Mohon tunggu...
Bang Shod
Bang Shod Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Melakukan apa yang menimbulkan kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hiduplah dengan Perumpamaan Gua Plato

9 Februari 2023   12:50 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:54 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perumpamaan gua di paparkan filsuf yunani kuno, Plato dalam karyanya yang berjudul Politeia (Republik).

Berikut adalah ringkasannya:

* Penjara dalam gua

Bayangkan ada sebuah gua. Didalam sebuah gua hidup orang-orang tawanan yang diikat menghadap dinding gua bagian belakang, sejak mereka usia balita. Kaki dan leher mereka terikat. Karena diikat mereka tidak bisa kemana-mana. Dan mereka hanya bisa melihat kedepan menghadap dinding bagian belakang gua.

Dibelakang pundak mereka terdapat tembok. Lalu dibelakang tembok terdapat api yang menyala. Jadi tembok berada diantara api dan tawanan.

Dan dibalik tembok ini terdapat pewayang yang memainkan wayang berupa manusia dan bentuk makhluk hidup lainnya. Para tawanan tak dapat melihat pewayang, karena pewayang bersembunyi dibalik tembok. Tapi para tawanan dapat melihat bayangan yang dihasilkan api dan wayang yang digerakkan oleh seniman wayang atau pewayang. Dan pewayang ini memainkan wayang sambil berbicara.

Para tawanan percaya bahwa suara berasal dari bayangan-bayangan wayang. Bayangan dan suara pewayang menjadi satu-satunya kenyataan dalam hidup mereka.

* Meninggalkan gua

Lalu bayangkan salah satu tawanan lepas dari ikatan yang membelenggunya selama ini sejak balita dan kanak-kanak. Kemudian tawanan yang bebas ini mulai merangkak ke sekitarnya.

Lalu ia melihat api yang menyala. Dan cahaya api yang menyala ini membuat matanya sakit. Dan membuatnya susah untuk melihat wayang yang menghasilkan bayangan. Ia jadi hanya melihat wayang dengan buram. Ia kemudian memutar balikan wajahnya ke dinding belakang gua, ke bayangan yang selama ini ia lihat dengan jelas untuk menyamankan matanya yang sakit karena silau cahaya api.

Dan bukankah ia tawanan akan memutuskan bahwa bayangan ini faktanya adalah lebih jelas daripada wayang yang buram (karena silau cahaya)? Dan kemudian akan tidak percaya jika diberi tahu bahwa wayang adalah yang asli dan bayangan adalah yang palsu?

* Keluar dari gua

Lalu bayangkan jika seseorang memaksanya keluar dari gua tersebut sampai terpapar sinar matahari. Bukankah ia akan merasa jengkel dan rasa sakit karena sinar matahari yg jauh lebih menyilaukan dan membutakan dibanding cahaya api ? 

Lama kelamaan tawanan ini terbiasa dengan cahaya matahari. Lalu secara bertahap ia mulai bisa melihat bayangan, kemudian refleksi atau pantulan orang atau benda di air, dan kemudian akhirnya bisa melihat orang-orang dan benda itu sendiri. Lalu suatu saat ia bisa melihat keatas bintang dan bulan pada malam hari dan juga matahari pada siang hari.

Hanya ketika ia melihat matahari secara langsung ia dapat menalarkan/berfikir apa itu matahari.

* Kembali ke gua

Kalau kita mengingat kembali, bukankah tawanan yg telah keluar dari gua ini merasa beruntung karena pencerahan dan perubahan/transformasi yang ia alami? dan merasa iba terhadap tawanan-tawanan yang masih di dalam gua?

Lalu dia memutuskan untuk berbagi pengalaman menakjubkan yang ia dapat selama di luar gua kepada tawanan lainnya yang masih berada di dalam gua. Dan ingin mengajak mereka keluar dari dalam gua.

Si tawanan ini yang sudah terbiasa dengan sinar matahari, merasakan kegelapan dan kebutaan sementara ketika ia kembali ke dalam gua, sama seperti ketika ia pertama kali melihat cahaya api dan sinar matahari.

Sementara matanya masih lemah dan menyesuaikan akan kegelapan, si tawanan yang telah keluar gua ini berusaha meyakinkan tawanan lain untuk juga keluar.

Tawanan-tawanan lain tidak percaya dan mencemooh ajakannya karena untuk apa keluar gua jika hasilnya adalah kerusakaan mata seperti dia (yang mereka kira).

Dan bukankah tawanan-tawanan tersebut akan marah dan mencelakakan dia jika dia memaksa melepas ikatan dan menuntun mereka keluar gua?

Refleksi:

1. Menurut kalian apakah sesuatu di perumpamaan gua Plato juga ada terjadi di dunia kehidupan nyata kita? semisalnya perbedaan antara yang benar terjadi dengan yang diberitakan media?

2. Pernahkah kalian merasakan penolakkan ketika mencoba memberitahu hal yang benar seperti orang yang telah keluar gua dalam perumpamaan ini?

3. Bagaimana kalian menerima pandangan yang baru yang berbeda dari sudut pandangmu saat ini?

4. Apa yang kalian lakukan untuk "keluar dari gua" dan melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas dan beragam?

5. Bagaimana cara kalian membantu orang lain keluar dari gua?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun