Jadilah tangan saya dipukul hingga tiga kali menggunakan penggaris kayu yang panjang itu. Sakit, tentu saja. Merah. Sedikit agak lebam.Â
Saya ceritakan semuanya ke orang tua. Apa jawaban mereka?Â
"Makanya, lain kali kukunya dibersihkan. Jadi orang kok jorok banget. Kuku kotor itu sumber penyakit!"Â
Duh! Bukannya dibela malah diomelin.Â
Pernah juga, ketika kelas empat SD, saya tidak lolos pemeriksaan rambut. Kelewat panjang sampai menutup sebagian telinga dan menyentuh kerah baju.Â
Saya dipanggil ke kantor, dinasihati banyak hal, kemudian dipangkas berantakan oleh guru olah raga. Sebelah kiri dipangkas habis, sedangkan sebelah kanan dibiarkan.Â
Alamak, jangan kalian bayangkan. Itu pasti jelek sekali.Â
Dan ketika sampai di rumah, saya malah ditertawakan oleh almarhum bapak dan mamak saya. Kata mereka, saya lucu dengan potongan rambut demikian.Â
Aih.. Lagi-lagi saya nggak dapat pembelaan.Â
Padahal, di jaman sekarang, ada loh guru yang sampai dipidanakan hanya karena mencukur rambut siswanya. Hanya karena masalah sepele ini, urusan jadi runyam dan tentu saja menghabiskan banyak waktu dan uang.Â
Beda sekali kan dengan orang tua jaman sekarang yang mudah sekali naik pitam dan sebentar-sebentar melaporkan guru anaknya ke polisi karena ini dan itu.Â