Mohon tunggu...
Hendry CH Bangun
Hendry CH Bangun Mohon Tunggu... Jurnalis - Wakil Ketua Dewan Pers Periode 2019-2022

Masih bekerja di media meski sudah memulainya saat menjadi mahasiswa di Rawamangun. Juga ikut mengurusi organisasi wartawan. Suka memberi pelatihan jurnalistik di daerah. Suka menulis puisi, begitu pula cerita pendek. Telah menulis sejumlah buku.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Membeli Koran, Menopang Kehidupan Bangsa

30 Januari 2020   11:04 Diperbarui: 31 Januari 2020   05:42 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia belum membelinya meski telah melihat produknya dipajang di billboard atau di platform lain. Tentu saja hal itu patut disampaikan ke produsen agar mereka tetap iklan di koran. 

Di Indonesia tidak pernah ada penelitian semacam itu dan atau kalaupun ada saya tidak yakin pengelola media massa mau untuk mengiklankan kelebihan mereka. Apalagi secara bersama-sama. Mungkin malu, atau tidak etis, atau merasa tidak perlu. Cara berpikirnya masih jadul. Padahal sudah sekarat dan banyak yang mati.

Mengedukasi masyarakat bahwa membaca koran itu penting, bisa jadi dianggap seperti menggarami laut, percuma, tetapi menurut saya justru semakin terasa pentingnya untuk saat ini. Tengoklah begitu mudahnya informasi palsu (hoaks) disebarkan media sosial. 

Lihatlah betapa banyaknya berita tidak akurat, berita sepihak dan tidak berimbang, berita menghakimi, yang disebarkan oleh media siber yang pengelolanya bukan wartawan profesional. 

Begitu banyak informasi, tetapi justru membuat konsumen semakin tidak yakin kebenarannya sehingga harus dicek silang ke media massa konvensional. Kan lebih baik langsung mendapat berita dari media massa yang jelas, akuntabel, dan dikelola dengan profesional.

Membeli koran, menopang kehidupan media massa, bukan hanya kepentingan wartawan atau pemiliknya, tetapi juga kepentingan bangsa. 

Kita akan kehilangan medium diskusi pro kontra, adu gagasan dan pendapat, alat koreksi pemerintahan yang handal, tempat bersuara orang-orang yang terpinggirkan, tempat masyakarat menyaksikan orang-orang kreatif, berprestasi, dengan karya dan pemikirannya, apabila media konvensional ini mati. 

Turut bersamanya orang-orang idealis, yang sudah mewakafkan dirinya untuk kepentingan publik dan tidak pernah memikirkan kepentingan pribadi dalam bekerja. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun