Ada istri-istri yang ketika emosinya tersulut, mudah sekali bilang, “Kalau kamu nggak bisa jadi suami yang baik dan bertanggung jawab, sekarang kembalikan aku ke orang tuaku! Ceraikan aku!”
Eh, mendengar hal demikian, suami jengkel dan ikut-ikutan marah. Naik pitam. Berujar, “Yasudah, kalau begitu kamu saya ceraikan! Sana balik ke orang tua!”
Dia lupa, bahwa perkataan talak itu, mau dikatakan serius atau tidak, maka hukumnya tetap sah. Jadi jangan sembarangan berujar.
Masih banyak contoh lain. Buka saja situs-situs berita dan langsung ke kanal kriminalnya. Hampir semua tindak kejahatan yang terjadi, boleh jadi dilatar belakangi kemarahan.
Marah, apapun alasannya, tentu saja tidak baik. Agama Islam bahkan melarang keras. Sampai-sampai, ketika ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah dan bertanya: “Wahai nabi, katakan padaku, apa yang harus aku lakukan agar selamat di dunia dan akhirat!”
Rasulullah menjawab, “Jangan marah,” diulangi lagi sampai genap tiga kali, “Jangan marah.. Jangan marah..”
Dikisah lain, nabi juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Coba kalian jelaskan, menurut kalian, siapa orang yang paling kuat di dunia ini?”
Setelah saling pandang dan celingukan, salah seorang diantara sahabat yang hadir berujar, “Orang yang paling kuat adalah dia yang bisa mengalahkan siapa saja!”
Sang nabi tersenyum, membenarkan, “Orang terkuat itu, bukanlah orang yang bisa mengalahkan siapapun. Tapi, orang terkuat itu adalah dia yang bisa mengendalikan amarahnya.”
Akhirnya, kita berlindung dan berdoa kepada Allah, semoga, siapapun kita: baik guru, penulis, blogger, orang tua, suami, istri, siswa sekolah, atau siapa saja, bisa terhindar dari kehinaan akibat kemarahan yang berlebihan. Semoga kita adalah orang terkuat itu, yang bisa menahan amarahnya dengan baik.
Banyak-banyaklah mengingat Allah dalam artian sadar bahwa Allah ada dan berpikirlah sekian kali setiap hendak melakukan perbuatan nista, termasuk marah.