Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arjuna

7 Januari 2021   06:45 Diperbarui: 7 Januari 2021   06:57 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selang beberapa hari, seorang staf melapor bahwa ada orang yang bersedia menjadi supir di Dinas kami. Penulis pun menyetujui, dengan syarat yang bersangkutan bersedia bermalam di rumah, kata penulis. 

Staf menjawab, yang bersangkutan bersedia menginap di rumah pak. Kalau memang demikian, tolong yang bersangkutan ditemukan saya, kata penulis.  Selang sesaat, yang bersangkutan dikenalkan. Penulis agak terkejut begitu melihat yang bersangkutan berambut panjang, dan diikat layaknya anak perempuan.

Penulis terkejut karena gaya potongan rambutnya, di luar kebiasaan penulis. Potongan rambut penulis selalu pendek dan bahkan saat di Sekolah Menengah Atas dulu, model cukuran bros (cepak) dan rambut paling panjang hanya sekitar 2 Cm saja. Setelah penulis tanya nama dan kemantapannya ikut, penulis pun memberikan arahan perihal etika berkendaraan yang penulis inginkan. Pada saat pulang kantor, yang bersangkutan Agus namanya, penulis minta untuk langsung membawa kendaraannya.

Sesampai di rumah, mas Agus penulis kenalkan dengan istri dan anak-anak yang ada di rumah. Demikian juga kamar yang akan ditempatinya, sambil berpesan anggaplah seperti di rumah mas Agus sendiri. Mana-mana yang kurang pada tempatnya, ya ditata bagaimana untuk lebih rapih dan lebih baiknya.

Setelah beristirahat sejenak, mas Agus penulis panggil dan sambil memberi uang berkata, mas tolong uang ini dibelanjakan di toko Arjuna situ. Penulis tunjukkan letak toko Arjuna, dari rumah sini ke kiri kira-kira 150 meter, sebelah kanan jalan. Mas Agus mengiyakan tanpa bertanya belanja apa, sambil pamit meninggalkan rumah. Beberapa saat kemudian mas Agus datang sambil tersenyum, dan penulis pun berkomentar wah kalau begitu mas Agus tampak lebih cakep lo.

Keesokan harinya kami ke kantor, dan setibanya di kantor teman-teman berkerumun mengomentari mas Agus. Wah tambah ganteng kamu Gus, bagaimana ceritanya. Sambil mengumbar senyum, mas Agus berkisah sebagai berikut. Sesampai di rumah bapak kemarin, saya dikenalkan dengan ibu dan anggota keluarga lainnya.

Demikian juga ditunjukkan kamar tempatku beristirahat / tidur. Tengah saya beristirahat, tiba - tiba bapak memanggil dan memberi saya uang, sambil berkata agar saya membelanjakan uang tersebut di toko Arjuna dekat rumah. Tanpa bertanya, saya terima uang pemberian bapak sambil pamitan pergi ke toko Arjuna. Di tengah perjalanan menuju toko Arjuna saya berpikir, belanja apa di toko Arjuna nanti, karena saya orang baru dan belum tahu barang-barang apa yang ada di toko Arjuna tersebut.

Sambil terus berjalan, akhirnya sampailah saya ke toko Arjuna yang memang tidak jauh dari rumah. Kemudian saya masuk ke toko Arjuna, ternyata tidak ada barang-barang yang dijual di sana. Karena memang toko Arjuna yang dimaksud, adalah tempat pangkas rambut. Akhirnya saya tahu yang dimaksud, bahwa saya disuruh ke toko Arjuna untuk cukur. Disambut gelak tawa teman-teman kantor, ha ha ha... 

Dari cerita singkat tentang Arjuna ini, dapat disimpulkan bagaimana cara menyuruh orang, tetapi orang yang bersangkutan tidak merasa kalau disuruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun