Penulis mengawali bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Perindustrian, tepatnya bertugas di Balai Penelitian Kimia Semarang, di Propinsi Jawa Tengah. Meskipun dibawah naungan Departemen Perindustrian RI, namun Balai Penelitian Kimia Semarang langsung berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian RI.Â
Meski demikian hubungan penulis dengan teman -- teman di Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Jawa Tengah, terjalain dengan baik. Oleh karena itu selama penulis bertugas di Balai Penelitian Kimia Semarang, hampir seluruh Kandep Perindustrian  di Jawa Tengah pernah penulis kunjungi. Satu -- satunya Kandep Perindustrian di Jawa Tengah yang belum pernah dikunjungi, adalah Sragen. Dengan demikian, penulis mengenal dengan baik teman -- teman Kakandep Perindustrian di Jawa Tengah pada umumnya.
Suatu saat penulis bersama tim, berkunjung ke Kandep Perindustrian Kabupaten  Karanganyar. Disela -- sela pembicaraan mengenai perkembangan industri yang ada di daerah kerjanya, Kakandep Perindustrian memberi informasi kalau ada orang di salah satu desa ( lupa nama desanya ) yang menanam panili, tetapi belum mengerti cara mengolah buah panilinya. Singkat ceritanya, penulis bersama tim diajak Kakandep Perindustrian mengunjungi desa dimana ada orang yang menanam tanaman panili, dengan harapan kiranya penulis dapat memberikan cara pengolahan buah panili.Â
Setelah sampai di desa yang dituju, oleh Kakandep penulis lalu dikenalkan kepada pemilik kebun. Hal aneh terlihat memang, dikebun ini. Apa letak keanehan dikebun panili yang dikunjungi ini? Sewaktu penulis mengunjungi kebun panili yang ada di daerah Salatiga, diinformasikan oleh pemilik kebun agar buah panili tidak diambil orang, setiap harinya baik siang maupun malam kebun ditunggu oleh pemilik. Â Kecuali itu, di sekeliling kebun panili dipagari dengan rapatnya, dengan tanaman salak yang pelepah daunnya penuh duri. Namun demikian, buah panili masih saja diambil atau dicuri orang.
Sedangkan di desa ini berbeda, justru tanaman panili ditanam di sekeliling kebun yang ditanami pohon cengkeh, dan pohon rambutan. Ketika penulis tanyakan, mengapa tanaman panili ditanam di sekeliling kebun. Pemilik kebun menjawab, tanaman panili digunakan untuk memagari tanaman yang ada didalam kebun.Â
Jadi tegasnya kalau di desa ini, tanaman panili digunakan sebagai pagar agar rambutan, dan cengkeh tidak diambil atau dicuri  orang. Sedangkan di daerah lain, tanaman panili dijaga dan dipagari tanaman salak penuh duri sekalipun masih saja hilang diambil atau dicuri orang buahnya. Hal ini terjadi, karena di daerah Karanganyar masyarakat memang belum mengenal tanaman panili.
Selanjutnya pemilik tanaman panili, penulis beritahu caranya memfermentasi buah panili. Sejak penandaan buah panili yang sudah tua, pemetikan buah panili yang sudah tua, pelayuan buah dan pemeraman agar terjadi proses fermentasi secara optimal. Tanda buah panili sudah tua penulis tunjukkan, karena di desa ini memungkinkan buah panili dapat bertahan sampai tua. Sehingga dapat diharapkan menghasilkan panili fermentasi berkualitas nomor 1.
Di daerah lain yang memang sudah lama mengenal tanaman ini, sering panili diistilahkan dengan "emas hijau" karena harganya memang lebih tinggi, bila dibandingkan dengan hasil tanaman lain. Sehingga di daerah - daerah seperti ini, akan sulit untuk mempertahankan buah panili dipanen tua, karena buah masih muda sudah dipetik oleh pemiliknya, takut keduluan dicuri orang. Dengan bahan baku panili yang masih muda, adalah suatu hal yang mustahil akan memdapatkan hasil panili olahan dengan kualitas prima.
Agar pemilik tanaman panili di daerah Karanganyar ini lebih mengenal, dan mengembangkan panilinya, penulis sering mengunjunginya dan bahkan sesekali bersama keluarga, sekalian rekreasi ke Tawangmangu. Mengenai kelanjutan panili di Karanganyar bagaimana, apakah masih dibina dan dikembangkan atau justru sebaliknya tidak tahu. Karena penulis sudah pindah tugas ke Propinsi Lampung.Â
Meskipun Balai Penelitian Kimia Semarang sudah lama penulis tinggalkan, namun bila ke Semarang tidak lupa penulis menyempatkan mampir dan bernostalgia dengan teman -- teman. Â Disisi lain teman -- teman Balai pun, masih tetap menganggap penulis layaknya karyawan dikantor tersebut. Setelah lama mengobrol salah seorang teman menginformasikan, kalau teman akrab penulis di Kanwil Perindustrian Propinsi Jawa Tengah, sekarang menjadi Kakandep Perindustrian Kabupaten Batang.
Atas informasi tersebut penulis merasa senang, dan bangga punya teman yang dipercaya menjadi Kepala Kandep Perindustrian Kabupaten Batang. Karena penulis ke Semarang membawa kendaraan sendiri, maka saat pulang dari Semarang penulis sempatkan mampir ke Kandep Perindustrian Batang. Bersyukur dapat bertemu dengan beliau. Setelah berbincang lama, karena memang sudah lama tak berjumpa, beliau lalu berkata. Sebelumnya saya minta maaf ya pak, karena saya telah memberanikan diri menggunakan nama bapak. Lo memangnya ada apa mas, Tanya penulis?