Pengiriman pesan singkat kepada teman -- teman penulis lewat SMS, terdiri dari 2 SMS. Dimana SMS pertama telah penulis sampaikan dalam 2 arikel terdahulu, dengan judul: Mengaji Al Qur'an dan Al Qur'an Bukan Syair. Untuk mengakhiri pesan singkat tersebut akan penulis sampaikan SMS ke 2, sebagai berikut: Mbak / Mas, selama ini dimanakah anda menempatkan Al Qur'an. Di meja, atau di almari, atau di rak buku, atau di tempat lainnya? Untuk tepatnya mari kita simak Surat Asy Syu'araa' ayat 192 s.d 195, utamanya ayat 194.
Dalam pengiriman pesan singkat ini, terkesan seolah - olah penulis melakukan polling ( padahal bukan itu maksudnya). Lalu apa hasil pengiriman pesan singkat tersebut? Hasilnya ternyata, senada dengan apa yang sering penulis dengar lewat ceramah - ceramah. Dimana itu?Â
Umumnya menyatakan Al Qur'an ditempatkan di dalam almari, di rak buku, diatas meja, di tempat tidur, di tempat salat, di kendaraan, dan tempat -- tempat lainnya. Atas semua jawaban tadi bolah boleh saja, namanya pendapat tentunya harus kita hargai, dan kita hormati.
Lalu dimana seharusnya penempatannya agar Al Qur'an  tak bisa dibakar? Sudahkah kita sebagai penganut Islam menempatkan Al Qur'an sesuai dengan perintah, dan petunjuk Allah sebagaimana tersebut dalam surat Asy Syu'araa' ayat 194? Tampaknya belum banyak yang memahami perintah, dan petunjuk Allah tersebut apalagi mengamalkan atau melaksanakannya. Benarkah?
Untuk mengetahuinya mari kita simak bersama kisah nyata berikut, sebagai ilustrasi. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah berkenan memperjalankan penulis bersama istri menunaikan rukun Islam ke 5 pada tahun 2010 yang lalu, dengan lancar tiada halangan suatu apa. Sebagai perwujudan penulis berdua dalam melaksanakan perintah, dan petunjuk Allah untuk mengikuti jejak atau napak tilas beliau: Nabi Musa, As. Nabi Ibrahim, As. dan Nabi Muhammad, SAW. di tanah Arab.
Saat menunggu giliran penerbangan pesawat yang akan mengangkut rombongan kami ( Kloter 16 ) kembali ke Tanah Air, di Bandar Udara King Abdul Azis Jeddah dapat dibayangkan betapa ramai, dan hiruk pikuknya suasana di Bandar Udara saat itu. Setelah menunggu cukup lama, kemudian rombongan penulis mendapat giliran memasuki pintu selanjutnya, saat memasuki pintu tersebut tiap -- tiap orang diberi kitab Al Qur'an secara cuma -- cuma. Sambil terus berjalan, menuju pintu berikutnya.
Sampai di pintu berikutnya tiap-tiap orang diperiksa barang bawaannya. Bagi yang membawa bahan cair, umumnya air zam - zam    harus ditinggal. Karena memang sudah diingatkan sebelumnya, tidak diperbolehkan membawa air zam-zam di dalam pesawat. Selanjutnya bergeser lalu menunggu di pintu pemeriksaan terakhir, dan dilakukan pemeriksaan lagi. Pemeriksaan dilakukan dengan sinar laser, dan metal detektor untuk mendeteksi barang bawaan.
Sambil menunggu waktu mendapat giliran, masing -- masing orang lalu membenahi barang bawaan khususnya kitab Al Qur'an yang baru diterima. Tiba--tiba terdengar suara teriakan keras layaknya meneriaki copet atau maling disuatu tempat keramaian sebagai berikut: pak, pak, pak itu Al Qur'an pak jangan ditaruh disitu (dibelakang/punggung), dipindahkan ke depan pak, di dada!
