tidak dengan membunuhnya menggunakan obat pembasmi serangga. Tetapi aku mengusirnya dengan meniup -- niup sambil berujar...............

Hai semut pergilah ke tempatmu sendiri

jangan di sini.

Entah kemana pergi, dan bersarangnya yang jelas ketika aku akan melaksanakan sembahyang wajib berikutnya, aku sudah tidak melihat adanya kerumunan sekelompok semut lagi. Alhamdulillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun