Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Derajat Takwa 1

8 Juni 2020   12:43 Diperbarui: 8 Juni 2020   13:03 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah rahmat dan perkenan-Nya penulis dapat menuangkan tulisan dengan judul "Menggapai Derajat Takwa", yang insya-Allah akan disajikan secara berkesinambungan. Derajat takwa ini yang seharusnya digapai oleh setiap penganut agama apapun agamanya, demi terwujudnya generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

Sebagaimana firman Allah, pakaian pada dasarnya sebagai penutup aurat, pakaian indah sebagai perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Hanya bedanya, kalau pakaian sebagai penutup aurat dan pakaian indah sebagai perhiasan dapat dilihat, karena pakaian tersebut melekat pada badan seseorang; Dapat berupa: kain, baju kebaya, kerudung, sarung, baju koko, peci, baju gamis, sorban, jilbab dan lain sebagainya. Sedangkan pakaian yang paling baik adalah pakaian takwa, dan pakaian ini tidak dapat dilihat karena tidak melekat pada badan seseorang; Melainkan tercermin dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata seseorang, yang dalam kesehariannya selalu mengedepankan rasa kasih sayang. Bukan hanya kasih sayang kepada sesama manusia saja, tetapi juga kasih sayang kepada sesama mahluk ciptaan Allah. 

Surat Al A'raaf ayat 26. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Untuk menggapai Derajat takwa, tidak cukup dengan himbauan atau ajakan: mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita. Namun diperlukan keyakinan dan upaya keras untuk menggapainya melalui rosa pangroso dalam mengajinya, dan berjenjang lalu mengamalkannya; Layaknya kata - kata bijak leluhur tanah Jawa mengatakan, ilmu iku tinemune kanti laku, arti harfiahnya ilmu itu didapat melalui perbuatan atau tindakan.

Pada kesempatan yang baik ini, ijinkan penulis memberikan sumbang saran sebagai upaya nyata dalam menggapai derajat takwa, disertai kisah nyata untuk memudahkan para pembaca dalam memahami makna yang terkandung atau makna yang tersirat didalamnya. Sekaligus sebagai sumbangsih penulis dalam turut berperan serta mewujudkan generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, memiliki karakter tangguh dan tahu akan jati diri bangsanya.

Dengan harapan, semoga ditangan generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur ini, akan terwujud masyarakat sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Undang -- Undang Dasar 1945, dengan direkat semboyan Bhineka Tunggal Ika, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Agama Tauhid. Agama tauhid hakekatnya adalah agama yang satu, oleh karena itu untuk menghindari saling menyalahkan sesama penganut agama, apapun agamanya; Mari kita kaji melalui roso pangroso secara berjenjang dan mendalam, demi menjaga dan memelihara kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita. Oleh leluhur tanah Jawa, agama dikiaskan sebagai ageman atau pakaian atau sandangan. 

Oleh karena itu bila ditilik dari sisi lahiriyah atau sareat akan tampak berbeda, baik warna dan coraknya. Sebagaimana kita ketahui beberapa sebutan bagi agama: agama Islam, agama Kristen, agama Katholik, agama Hindu, agama Budha, agama Kongchucu dan aliran Kepercayaan, yang secara konstitusional diakui keberadaan dan hak berkembangnya di negeri yang sama -- sama kita cintai ini.

Sebagai ilustrasi. Masyarakat Jawa bila memanggil saudara tua laki-laki, bisa dengan sebutan: kang atau kakang, mas atau kangmas. Masyarakat Sunda, memanggilnya dengan sebutan akang. Masyarakat Betawi, memanggilnya dengan sebutan abang. Masyarakat Minangkabau / Padang, memanggilnya dengan sebutan uda. 

Mari kita bayangkan, bila suatu saat orang Jawa berwisata ke Padang. Disana ada orang memanggil saudara tua laki-lakinya dengan sebutan uda, kemudian orang Jawa mendekati dan mengatakan mas anda salah yang benar kangmas. Apa yang terjadi. Paling banter bertengkar dan bisa-bisa berantem, gara-gara beranggapan bahwa sebutan yang ada pada dirinya yang benar. Memang berbeda sebutannya bila ditilik dari sisi lahiriyah atau sisi sareat, tetapi bila ditilik dari sisi hakekat atau sisi kejiwaannya sama, yaitu sama -- sama sebutan bagi saudara tua laki-laki.

Betapa nista dan sengsaranya kita sebagai penganut agama apapun agamanya, bila hanya mempertentangkan agama dari sisi lahiriyah atau sareat saja, dan melupakan hakekat kita beragama demi terjaga dan terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa dan kesucian hati kita, disatu sisi. Disisi lain, betapa gembira, bangga dan bahagianya iblis, setan dan sebangsanya, karena tipu dayanya berhasil menjerumuskan manusia ke lembah sesat dan ke lembah kesengsaraan.

Surat Al Hijr ayat 39.  Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.

Kita sebagai penganut agama apapun agamanya, hendaklah tidak terjebak oleh tipu daya iblis, setan dan sebangsanya, dengan selalu mempertentangkan apa yang tampak dari luar saja, yang nota bene adalah hanya sekedar pakaian atau sandangan atau sampul belaka. Tetapi bila agama ditilik dari sisi batiniyah atau tarekat akan sama, yaitu firman berupa perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang wajibnya dikaji dan dihayati makna batiniyahnya, agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh umat penganutnya. Dan bukan hanya sebatas dibaca, dihafalkan dan dilagukan belaka. Atas penghayatan dan pelaksanaan makna batiniyahnya, insya-Allah akan terbangun diri, jiwa dan hati yang suci dan inilah sisi kejiwaan atau hakekatnya.

Nyata sama bukan makna agama, bila ditilik dari sisi kejiwaan atau hakekat? Agama apapun agamanya adalah wahana dan sarana, untuk membangun manusia menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, memiliki diri, jiwa dan hati yang suci.

Surat Al Anbiyaa ayat 92. Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Kita sering mendengar ajakan atau himbauan, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita, mari kita tingkatkan iman dan takwa kita. Dengan cara mengajak atau menghimbau seperti itu, sudah barang tentu iman dan takwa seseorang, tidak akan meningkat dengan sendirinya atau secara otomatis. Tetapi harus digapai dengan tindakan, sebagaimana kata-kata bijak leluhur tanah Jawa ilmu iku tinemune kanti laku, arti harfiahnya ilmu itu didapat melalui tindakan atau perbuatan nyata.

Untuk mengawali mengajinya, mari kita kaji melalui roso pangroso. Surat Al Baqarah ayat 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang - orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan ) dan orang-orang yang meminta-minta; dan ( memerdekakan ) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang - orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang - orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Dari ayat tersebut,  diketahui bahwa kebajikan itu dapat dipilah menjadi 2 sisi, pertama sisi iman dan kedua sisi amal saleh atau sisi perbuatan baik. Sisi iman meliputi, beriman kepada: Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi. Sedangkan sisi amal saleh atau sisi perbuatan baik, diantaranya memberikan harta yang dicintainya  kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Bila kita dapat mengamalkannya atau melaksanakannya dengan benar dan tepat kedua sisi kebajikan tersebut, mudah -- mudahan kita diwisuda menjadi orang yang bertakwa (kalimat akhir dari surat Al Baqarah ayat 177 ........................................; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa). Jadi hendaklah dipahami manakala kita menyebut orang bertakwa, terkandung makna didalamnya orang tersebut adalah orang yang beriman dan beramal saleh atau berbuat baik.

Kalau benar kita ingin menggapai derajat takwa, mari kita kaji melalui roso pangroso secara berjenjang makna agama yang kita yakini, apapun agamanya. Oleh leluhur tanah Jawa, agama dikiaskan dengan ageman atau pakaian atau sandangan. Oleh karena itu bila ditilik dari sisi lahiriyah atau sareat tentu tampak berbeda, baik warna dan coraknya. Kita sebagai penganut agama, apapun agamanya hendaklah tidak terjebak oleh tipu daya iblis, dengan selalu mempermasalahkan apa yang tampak dari luar saja, yang nota bene hanya sekedar pakaian atau sampul belaka. Tetapi bila agama ditilik dari sisi batiniyah atau tarekat akan sama, yaitu firman Allah berupa perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa; Yang wajib dikaji dan dihayati makna batiniyahnya, agar dapat dilaksanakan oleh umat penganutnya. Dan bukan hanya sebatas dibaca, dihafalkan dan dilagukan belaka ( ini baru tingkatan lahiriyah atau sareat ).

Atas penghayatan dan pelaksanaan makna batiniyahnya, mudah-mudahan terbangun diri, jiwa dan hati yang suci dan inilah sisi kejiwaan atau hakekatnya. Jadi bila ditilik dari sisi kejiwaan atau hakekat, agama apapun agamanya adalah wahana dan sarana untuk membangun manusia menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

Surat Al Anbiyaa ayat 92. Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Demikian juga dengan sebutan takwa. Semua agama mendambakan agar umat penganutnya, dapat menggapai derajat takwa, sesuai ajaran agamanya. Jadi hendaklah kita tidak beranggapan, bahwa sebutan takwa adalah monopoli dari satu agama saja, tidak! Karena setiap Nabi, membimbing dan menuntun umatnya agar menjadi orang bertakwa, sesuai dengan tata cara yang ada dalam agama dimaksud. Kamu agamamu aku agamaku, atau yang dalam bahasa Arabnya lakum dinukum waliadin.

Surat Nuh ayat 2. Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, Surat Nuh ayat 3. (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku. 

Surat Al Maa'idah ayat 112. (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?." Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman." 

Hendaklah selalu ingat ( Jawa = eling ) dan waspada, agar kita tidak terjebak oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan dan sebangsanya, yang selalu berusaha menjerumuskan manusia ke lembah sesat.

Surat Al Hijr ayat 39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.

Terima kasih.

Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita.

Dan terima kasih pula bila saudara berkenan subscribe, agar dapat segera mengikuti tulisan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun