Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Derajad Takwa Lanjutan 3

11 Agustus 2017   19:08 Diperbarui: 11 Agustus 2017   19:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Langkah kedua. Respon kita, kita laksanakan atau kita aktualisasikan sifat sabar dengan perbuatan nyata, agar memudahkan anak/cucu dalam memahami dan mempraktekkannya. Sedangkan aktualisasi shalat, akan diuraikan dalam tulisan selanjutnya di media ini. Misal. Saat bangun tidur orang tua tidak cepat-cepat pergi meninggalkan tempat tidur, tetapi segera melipat selimut/sarung membersihkan dan merapihkan tempat tidur agar dilihat oleh anak/cucu, seterusnya anak/cucu diberi kepercayaan untuk mengerjakan hal tersebut. Saat membersihkan kamar apapun kamarnya, pertama kali orang tua memberi contoh, selanjutnya memberi kepercayaan kepada anak/cucu untuk mengerjakan sambil dipesankan : kalau menggeser kursi dan atau barang lainnya jangan ditarik, tetapi diangkat agar tidak terdengar berderit dan lantai tidak tergores. Kalau membuka pintu dan atau jendela, diusahakan agar tidak terdengar benturannya dengan dinding, dan perbuatan-perbuatan nyata lainnya silahkan dikembangkan.

Saat mau makan anak/cucu diarahkan agar duduk ( dikursi makan bila tersedia ), kemudian dibimbing untuk berdo'a ( bila anak/cucu lebih dari satu, berdo'a agar dipimpin mereka secara bergiliran ), baru menyantap makanannya, dengan diarahkan agar : Bila makan diusahakan agar tidak terdengar beradunya sendok dengan piring, tidak sambil bicara, tidak sambil bermain; Saat mengunyah makanan, diusahakan agar tidak terdengar decaknya; Setelah makan, diarahkan agar mencuci piringnya dengan wanti -- wanti, agar tidak sampai terdengar benturan piring atau barang pecah belah yang dicuci, dan serusnya dan seterusnya dan seterusnya.

Kesemua arahan tersebut, pada dasarnya adalah agar anak/cucu terbiasa sejak dini melakukan segala kegiatannya, dilakukan dengan sabar dan penuh kehati-hatian, serta jauh dari sifat ketergesa-gesaan. Memang awalnya tampak membebani, tetapi bila sudah terbiasa berbuat, insya-Allah anak/cucu akan melakukan tindakan secara spontan bila melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya. Dengan pembiasaan melakukan hal -- hal tersebut sejak dini,  mudah -- mudahan akan tumbuh dan berkembang sifat sabar dalam diri anak/cucu. Dengan tertanamnya sifat sabar dalam diri seseorang, insya-Allah Tuhan selalu bersamanya dimanapun berada, sebagaimana dijanjikan dalam ayat tersebut sebelumnya.

Selanjutnya, bagaimana cara menumbuh kembangkan rasa syukur dalam diri anak/cucu? Kalau orang tua dahulu mewanti - wanti anak/cucunya yang sedang makan, makan jangan sampai sisa, nanti ayamnya mati. Ini hakekatnya adalah contoh pembiasaan, meskipun tidak dijelaskan maksud dan tujuan ungkapan tersebut. Seiring dengan kemajuan zaman, anak/cucu semakin kritis, tentunya cara seperti ini perlu disempurnakan dengan penjelasan analitis. 

Berikut buah pikiran si kakek, sebagai ilustrasi. Umumnya dalam 1 hari orang makan nasi, 2 sampai 3 kali. Andaikan dalam 1 hari orang membuang nasi setara dengan 5 gram beras, berapa beras yang dibuang setiap harinya, bila dilakukan oleh orang sebanyak 200 juta jiwa. Dalam 1 hari beras yang dibuang  200.000.000 X 5 gram, sama dengan 1.000.000.000 gram. Sama dengan 1.000.000 kg beras. Sama dengan 1.000 ton beras.

Bila setiap hari 1 orang membutuhkan beras 250 gram untuk makan, berarti 1.000.000 kg beras yang dibuang setiap hari, sesungguhnya dapat untuk memberi makan 4.000.000 orang. Inilah pesan si kakek kepada anak/cucu, jangan mentang - mentang dapat membeli, lalu dengan enak dan gampangnya menyisakan lalu membuangnya. Hendaklah anak/cucu dapat merasakan, akan kehidupan orang lain yang masih hidup belum berkecukupan.

Bila 1.000 ton beras disetarakan dengan gabah, maka gabah yang dibuang dalam 1 hari sekitar 2.500 ton gabah kering panen, misalnya. Bila setiap 1 hektar sawah menghasilkan gabah kering panen 8  ton, maka jumlah ini sama  artinya dengan  lebih dari 300  hektar  sawah  dipusokan setiap harinya. Bagaimana halnya kalau 5 ton per hektar, bukankah ini sama dengan  500  hektar  sawah  dipusokan  setiap harinya? Pemahaman seperti itulah mestinya yang harus ditumbuh kembangkan dalam diri anak/cucu, dalam mewujud - nyatakan rasa syukur atas limpahan karunia-Nya, pesan si kakek. 

Mengapa rasa syukur atas karunia Allah harus diaktualisasikan dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata anak/cucu sehari-hari? Karena bersyukur kepada Allah, pada hakekatnya adalah bersyukur untuk diri anak/cucu sendiri, sebagaimana difirmankan dalam surat Luqman ayat 12 : Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."Dengan mengkaji makna batiniyah ayat ini melalui rasa yang merasakan ( Jawa = roso pangroso ), dapatkah anak/cucu menyimpulkan, siapakah diri kita atau diri manusia sesungguhnya? Jawabannya ada dalam artikel SIAPA AKU.  

Dari buah pikiran sederhana ini, mudah-mudahan dapat mengilhami para orang tua dalam memberi bekal dasar kepada anak/cucu.  Dengan terbangunnya perbuatan spontan anak/cucu, mudah -- mudahan membuat sukacita, gembira dan bahagia bagi si penerima dan pemberi buah pikiran.Bukan hanya itu, bahwa suasana kebatinan berupa sukacita, gembira dan bahagia tadi, bukan hanya dirasakan oleh 2 pihak yaitu penerima dan pemberi buah pikiran, melainkan Dia-lah pihak ke 3 nya. Insya-Allah kepada siapapun orangnya yang dapat memberikan suasana kebatinan berupa sukacita, gembira dan bahagia kepada Allah, Allah akan membalas sesuai dengan perbuatan orang tersebut, walaupun tidak diminta. 

Karena itu kakek berpesan kepada anak cucu, mari dengan ikhlas dan sabar membiasakan diri agar dapat memberikan harta yang dicintai kepada sesama. Apakah itu berupa harta yang berwujud ( harta benda ) dan atau harta yang tidak berwujud berupa buah pikiran. Karena memang demikianlah janji  Allah, sebagaimana tersirat dalam surat Al Mujaadilah ayat 7 : Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Demikian tadi contoh nyata amal saleh atau perbuatan baik berupa buah pikiran, yang disampaikan dengan ikhlas dan sabar kepada orang lain. Dan kakek yakin, bahwa anak / cucu dapat berbuat jauh lebih baik dari sekedar kisah nyata ini, karena itu biasakanlah memberikan buah pikiran untuk berbuat kebaikan.  Selanjutnya, tahukah para pembaca, siapa kakek yang menceritakan kisah nyata tersebut? Kakek tersebut, tidak lain adalah aku yang menulis kisah nyata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun