Membeli koran, menopang kehidupan media massa, bukan hanya kepentingan wartawan atau pemiliknya, tetapi juga kepentingan bangsa.Â
Entah mengapa tadi pagi tiba-tiba saya tergerak untuk membeli koran di halte Transjakarta.Â
Dalam beberapa waktu ini saya memang sering menggunakan transportasi publik itu untuk menghindari kemacetan Jakarta, menghemat waktu dan memanfaatkan kemudahan yang disediakan pemerintah. Jadi baru tahu ada penjaja koran di sana, sementara di stasiun Commuter Line dibabat habis.
Setiap keluar dari bus saya pasti mendapati seorang pria paruh baya, mungkin 50-an tahun, datang menyodorkan selembar surat kabar kepada penumpang bus yang turun.Â
Biasanya saya tidak peduli karena di kantor (masih) tersedia empat koran yang bisa dibaca, termasuk koran yang ditawarkan itu. Rasanya tidak perlu membeli, meskipun harganya hanya Rp 4.000, Selisih sedikit dengan tiket Transjakarta dan Commuter Line yang juga kerap saya gunakan.Â
Informasi di koran itu pastilah tidak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih ketinggalan dari yang sudah saya peroleh dari ponsel, yang sejak subuh sudah saya hidupkan untuk mendapatkan informasi. Dan bahkan terus saya lirik sesekali saat berada di dalam bus atau kereta api listrik.
Tetapi ada semacam rasa bersalah yang tampaknya sudah bertumpuk setiap kali saya turun di halte dan bertemu lelaki penyodor koran itu.Â
Sudah sejak lama saya meyakini dia tidak hanya menjual koran, agar dibeli lalu dibaca orang-orang yang berangkat bekerja dan konsumen transportasi umum itu.
Tetapi dia ikut berjuang mempertahankan jurnalisme yang ditampilkan berita-berita, liputan-liputan yang dikemas dalam berbagai produk jurnalistik sebuah media massa.
Dialah garda terdepan, begitu istilah kerennya, yang ikut menentukan hidup mati berita yang ditulis wartawan-wartawan kompeten dan profesional, yang berwawasan luas, memahami kode etik jurnalistik, yang pada saat menulis berita mengharapkan informasinya bermanfaat bagi masyarakat, memberi pandangan bagi pengambilan keputusan, ataupun menimbulkan diskursus publik yang sehat.