Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Guru yang Baik atau Tidak Sama Sekali

30 April 2016   20:27 Diperbarui: 30 April 2016   20:34 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Seharusnya,” narasumber berkata lagi, “soal yang diberkan adalah ... + .... = 10. Sehingga siswa akan berpikir dan mencari angka berapa saja yang bisa menghasilkan bilangan 10 jika dijumlahkan.”

“Sebenarnya simpel sekali, bukan? Hanya saja, hampir semua guru tidak memikirkan sampai ke arah sana. Ketika saya tanyakan kepada mereka, mengapa tidak melakukan demikian, jawabannya adalah, ‘Kalau soalnya begitu, kami susah memeriksanya, pak’.”

Pertanyaan dan diskusi inilah yang mengganggu saya beberapa saat. Saya merasa berdosa karena pernah melakukan kesalahan kepada siswa-siswa saya di pedalaman Kalimantan dulu. Benar apa yang dikatakan pembicara tadi, saya selalu membuat soal demikian.

“3 + 6 = ....” atau “.... + 4 = 11”

Soal-soal seperti di atas, akan membuat siswa tidak berkembang. Dan jika keadaan ini dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan masif, maka tidak menutup kemungkinan toh, jika kelak mereka mudah menyerah setiap kali menghadapi cobaan?

Dikasih masalah sama Allah, lalu mencoba satu solusi dan gagal, mereka lalu berhenti dan putus asa.

Diberi hambatan dalam menjalankan usaha, hanya punya satu rencana saja dan kemudian tidak memikirkan rencana lain jika ternyata rencana pertama mentok dan tidak berhasil.

Orang-orang yang tumbuh dengan didikan seperti ini, sadar atau tidak, akan menjadi orang yang tidak fleksibel. Tidak luwes. Padahal, dalam menjalani kehidupan, kita butuh keduanya: fleksibilitas dan keluwesan.

Dari diskusi singkat di atas jualah, saya menyadari dan paham, bahwa menjadi guru adalah beban yang berat. Mereka harus bekerja mati-matian menyiapkan generasi mendatang. Sekali saja salah, maka masa depan sebuah negara yang dipertaruhkan.

Akhirnya, untuk menutup postingan singkat ini, saya ingin sekali mengucapkan terimakasih kepada semua guru saya: Bu Nani, Pak Lakri, Bu Worin, Bu Eri, Pak Linas, Pak Kawit, Pak Lindung, Bu Masnun, Pak Basuki, Bu Budi, Pak Zahari, Pak Jabir, Pak Subur, dan semuanya.

Terimakasih atas semua ilmu dan pelajaran yang pernah diberikan ke saya. Semoga bapak dan ibu semua mendapatkan pahala yang baik di sisi Allah kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun