Entahlah..
Nah, saya sempat lupa akan perkataan itu beberapa hari berikutnya. Pekerjaan yang menumpuk serta tesis yang menunggu dikerjakan menyita perhatian dan saya luput memenuhi janji kepada anak saya.
Hingga kemarin siang, ketika mendapat kabar bahwa anak saya demam, entah karena apa, saya teringat janji itu.
Benar, bahwa anak kecil memang rentan sekali terkena demam. Suhu tubuhnya bisa naik kapan pun dan penyebabnya bisa apa saja.
Orang tua dan mertua saya yang sudah berpengalaman tidak akan was-was berlebihan. Mereka sudah terbiasa mengalami hal demikian. Dan ketika saya mengadukan perihal anak saya ke mereka, yang ada malah dijawab santai, “Nggak apa-apa, paling setelah ini bakal bisa ngomong.”
Duh!
Berbeda dengan saya yang masih newbi. Mendapati anak saya sakit (entah itu pilek, batuk, atau tubuhnya panas), maka saya suka ngeri-ngeri sedap. Khawatir tentu saja. Takut terjadi apa-apa.
Sehingga ketika anak saya sakit, saya sering berdoa, “Ya Allah, jika bisa pindahkan saja sakit anak saya ke saya. Biarkan anak saya sehat dan tumbuh dengan baik.”
Nah, karena anak saya demam itulah, saya kembali ingat janji yang belum saya tepati. Maka jadilah sore ini, saya bertekad membelikannya mobil-mobilan.
Siapa tahu, ketika saya belikan mobil mainan ini, anak saya senang dan kemudian sembuh.
Saya memilihkan mobil truk mainan yang besar dengan tujuan agar bisa digunakan untuk mengangkut beberapa mainan kecil lainnya. Angkut dan bongkar. Agar seperti sungguhan.