Karena konsentrasi semua orang sedang tertuju kepada antrian ke pemeriksaan metal detektor, maka teriakan tadi tak urung membuat kaget banyak orang termasuk penulis, seraya mencari sumber teriakan tadi.Â
Dengan mudah dapat ditemukan, karena yang berteriak akhirnya banyak orang sambil menudingkan telunjuknya ke arah seseorang yang menggendong (di belakang/punggung) kitab Al Qur'an.Â
Yang diteriaki semula memang kelihatan bingung, tetapi akhirnya menyadari kalau teriakan tadi ditujukan kepada dirinya. Akhirnya gendongan berupa kitab Al Qur'an dipindah ke depan, tepatnya di dada.
Dari ilustrasi tadi, mari kita rasakan melalui roso pangroso. Sudah tepatkah pemaknaan kita terhadap Al Qur'an, bila disama artikan dengan kitab Al Qur'an? Kitab dalam bahasa Indonesianya adalah buku. Jadi kitab Al Qur'an tidak lain adalah buku yang didalamnya berisi tentang perintah, dan petunjuk Allah (Al Qur'an) yang memberikan penerangan ( surat Yaasiin ayat 69 ).
Surat Yasiin ayat 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Karena itu tidaklah mengherankan bila di negara yang sama -- sama kita cintai ini orang -- orangnya banyak yang lupa, dan khilap; Karena tidak pernah membawa Al Qur'an ke manapun, dan di manapun mereka berada dan beraktivitas. Karena yang dibawa hanyalah berupa kitab Al Qur'an, yang ditenteng ke sana ke mari biar dilihat orang.
Silahkan dirasakan, dan dievaluasi sendiri apa yang telah kita lakukan selama ini. Mau diteruskan atau mau dikoreksi pemaknaan Al Qur'an demi keselamatan, dan kebahagiaan hidup kita di dunia maupun keselamatan dan kebahagiaan hidup kita dikelak kemudian. Mumpung masih ada waktu, dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan kekhilapan kita selama ini. Â
Atau mau diteruskan silahkan, karena keputusan ada pada diri kita sendiri, mengingat diri kita sendirilah yang akan mempertangung jawabkan semua perbuatan, dihadapan Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci pada saatnya nanti.
Perihal penyampaian pesan singkat kedua ini, juga penulis lontarkan kepada mahasiswa saat penulis masih aktif memberi kuliah dahulu. Saat itu ruang kuliah dipenuhi oleh mahasiswa sekitar 60 - 70 orang karena 2 kelas yaitu kelas reguler, dan kelas ekstensi digabung menjadi satu.Â
Dari sekian jumlah mahasiswa sudah barang tentu beragam agama yang dianutnya, mayoritas penganut Islam, selebihnya ada yang menganut Kristen / Katholik, ada yang menganut Hindu, ada yang menganut Budha dan lainnya.
Mengawali penyampaian pesan singkat tersebut, penulis mengatakan kepada mahasiswa tolong dirasakan melalui rasa yang merasakan atau roso pangroso ( Jawa ) agar simpulannya tidak didasari atas rasa suka, dan tidak suka atau like and dislike. Selanjutnya bila ada kata Al Qur'an silahkan bagi yang non muslim menggunakan kata yang sesuai menurut agama dan atau kepercayaannya masing -- masing, apakah mau menggunakan firman Allah atau kitab Suci.
Oke, siap kata penulis. Siap pak, jawab mahasiswa secara serempak. Baik, silahkan diperhatikan dengan baik pertanyaan berikut: Mbak / Mas, selama ini dimanakah anda menempatkan Al Qur'an. Di meja, atau di almari, atau di rak buku, atau di tempat lainnya? Untuk tepatnya mari kita simak Surat Asy Syu'araa' ayat 192 s.d 195, utamanya ayat 194.Â
Dari pertanyaan tersebut ternyata jawabannya senada dengan apa yang sering penulis dengar lewat ceramah -- ceramah, dan jawaban teman - teman melalui pengiriman SMS. Dimana itu? Umumnya menyatakan bahwa Al Qur'an ditempatkan di dalam almari, di rak buku atau di atas meja, di tempat tidur, di tempat salat, di kendaraan, dan tempat -- tempat lainnya. Atas semua jawaban mahasiswa tadi penulis lalu bertanya lagi, masih adakah yang menempatkan Al Qur'an di tempat yang lain, kecuali di tempat yang telah disebutkan tadi? Dijawab serempak, tidak ada pak!
Baiklah, kalau begitu tolong diperhatikan dengan baik Al Qur'an yang akan bapak sampaikan sebagaimana tersurat dalam Al Qur'an surat Asy Syu'araa' ayat 192 sampai dengan ayat 195, utamanya ayat 194 agar kita dapat menempatkan Al Qur'an di tempat yang semestinya. Surat Asy Syu'araa' ayat 192. Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar -- benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, ayat 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin ( Jibril ), ayat 194. kedalam hatimu ( Muhammad ) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang -- orang yang memberi peringatan, ayat 195. dengan bahasa Arab yang jelas.Â
Selanjutnya penulis bertanya kembali kepada mahasiswa, dari rangkaian ayat -- ayat tersebut dimana seharusnya kita menempatkan Al Qur'an?Â
Satu mahasiswa pun tidak ada yang menjawab, kecuali mengarahkan jari tangannya ke dada masing -- masing. Nah disitulah seharusnya Al Qur'an, firman Allah atau kitab Suci ditempatkan, tegas penulis.Â
Oleh karena itu mari mulai detik ini menempatkan Al Qur'an, atau firman Allah atau kitab Suci di dalam hati kita ( ayat 194 ), dengan demikian semoga dari dalam diri kita masing -- masing akan terpancar Nur Illahi atau cahaya Illahi apapun agama, dan kepercayaannya, amiin.
Al Qur'an surat An Nuur ayat 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Namun demikian hendaklah dipahami pemaknaan dari penempatan dalam hati tersebut, tidak berarti Al Qur'an harus dihafalkan mengingat Al Qur'an adalah perintah, dan petunjuk Allah. Justru wajibnya Al Qur'an dikaji dengan bahasa kita sendiri, agar dapat menemukan makna batiniah yang terkandung didalamnya.Â
Makna batiniah inilah merupakan kebenaran jati, lalu kita tempatkan di dalam hati agar selalu menerangi setiap tingkah laku, perbuatan, dan tutur kata kita sehari-hari selama melakoni hidup, dan kehidupan di atas dunia ini. Singkat katanya Al Qur'an itu wajib diamalkan atau wajib dilaksanakan, dan bukan sekedar dibaca, dihafalkan, dan dilagukan belaka, mengingat  Al Qur'an di dalam hati tersebut hakekatnya adalah kitab tanpa tulis atau sastro tanpo tulis (Jawa).Â
Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. Surat Luqman ayat 2. Inilah ayat - ayat Al Quran yang mengandung hikmat, dan ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang - orang yang berbuat kebaikan.
Apabila kita telah dapat menempatkan Al Qur'an di dalam hati sebagaimana difirmankan Allah tersebut, mudah -- mudahan ke depan kita tidak akan mendengar lagi kejadian tentang pembakaran Al Qur'an. Mudah -- mudahan ke depan kita tidak akan mendengar lagi kejadian yang mengatakan pelecehan terhadap Al Qur'an, hanya gara -- gara ada orang membuat terompet dari limbah percetakan yang bertuliskan dengan haruf Arab; Lupa kalau limbah percetakan di negara - negara Jazirah Arab bertuliskan dengan huruf Arab semua, apapun buku atau kitab yang dicetaknya.Â
Kepada saudara - saudaraku budiman yang serius ingin membangun dirinya  menjadi insan yang berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat kita tinggalkan kepada anak cucu dan keturunannya, silahkan menandainya agar dapat mengikuti artikel berikutnya dengan judul "Memprogram Diri Pribadi". Sekian, salam sehat, dan tetap semangat, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H