Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendampingi Perjuangan Cucu (Kunci Koper)

26 Desember 2022   06:15 Diperbarui: 26 Desember 2022   06:20 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dini hari menjelang subuh tanggal 25 Agustus 2022 telepon penulis berdering, setelah penulis angkat suara anak terdengar pah saya otw ke Hotel, papa mama sudah siap? Sudah jawab penulis. Kamipun segera turun untuk menunggu kedatangan anak, lebih baik menunggu di lobi Hotel dari pada ditunggu anak. Saat sampai di lobi petugas Hotel sedang sibuk bersih -- bersih dan merapihkan ruangan, sudah barang tentu belum mengenakan pakaian dinasnya.

Namun demikian ada seorang karyawan yang menyongsong kedatangan kami, untuk membantu membawakan barang - barang bawaan mendekat ke pintu hotel, bersamaan dengan kedatangan taksi yang ditumpangi anak. Akhirnya barang-barang bawaan langsung dimasukkan ke dalam taksi, dan sambil bersiap naik kedalam taksi kami menyalami karyawan yang membantu membawakan koper, dan melambaikan tangan sambil mengucapkan terima kasih kepada karyawan Hotel lain yang ada.

Di dalam taksi menuju Bandara Sepinggan, anak menceritakan kalau sang driver agaknya sedikit sedih memikirkan plat nomor mobilnya yang hilang. Kok bisa begitu bagaimana mbak? Tanya penulis. Tadi sebelum mbak ke Hotel kan sudah ngedrop mas ( suami ) dan anak-anak di Bandara, mas driver ditanya nomor kendaraannya berapa? Mas driver agak lupa karena mobil baru, yaitu di depan jawab driver selanjutnya, Satpam bilang tidak ada. Maka mas driver turun, dan melihat ternyata memang plat nomor mobilnya tidak ada alias hilang.

Satpam yang dari dalam mendekat, dan setelah tahu masalahnya dia kebelakang mobil dan plat nomor mobil memang ada, sedangkan plat nomor mobil yang di depan hilang. Hilangnya plat ya dapat dimungkinkan karena keluar jalan tol, jalan tergenang sampai sebatas ban sehingga karena terhantam air lama kelamaan bautnya lepas, dan plat nomer kendaraan lepas. Yang menjadi pikiran kan jadi urusan dengan pihak polisi lalu lintas selama beraktivitas, itulah yang membuat mas driver kelihatan tidak ceria.

Cerita sampai disitu penulis lalu teringat sesuatu dan spontan meraba saku, benar kalau kunci kamar masih dalam saku baju belum penulis kembalikan kepada petugas Hotel. Kartu penulis keluarkan dari saku sambil berkata kepada driver, mas saya minta tolong ya setelah ngedrop kami di Bandara, sampean (anda) kembali ke Hotel untuk mengembalikan kunci kamar ini. Kunci kamar diserahkan oleh anak kepada mas driver, mudah -- mudahan ada tambahan sedikit dana untuk membantu meringankan urusan plat nomer kendaraannya yang hilang.

Akhirnya tanggal 25 Agustus 2022 pagi, sekitar pukul 6 wita kami serombongan terdiri dari eyang (yangkung - yangti), anak -- anak (suami istri), dan dua orang cucu laki -- laki terbang menuju Jakarta, dan mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta dalam keadaan sehat, dan selamat. Selanjutnya kami menuju rumah teman seperusahaan anak -  anak yang sudah purna tugas, dan berdomisili di Jakarta.

Sebelum berangkat tempo hari anak bertanya, di Jakarta papa mama akan menginap dimana? Kalau kami akan menginap di tempat rekan kerja dulu, yang saat ini sudah purna tugas dan berdomisili di Jakarta, sekalian mengucapkan terima kasih karena telah turut membantu cucu eyang di rantau. Temannya inilah yang selama ini diharapkan bantuannya agar dapat turut mengawasi dan mengarahkan anaknya selama menempuh pendidikan di Kharisma Bangsa karena jauh dari orang tua, meskipun selama menempuh pendidikannya sang anak tinggal di asrama Kharisma Bangsa Tangerang Selatan.

