“Anehnya, kalau mereka dibilangin baik-baik, malah mereka yang nyolot, bukan? Berteriak-teriak bilang, hak kami dong ingin merokok dimana saja! nggak usah ngatur-ngatur gitu deh! Ini kan egois!”
Nah, apakah mbak yakin akan nyaman hidup dengannya?
Jika yakin ya nggak apa-apa, menikahlah. Toh, banyak juga kok kasus lelaki perokok yang insyaf ketika sudah berkeluarga. Paling dekat abang ipar saya. Dulunya dia perokok berat. Habis satu batang, langsung cabut satu lagi. Disulut dan dihisap dalam-dalam.
Sampai akhirnya, ia benar-benar berhenti sekarang. Kata kakak saya, suaminya sadar bahwa rokok bisa membahayakan keluarganya, anak dan istrinya. Tetap merokok, sama saja membunuh mereka pelan-pelan.
“Jadi, Bang, saya seharusnya bagaimana, terima atau jangan?”
Ya terserah, mbak. Ikuti saja apa yang mbak yakini.
Demikian.
Tulisan ini saya posting juga di www.bangsyaiha.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H