Salah satu alasan mengapa seseorang tidak bisa menulis setiap hari –dan ini adalah salah satu alasan yang paling klasik, adalah karena tidak punya ide. Bingung mau menulis apa. Ini hampir terjadi di setiap pelatihan yang saya isi, ketika saya sampaikan bahwa: “Kalau teman-teman ingin bisa menulis, bisa menghasilkan buku, dan dibaca banyak orang, maka menulislah setiap hari!”
“Mengapa demikian?”
“Karena menulis adalah sebuah keterampilan. Dan sebagaimana hukum keterampilan, ia akan semakin ahli jika dan hanya jika kita melatihnya sesering mungkin, setiap hari!”
Nah, setelah kalimat saya terucap, biasanya akan ada satu dua orang yang nyeletuk, “Menulis setiap hari? Emang bisa? Darimana kita mendapatkan ide tulisannya?”
Nah kan? Saya pun yakin sekali, dari sekian banyak orang yang membaca tulisan ini, pasti punya kendala yang sama. Darimana mendapatkan ide tulisan untuk ditulis setiap hari?
Baiklah. Pada tulisan ini, saya akan membagikan pengalaman saya tentang mendapatkan inpsirasi menulis. Semoga setelah membaca tulisan ini, teman-teman jadi semakin tergerak dan bersemangat untuk bisa menulis sesering mungkin, tidak ada alasan lagi untuk tidak menghasilkan tulisan hanya karena tak punya ide.
Pertama: Ide Tulisan Datang dari Apa yang Kita Dengar, Lakukan, dan Rasakan
Kita melakukan kehidupan 24 jam sehari semalam. Melakukan, mendengar, dan merasakan banyak hal. Boleh jadi kita bertemu teman lama, bercengkerama banyak topik, atau apa saja. Bukankah itu hal yang bagus untuk ditulis? Kita bisa menuliskan dimana kita berjumpa, apa yang kita bicarakan, dan kabar terbaru mereka.
Itulah hal termudah untuk bisa menulis setiap hari, mencatat apapun yang kita lewati setiap hari. Menulis diary. Catat dan posting kegiatan kita di blog, biarkan orang membaca, dan secara tak langsung akan banyak manfaat yang bisa dirasa.
Selanjutnya, tak peduli kalian sedang jatuh cinta, sakit hati, cemburu, sedih, senang, atau bahkan galau sekalipun, maka tuliskan! Jika takut teman-teman kalian tahu, gunakan kata ganti orang ketiga, jangan aku atau saya. Buat saja seakan-akan kisah itu milik orang lain.
Tak peduli sesimpel apapun yang kalian kerjakan seharian, dengan sudut pandang yang berbeda kalian tetap bisa menghasilkan sebuah renungan yang menarik. Saya misalnya, suatu kali, ketika sedang mentok sekali menulis, secara tak sengaja saya melihat banjir. Air dari sungai yang ada di sekitar tempat tinggal saya meluap dan lambat tapi pasti ia memenuhi halaman dan semakin meninggi.
Saat itulah, saya terbersit untuk menulis tentang air. Apa yang saya tulis? Begini:
Air adalah senyawa yang hebat, bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Jumlah mereka banyak sekali. Kalian lihat saja peta dunia, bentangkan ia di atas meja, dan kalian akan menyaksikan bahwa duapertiga bumi adalah air. Menggenang dimana-mana.
Air adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur, hidrogen dan oksigen. Hidrogen itu gas yang mudah terbakar, dia bahan bakarnya matahari dan jumlahnya banyak sekali. Dan konon, kiamat baru akan terjadi jika hidrogen disana habis dan matahari padam. Selesailah kehidupan.
Selanjutnya, oksigen pun demikian. Mudah terbakar dan menjadi syarat utama terjadinya pembakaran. Coba saja hidupkan sebuah lilin, kurung ia di dalam sebuah gelas. Maka tak butuh waktu lama, ketika oksigen di dalamnya habis, maka api yang ada di sumbunya akan padam.
Dua unsur pembentuk molekul air ini, hidrogen dan oksigen, adalah unsur yang mudah terbakar, tapi mengapa ketika sudah bersatu justru malah tak bisa dibakar sama sekali?