Temannya inilah yang bisa dikatakan sebagai orang tua dirantau bagi cucu mengingat dia jauh dari orang tua, dan segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan sekolahan yang memerlukan kehadiran orang tua; Ya beliau ini yang diminta menjadi wali mewakili orang tuanya yang berdomosili di Sangatta Kalimantan Timur. Kalau di akhir minggu cucu ingin keluar asrama ya ke rumah beliau di Jakarta inilah yang dituju, memang disaat awalnya dijemput sekali waktu oleh om nya, pulang diantar teman seperusahaannya tadi, kemudian dilepas untuk melatih kemandirian si cucu. Sebenarnya om nya berdomisili di Pamulang Tangerang Selatan yang tidak jauh dari sekolahannya, tetapi cucu lebih sering ke Jakarta mengingat om nya masih disibukkan dengan kegiatan, sedangkan pakdhenya (begitu cucu memanggilnya) yang di Jakarta sudah purna tugas.   

Penulis dan istri sudah kenal dengan temannya ini sejak penulis berkunjung ke Kaltim saat menjelang kelahiran si cucu, dan setelah purna tugas berdomisili di Jakarta juga pernah ketemu saat mengantar si cucu masuk ke Kharisma Bangsa tetapi tidak di rumahnya. Akhirnya penulis dan istri memutuskan untuk ikut menginap di rumah temannya ini, agar tahu rumahnya dan sekalian mengucapkan terima kasih yang telah berkenan membantu kerepotan anak, dan cucu selama ini hingga lulus dari Kharisma Bangsa. Selanjutnya penulis, dan istri akan mengunjungi saudara di Bogor untuk bersilaturahmi. 

Tiada kata kata yang dapat penulis ucapkan saat itu, kecuali puji syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, melihat keakraban, keceriaan, dan kegembiraan di wajah tuan rumah dan anak-cucu penulis, saat kami serombongan sampai di rumahnya. Kami dilayani dengan penuh keikhlasan, dan dilayani layaknya saudara kandungnya sendiri.

Terima kasih Ya Allah, Engkau telah menunjukkan suasana keakraban ini kepadaku,

dan yang bila Engkau izinkan aku mengatakan:

inilah wujud surga yang telah engkau berikan kepadaku.

Esok harinya Jum'at tanggal 26 Agustus 2022 kami serombongan mengunjungi saudara dari suami anak penulis, yang saat itu beliau sedang berada di rumah anaknya di Depok. Penulis juga menyaksikan hal yang sama dengan suasana keakraban seperti yang penulis saksikan di Jakarta kemarin. Meskipun sebelumnya penulis mengatakan dengan sebutan saudara dari suami anak saat di Yogyakarta, tetapi sesungguhnya tidak berbeda dengan hubungan anak - anak dengan temannya di Jakarta; Karena yang sesungguhnya beliau adalah tetangga dekatnya di Yogyakarta, yang sejak kecil hingga dewasanya sudah terbina hubungan emosional layaknya saudara kandung sendiri.

Direncanakan setelah silaturahmi di keluarga yang berdomisili di Depok ini, rombongan anak -- cucu kembali ke Jakarta, sedangkan penulis dan istri akan terus melanjutkan perjalanan ke Bogor untuk bersilaturahmi dengan saudara-saudara disana. Singkat ceritanya penulis menghubungi adik yang berdomisili di Depok agar bergabung dengan kami, dan akhirnya bergabung lalu pada saatnya mengantarkan penulis, dan istri ke tempat orang tuanya di Bogor.

Mengingat saat itu hari Jum'at maka pada saatnya penulis bersama anak -- cucu meninggalkan rumah menuju ke masjid dengan berjalan kaki, karena lokasi masjid memang tidak jauh dari rumah saudara. Usai Jum'atan kembali ke rumah, dan makan siang bersama. Setelah makan siang, dan beristirahat cukup penulis dan istri pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Bogor, diantar adik yang tidak lain putra bungsu dari keluarga yang akan penulis kunjungi.

Suasana ceria, gembira dan bahagia terjadi lagi di rumah ini saat penulis, dan istri berkunjung diantarkan anak bungsunya yang berdomisili di Depok, dan cucu yang tadi disamper di sekolah saat akan menuju ke Bogor. Di tempat saudara ini semakin tambah semarak suasananya karena semua anak cucunya dapat berkumpul, meski tidak dapat datang dalam waktu bersamaan selama penulis dan istri ada di Bogor.

Hal lain yang sangat membahagiakan penulis, dan istri adalah pertemuan antara kami dengan saudara istri yang sekitar 45 tahun tidak pernah berjumpa. Beliau ini merupakan putra dari pakdhenya istri yang berdomisili di Bogor, begitu lamanya tidak berjumpa sampai sampai pada saat penulis menyalami, beliau masih bertanya kepada istri, mana suamimu?

Suasana seperti ini kalau boleh penulis ibaratkan layaknya kata -- kata

bijak berbahasa Jawa yang berbunyi: Kumpule balung pisah,

yang arti harfiahnya berkumpulnya saudara yang telah lama berpisah atau

telah lama tidak berjumpa ditemukan dan berkumpul kembali.

Tidak lama memang penulis bermalam di Bogor karena hari Minggu sekitar pukul 14 wib, penulis dan istri akan kembali ke Jakarta berkumpul dengan anak cucu yang sedang mempersiapkan keberangkatan cucu ke Canada. Memang semula anak mengatakan akan menjemput ke Bogor, sekalian memohonkan do'a restu kepada eyangbuyut putri dan sanak saudara bagi anaknya; Namun terpaksa dibatalkan karena masih banyak yang harus disiapkan, utamanya belum mendapat kepastian kapan visa dapat diambil, padahal keberangkatan ke Canada tanggal 30 Agustus 2022 pagi, sekitar pukul 6 wib.

Kondisi alam seisinya diciptakan Allah dalam keadaan seimbang atau berpasangan, ada siang, ada malam. Ada laki -- laki, ada perempuan. Ada suka, ada duka, dan lain sebagainya. Tak terkecuali suasana kebatinan yang penulis alami saat itu, di satu sisi terbangun suasana ceria, senang, bangga, dan bahagia bertemu sanak saudara, di sisi lain ada hal kecil sekali yang bertolak belakang dengan suasana tersebut berupa hilangnya kunci koper.

Kecil memang kuncinya, yang penulis gunakan untuk mengunci koper yang akan dimasukkan bagasi bila naik pesawat, tetapi sekecil apapun kunci itu namun tetap kepikiran juga. Penulis tidak menyangka sebelumnya akan kehilangan kunci tersebut karena setiap pergi koper digembok, dan kunci penulis bawa. Kunci biasanya penulis masukkan ke dalam saku celana sebelah kiri, menyatu dengan sisir kecil yang selalu ada kemanapun penulis pergi.

Akhirnya terpikir oleh penulis dimana, dan kapan hilangnya kunci tersebut. Kunci hilang kemungkinan saat jum'atan tempo hari, karena setelah mengambil air wudhu penulis mengambil sisir dari saku celana sebelah kiri untuk merapihkan rambut setelah berwudhu kunci terbawa, dan jatuh tidak diketahui penulis. Pikiran tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi lalu berpikir bagaimana cara untuk melepas gembok yang kuncinya hilang, padahal saat ini menginap di tempat orang. Kalau di rumah sendiri mudah, karena penulis punya gergaji besi, punya palu, punya tanggem yang memungkinkan untuk melepas gembok, walau sesudahnya gembok tidak dapat digunakan lagi karena rusak.

Meskipun suasana batiniah demikian tetapi penulis santai - santai saja, tidak panik, dan tidak menampakkan kegelisahan. Selanjutnya penulis minta tolong salah seorang saudara, untuk membelikan gembok kecil pengganti gembok koper yang kuncinya hilang. Pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2022,  saudara - saudara bersama anaknya masing -- masing datang berkumpul ke rumah orang tuanya karena mereka tahu kalau penulis, dan istri akan pamitan kembali ke Jakarta. Salah satu diantaranya ( si bungsu ) menyerahkan gembok yang penulis pesan sambil berkata benar ini to mas? Iya benar jawab penulis, terima kasih ya mbak.

Setelah saling bersalaman diantara semua keluarga yang hadir, sekitar pukul 14.30 wib. panulis dan istri berpamitan kembali ke Jakarta naik Grab, dengan diantarkan seorang tetangga yang sudah kami anggap seperti saudara sendiri. Setelah sampai rumah yang dituju di Jakarta hanya sebentar saja saudara dari Bogor ini bahkan tanpa sempat duduk, lalu berkenalan dengan empunya rumah, dan bertemu dengan anak - cucu penulis dari Kaltim, selanjutnya beliau berpamitan pulang ke Bogor naik Grab yang tadi mengantar penulis.   

Kejadian tentang kunci koper ini mengingatkan kejadian tentang kunci sepeda saat penulis kuliah di UGM Yogyakarta, akan diceritakan pada artikel berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun