Tinggal dirumah kontrakan daerah pasar rebo membuat saya tiap hari harus melalui rute Warung Buncit-Mampang yang super duper macet n ga kenal waktu. Hal itu saya lakukan karena kantor saya berada di Jl Bangka, sedangkan kantor istri didaerah HI. Sehingga saya hanya bisa mengantarkan istri sampai ke Jl Gatot Soebroto untuk kemudian saya balik ke Jln Tendean sedangkan istri melanjutkan dengan metro mini 640.
Ada satu hal yg selalu saya perhatikan setiap melewati halte2 busway, antriannya setiap hari selalu sama yaitu RAME. Bila kemudian bus nya datang, yang terangkut sekitar 4-5 orang saja. Setelah itu selama beberapa saat jalur busway yang dibikin dengan mengambil jatah jalur umum tersebut dibiarkan kosong melompong tanpa ada yg melewatinya, bahkan tikus pun tidak lewat disitu. Betapa sayangnya bukan.
Sebenarnya apabila armada bus ditambah, sehingga jeda antara satu bus dengan lainnya tidak jauh, saya yakin antrian di halte busway tidak seperti itu. Tentunya apabila antri di halte busway tidak lama, orang2 yang selama ini bawa kendaraan sendiri akan beralih ke busway. Hal ini yang terlintas dipikiran saya saat melihat halte busway tadi. Seandainya busway tidak ngantri seperti mau nonton Jastin Biber, maka saya akan memarkirkan kendaraan saya di Ragunan, kemudian saya nyambung dengan busway sampai ke Mampang, kemudian tinggal jalan kaki sampai ke kantor.
Bang Foke tidak perlu muluk2 dengan project subway,waterway, MRT atau apalah yang keefektifannya masih diragukan ataupun bila efektif seperti MRT, tapi jadinya masih lama, keburu tua dijalan bang. Cukup tambah aja armada busway, toh jalurnya sudah ada namun tidak maksimal penggunaannya. Bila orang banyak beralih ke busway, tentu jalanan akan berkurang dilewati kendaraan pribadi dan Bang Foke boleh klaim kalo abang sudah memajukan transportasi di Jakarta seperti berita disini http://megapolitan.kompas.com/read/2011/04/06/07565855/Foke.Klaim.Berhasil.Majukan.Transportasi