Mari kita simak baik-baik ya! Kita mulai dari ayat pertama..
Wahai orang-orang yang berselimut (Muzammil, ayat 1)
Sejatinya, ayat pertama ini diperuntukkan kepada Muhammad Rasul Allah. Ketika itu, Rasulullah baru saja menerima wahyu dan kemudian ia ketakutan. Tubuhnya menggigil. Dan ketika sampai di rumah, Muhammad Rasul Allah bilang kepada Khadijah, “Selimuti aku.. Selimuti aku..”
Sehingga karena kejadian ini, Allah lalu menyapa Muhammad Rasul Allah dengan sebutan orang-orang yang berselimut.
Nah, selain membayangkan kejadian itu, ketika membaca arti ayat ini, kepala saya pun membayangkan sesuatu.
Berpikir begini: “Ayat ini barangkali juga bisa digunakan untuk memanggil orang-orang yang berkeinginan menjadi penulis, tapi malas (atau banyak alasan). Wahai orang-orang yang berselimut!”
Berselimut bisa diartikan sebagai kegiatan menutupi diri dengan sebuah kain tebal dan hangat. Sehingga dengan keadaan demikian, tubuh menjadi nyaman dan ingin terus bermalas-masalan.
Kalau kata anak-anak jaman sekarang itu: mager, malas gerak!
Maka saya kemudian mengartikan, selimut yang membuat seseorang menunda-nunda menulis itu adalah kemalasan.
Wahai orang-orang yang berslimut, barangkali boleh juga dibaca: wahai orang-orang yang malas! Atau, wahai orang-orang yang terlalu mengandalkan mood ketika menulis! atau, sebagainya.
Bangunlah (untuk shalat malam) pada malam hari, kecuali hanya sebagian kecil (Muzammil, ayat 2)