Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Karena Kebiasaan (1)

12 Februari 2019   17:06 Diperbarui: 12 Februari 2019   17:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pembiasaan hal - hal sederhana seperti itu kepada anak - cucu sejak dini, juga merupakan pelatihan bagi anak - cucu untuk melakukan perbuatan atau tindakan dari apa yang diucapkan atau dikatakan. Dengan kata lain melatih anak - cucu sejak dini, agar dapat melakukan satunya kata dengan perbuatan.

Surat Al Qiyaamah ayat 16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. 

Surat Al Qiyaamah ayat 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

Surat Al Qiyaamah ayat 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. 

Penjiwaan. Sejak dini, mari anak -- cucu dilatih dan diposisikan layaknya pemeran dalam sebuah seni pentas, drama misalnya. Anak -- cucu diberi materi yang harus dibawakannya dengan baik, dalam sebuah pentas drama ibaratnya. Dengan begitu, mereka tentu akan berlatih dengan keras sesuai arahannya, agar dapat menguasai materi yang diberikan dan memerankannya dengan baik. Atau dengan kata lain, mereka harus dapat menjiwai materi yang diperankannya, agar dapat bermain dan menyampaikan pesan kepada penonton dengan baik. Bila hal -- hal atau materi yang diberikan sudah di jiwai sejak dini, insya-Allah saat dewasanya nanti anak - cucu akan dapat mengaktualisasikan kebiasaan tadi secara spontan, bukan didunia seni pentas, tetapi di dunia nyata. 

Karena materi drama yang dipentaskan tidak lain adalah perintah dan petunjuk Allah atau firman Allah pada umumnya, perbuatan mengasihi dan menyayangi ( bismillahirrohmanirrohim ) pada khususnya, dan yang dilakukan secara berulang; Diharapkan apa -- apa yang telah di jiwai dalam pentas drama tadi, dapat secara spontan teraktualisasikan dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata anak - cucu di dunia nyata dalam keseharinya.

Rasa yang merasakan ( Jawa = roso pangroso ). Dengan penjiwaan sifat pengasih dan penyayang pada khususnya, dan penjiwaan atas semua perintah dan petunjuk Allah atau firman Allah pada umumnya, insya-Allah anak -- cucu akan dapat merasakan setiap apa yang akan dilakukan, apa yang akan diperbuat dan apa yang akan dikatakan atau diucapkannya. Sehingga anak -- cucu dapat merasakan sendiri, atas apa yang akan dilakukannya. Bila dirinya ingin dihargai, ya harus dapat menghargai orang lain. Bila dirinya ingin dihormati, ya harus dapat menghormati orang lain. Bila dirinya ingin mendapat perhatian, ya harus dapat memberi perhatian kepada orang lain. Bila dirinya dicubit terasa sakit, ya tidak usah mencubit orang lain. Bila dirinya ingin tidak dicurigai, ya tidak usah mencurigai orang lain. Bila dirinya ingin tidak dihujat, ya tidak usah menghujat orang lain. Bila dirinya ingin tidak dipersulit, ya tidak usah mempersulit orang lain. Bila dirinya ingin tidak dibohongi, ya tidak usah membohongi orang lain. Dan lain - lain, apapun derajat, pangkat dan kedudukannya. Karena segala sesuatu perbuatan yang maunya ditujukan kepada orang lain, sesungguhnya tertuju bagi dirinya sendiri.                                          

Surat Al Israa' ayat 7. Jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi  dirimu  sendiri  dan  jika  kamu  berbuat  jahat, maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi ( kejahatan ) yang kedua, ( Kami datangkan orang -- orang lain ) untuk menyuramkan muka -- muka kamu dan mereka masuk kedalam masjid, sebagaimana musuh -- musuhmu  memasukinya pada kali pertama  dan untuk membinasakan sehabis -- habisnya apa saja  yang mereka kuasai. 

Penjelasan tersebut, tidak lain adalah merupakan contoh pembelajaran atau pelatihan untuk mengaktualisasikan sifat pengasih dan penyayang dalam keseharian, melalui 4 tingkat pembiasaan atau pelatihan. Oh, betapa indah dan damainya dunia ini bila setiap penganut agama apapun agamanya, dapat mewujud-nyatakan atau mengaktualisasikan hasil akhir dari 4 tingkat pembiasaan/kajian dari setiap firman Allah atau setiap perintah dan petunjuk Allah, dalam pergaulan di dunia nyata ini. Terima kasih, dan sampai berjumpa di artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun