Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendampingi Perjuangan Cucu (Kunci Koper)

26 Desember 2022   06:15 Diperbarui: 26 Desember 2022   06:20 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak lama memang penulis bermalam di Bogor karena hari Minggu sekitar pukul 14 wib, penulis dan istri akan kembali ke Jakarta berkumpul dengan anak cucu yang sedang mempersiapkan keberangkatan cucu ke Canada. Memang semula anak mengatakan akan menjemput ke Bogor, sekalian memohonkan do'a restu kepada eyangbuyut putri dan sanak saudara bagi anaknya; Namun terpaksa dibatalkan karena masih banyak yang harus disiapkan, utamanya belum mendapat kepastian kapan visa dapat diambil, padahal keberangkatan ke Canada tanggal 30 Agustus 2022 pagi, sekitar pukul 6 wib.

Kondisi alam seisinya diciptakan Allah dalam keadaan seimbang atau berpasangan, ada siang, ada malam. Ada laki -- laki, ada perempuan. Ada suka, ada duka, dan lain sebagainya. Tak terkecuali suasana kebatinan yang penulis alami saat itu, di satu sisi terbangun suasana ceria, senang, bangga, dan bahagia bertemu sanak saudara, di sisi lain ada hal kecil sekali yang bertolak belakang dengan suasana tersebut berupa hilangnya kunci koper.

Kecil memang kuncinya, yang penulis gunakan untuk mengunci koper yang akan dimasukkan bagasi bila naik pesawat, tetapi sekecil apapun kunci itu namun tetap kepikiran juga. Penulis tidak menyangka sebelumnya akan kehilangan kunci tersebut karena setiap pergi koper digembok, dan kunci penulis bawa. Kunci biasanya penulis masukkan ke dalam saku celana sebelah kiri, menyatu dengan sisir kecil yang selalu ada kemanapun penulis pergi.

Akhirnya terpikir oleh penulis dimana, dan kapan hilangnya kunci tersebut. Kunci hilang kemungkinan saat jum'atan tempo hari, karena setelah mengambil air wudhu penulis mengambil sisir dari saku celana sebelah kiri untuk merapihkan rambut setelah berwudhu kunci terbawa, dan jatuh tidak diketahui penulis. Pikiran tidak hanya berhenti sampai disitu, tetapi lalu berpikir bagaimana cara untuk melepas gembok yang kuncinya hilang, padahal saat ini menginap di tempat orang. Kalau di rumah sendiri mudah, karena penulis punya gergaji besi, punya palu, punya tanggem yang memungkinkan untuk melepas gembok, walau sesudahnya gembok tidak dapat digunakan lagi karena rusak.

Meskipun suasana batiniah demikian tetapi penulis santai - santai saja, tidak panik, dan tidak menampakkan kegelisahan. Selanjutnya penulis minta tolong salah seorang saudara, untuk membelikan gembok kecil pengganti gembok koper yang kuncinya hilang. Pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2022,  saudara - saudara bersama anaknya masing -- masing datang berkumpul ke rumah orang tuanya karena mereka tahu kalau penulis, dan istri akan pamitan kembali ke Jakarta. Salah satu diantaranya ( si bungsu ) menyerahkan gembok yang penulis pesan sambil berkata benar ini to mas? Iya benar jawab penulis, terima kasih ya mbak.

Setelah saling bersalaman diantara semua keluarga yang hadir, sekitar pukul 14.30 wib. panulis dan istri berpamitan kembali ke Jakarta naik Grab, dengan diantarkan seorang tetangga yang sudah kami anggap seperti saudara sendiri. Setelah sampai rumah yang dituju di Jakarta hanya sebentar saja saudara dari Bogor ini bahkan tanpa sempat duduk, lalu berkenalan dengan empunya rumah, dan bertemu dengan anak - cucu penulis dari Kaltim, selanjutnya beliau berpamitan pulang ke Bogor naik Grab yang tadi mengantar penulis.   

Kejadian tentang kunci koper ini mengingatkan kejadian tentang kunci sepeda saat penulis kuliah di UGM Yogyakarta, akan diceritakan pada artikel berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun