Jujur saja, sejak pertama penulis mengendarai mobil sampai dengan saat ini, belum pernah rasanya penulis menabrak ayam sekalipun. Karena selama mengendarai mobil, pikiran saat itu penulis fokuskan sebagai driver. Dengan demikian insya-Allah, barang apapun yang ada di depan posisi kendaraan, sudah dapat terlihat dari jarak jauh dan dapat menghindarinya.Â
Ada kejadian menggelikan, berkaitan dengan ayam ini. Saat penulis mengendarai mobil sendirian, tahu-tahu ada ayam jago terbang dan braaak menabrak kaca mobil. Kaget juga penulis. Penulis lalu berhenti dan alhamdulillah kaca mobil tidak pecah, si ayam jago tidak mati dan terus berlari. Eeee ternyata tidak orang, tidak ayam, kalau lagi kesengsem dengan lawan jenis, ada mobil sekalipun tidak kelihatan dan ditabrak aja.Â
Meski di jalur penulis jalan kurang baik, berlubang misalnya. Namun penulis tidak mau mengambil jalan yang lebih baik di jalur lain yang bukan hak penulis, meski jalur itu kosong. Dan tetap berjalan melalui jalur penulis, tentunya dengan memperlambat laju kendaraan dan tetap harus berhati-hati dan waspada terhadap pengguna jalan lainnya.Â
Sebaliknya meski di jalur penulis jalannya baik tetapi bila ada orang, baik membawa barang bawaan berat maupun tidak terlanjur masuk ke jalur penulis, penulis berhenti dan memberi isyarat agar orang tadi lanjut menggunakan jalur penulis.
Mengetahui kebiasaan penulis berkendaraan demikian, ketika penulis masih bertugas di Semarang Jawa Tengah dulu, tak jarang teman-teman mengejek penulis, berkelakar maksudnya. Di antaranya seorang teman berkata, kemarin jalan ke mana pak, kok sudah ada kemajuan gaya berkendaraannya, ngebut segala? Heran juga penulis mendengar kata teman begitu.Â
Ada kemajuan bagaimana, wong membawa kendaraan ya biasa-biasa saja jawab penulis. Jawab teman selanjutnya sambil tersenyum alah pura-pura, wong kemarin saya melihat bapak ngebut, sampai sampai bapak menyalip iring-iringan .... .... Â gerobak gitu kok, ha ha ha diikuti oleh teman lain yang ada.
Dengan cara demikian, akhirnya teman=teman dapat memahami keinginan penulis bila menyetir kendaraan bersama. Artinya, secara tidak langsung penulis meminta si teman menyesuaikan dengan keinginan penulis.Â
Sebaliknya hal makan, penulis yang harus menyesuaikan dengan teman-teman, walau si teman tidak meminta penulis. Dalam hal makan penulis tidak terikat dengan waktu harus pukul 12 misalnya, karena sampai pukul 4 sore penulis baru makan alhamdulillah penulis tetap sehat seizin Allah. Kebiasaan makan penulis demikian teman-teman sudah mengetahui, tetapi untuk teman-teman tidak demikian halnya.
Saat penulis melakukan kegiatan dinas, sudah barang tentu diikuti oleh teman-teman yang akan bertugas di suatu tempat. Dalam keadaan seperti ini, yang bertindak sebagai driver teman-teman. Namanya rombongan, tentunya sepanjang perjalanan diisi dengan senda gurau, tanpa menghiraukan waktu. Sekitar pukul 12 dan penulis tahu kalau di daerah tersebut ada rumah makan, penulis nyeletuk tertuju sang driver.
Mas menurut anda, di depan itu gardu atau tugu ya mas. Dengan spontan dijawab, itu gardu pak. Alhamdulillah masih bisa membedakan dengan jelas antara gardu dengan tugu, artinya anda belum lapar. Tetapi bila anda sudah sulit untuk membedakan itu gardu atau tugu, itu menunjukkan kalau anda sudah lapar, disambut teman teman dengan kuuur, ha ha ha..... Â Setelah mendekati rumah makan penulis berkata, kita mampir makan dulu mas dari pada nanti tidak bisa membedakan antara gardu dengan tugu, kembali pecah derai tawa teman-teman, ha ha ha, dan berkata wah bapak ternyata tahu kebutuhan kami.
Kembali tentang Arjuna. Penulis pernah mengalami musibah, saat mengendarai mobil karena mengantuk. Sudah barang tentu kejadian ini, akhirnya diketahui juga oleh teman-teman kantor.Â