Bla.. bla.. bla..
Lihat, bahkan dari sebuah hal kecil saja, melihat air yang mulai membanjiri halaman tempat tinggal, saya bisa menghasilkan sebuah tulisan ringan yang baik. Maka seharusnya, untuk orang-orang yang sudah berniat menjadi penulis, sudah bukan masanya lagi kalian beralasan tak bisa menulis karena tak punya ide. Ia ada dimana-mana, tinggal kita saja, mau menuliskannya atau tidak?
Kedua: Ide Tulisan Datang dari Bacaan yang Kita Baca
Selain dari apa yang kita jalani setiap hari, ide tulisan juga bisa datang dari bacaan yang kita lahap. Maka banyak-banyaklah membaca. Darisana kita bisa membuat tulisan yang serupa tapi dengan gaya dan penuturan kita. Atau, dari apa yang kita baca, kitapun bisa menciptakan sebuah karya yang berbeda: menyanggah misalnya.
Ini adalah ciri masyarakat intelek: ketika menemukan sebuah opini yang berbeda, merasa tak cocok, atau menyimpang, mereka tak menghujat habis-habisan. Tapi membuat tulisan tandingan dan mempublisnya ke khalayak ramai. Orang-orang intelek berperang menggunakan pena dan tulisan. Mereka menulis karena mereka membaca sebuah karya.
Pun sama dengan kita, ketika ingin menjadi penulis, maka menulislah setiap hari. Darimana idenya? Salah satunya bisa datang dari apa yang kita baca. So, banyak-banyaklah membaca.
Ketiga: Ide Tulisan Datang dari Diskusi yang Kita Ikuti
Selanjutnya, ide tulisan juga bisa datang dari apa yang kita diskusikan. Misalnya, suatu kali kalian mungkin mengikuti sebuah diskusi tentang tema tertentu. Misalnya tentang perekonomian negara kita. Maka tuliskan saja apa yang didiskusikan itu.
Bagaimana kondisi perekonomian kita sekarang? Mengapa bisa terjadi begini? Jika sekarang perekonomian kita terpuruk, lalu bagaimana caranya agar ekonomi kita bisa meningkat? Apa yang harus dievaluasi? Apa yang harus dilakukan? dan sebagainya.
Dari sebuah diskusi, kita bisa menuliskan banyak hal: tempat terjadinya, siapa saja yang hadir, dimulai dari jam berapa dan sampai kapan, konsumsinya bagaimana, dan lain-lain.
Tentang diskusi ini, kita sebenarnya tak perlu melakukan juga. Kita bisa saja hanya menjadi penonton debat yang ada di televisi, mendengarkan dengan seksama, dan ketika diskusi selesai, kita bisa menuliskannya. Di tulisan itu, kalian juga seharusnya menyelipkan pandangan kalian, setuju atau tidak dengan kesimpulan diskusi yang kalian saksikan.
Keempat: Ide Tulisan Datang Setelah Jalan-jalan atau Menonton Film
Saya sepakat dengan opini yang mengatakan bahwa “Belajarnya seorang penulis adalah dengan menonton film, membaca buku, dan jalan-jalan.”
Ini benar adanya, bahwa ketika kita mentok hendak menulis apa, bingung harus memulai dengan kalimat mana, maka cobalah menonton film. Jika itu tak memungkinkan dan belum berhasil membuat mood kita kembali, belum juga dapat ide hendak menulis apa, maka sesekali cobalah jalan-jalan. Kunjungi tempat-tempat baru yang menarik dan menawan.
Biasanya, dari jalan-jalan, kita bisa kembali menulis dan bersemangat lagi.
Pun demikian dari film yang kita tonton, kita bisa menghasilkan tulisan. Entah itu review tentang film itu, tentang konflik yang dibangun, atau tentang beberapa pesan yang disampaikan disana.
Nah, akhirnya, semoga tulisan ringan ini bisa menjadi renungan buat sesiapa saja. Silakan disebarkan jika berkenan.
Demikian.
Saya posting juga di blog saya www.bangsyaiha.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H