Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Merasa Seperti Seorang Pahlawan

1 Juni 2016   21:40 Diperbarui: 1 Juni 2016   21:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau jalan saya terpincang-pincang dan tertatih jelek sekali (Lihat videonya DISINI), sore ini saya pulang kerja dengan perasaan seperti pahlawan. Dada saya busungkan, kepala mendongak lebih tegak, dan pandangan lurus ke depan.

Tidak sampai disitu..

..tangan saya juga mengepal kencang, rahang mengatup keras, dan kaki kuat sekali melangkah.

Well, dengan sikap seperti itu, seharusnya saya sudah seperti tentara yang baru saja pulang dari pertempuran dengan kabar kemenangan, bukan?

Di dalam dada saya, dibanjiri kebanggaan. Hebat sekali rasanya. Benar-benar menakjubkan.

Apa pasal? Mengapa saya sedemikian heroiknya sore ini? Apakah ada yang spesial?

Aih.. Kecil saja sebenarnya. Untuk bisa merasakan sensasi yang sedemikian hebat itu, saya bahkan tidak perlu hal-hal besar dan mahal.

Tadi, ketika pulang kerja dan mendapati ada toko mainan di pinggir jalan. Saya berhenti dan membeli sebuah mobil-mobilan yang berukuran besar.

Beberapa minggu sebelumnya, saya memang sempat berujar. Berjanji kepada anak saya, begini, “Bang Alif, minggu depan Abi beliin mobil-mobilan mau?”

Anak saya yang masih kecil dan belum bisa bicara itu, cuma memandang saya dengan takjub, kepalanya mengangguk-angguk saja, mulutnya bergumam tidak jelas.

Mungkin dia ingin bilang, “Iya, Bi, aku mau..”

Entahlah..

Nah, saya sempat lupa akan perkataan itu beberapa hari berikutnya. Pekerjaan yang menumpuk serta tesis yang menunggu dikerjakan menyita perhatian dan saya luput memenuhi janji kepada anak saya.

Hingga kemarin siang, ketika mendapat kabar bahwa anak saya demam, entah karena apa, saya teringat janji itu.

Benar, bahwa anak kecil memang rentan sekali terkena demam. Suhu tubuhnya bisa naik kapan pun dan penyebabnya bisa apa saja. 

Orang tua dan mertua saya yang sudah berpengalaman tidak akan was-was berlebihan. Mereka sudah terbiasa mengalami hal demikian. Dan ketika saya mengadukan perihal anak saya ke mereka, yang ada malah dijawab santai, “Nggak apa-apa, paling setelah ini bakal bisa ngomong.”

Duh!

Berbeda dengan saya yang masih newbi. Mendapati anak saya sakit (entah itu pilek, batuk, atau tubuhnya panas), maka saya suka ngeri-ngeri sedap. Khawatir tentu saja. Takut terjadi apa-apa.

Sehingga ketika anak saya sakit, saya sering berdoa, “Ya Allah, jika bisa pindahkan saja sakit anak saya ke saya. Biarkan anak saya sehat dan tumbuh dengan baik.”

Nah, karena anak saya demam itulah, saya kembali ingat janji yang belum saya tepati. Maka jadilah sore ini, saya bertekad membelikannya mobil-mobilan.

Siapa tahu, ketika saya belikan mobil mainan ini, anak saya senang dan kemudian sembuh.

Saya memilihkan mobil truk mainan yang besar dengan tujuan agar bisa digunakan untuk mengangkut beberapa mainan kecil lainnya. Angkut dan bongkar. Agar seperti sungguhan.

Harganya cukup mahal memang. Apalagi buat saya yang penghasilan setiap bulannya bahkan tidak melebihi UMR. Membeli mobil-mobilan dengan nominal harga yang cukup untuk membeli keperluan dapur selama tiga hari tuh memerlukan keberanian yang lebih.

Tapi demi anak, apasih yang nggak.

Apalagi bagi saya yang baru setahun menjadi ayah, mendapati anak sedang pada masa yang benar-benar menggemaskan itu adalah anugerah. Dan untuk membuat anak saya tetap tersenyum, bahkan saya rela melakukan apapun.

Apatah lagi hanya mengorbankan uang belanja tiga hari ke depan..

...gampang!

Jadilah saya putuskan membeli mobil-mobilan yang besar. Biar puas sekalian.

Sampai di rumah, ketika mainan ini saya buka dan saya sodorkan, anak saya diam. Hanya memandangi mainan itu tanpa mau menyentuhnya. Ia masih heran dengan mainan yang saya bawa.

Ia bahkan masih belum berani memainkannya. Mungkin karena terlalu besar.

Anak saya memang selalu demikian. Untuk hal-hal yang baru dan asing, butuh beberapa jenak untuk membuatnya sadar bahwa ini tidak berbahaya dan justru malah mengasikkan.

Pelan-pelan, sehari dua hari, anak saya pasti akan antusias sekali dengan mainan barunya ini. Semoga.

Kabar baiknya lagi, anak saya sudah mendingan hari ini. Demamnya sudah berangsur turun dan normal lagi.

.

.

.

.

Jadi yang membuat saya benar-benar seperti pahlawan sore ini, adalah ketika saya berhasil membelikan anak saya mainan dan berharap dia senang. 

Oh well, bagi orang tua, sungguh, tidak ada lagi kesenangan yang bisa melebihi hal itu: menyenangkan anak kesayangan.

[DISCLAIMER: TULISAN INI JUGA DIPOSTING DI BLOG PRIBADI PENULIS]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun