Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jihad Lanjutan

5 Juli 2016   20:08 Diperbarui: 5 Juli 2016   20:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disatu sisi umat muslim akan merayakan hari kemenangan, setelah menunaikan ibadah puasa selama 30 hari penuh dan Pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1437 H, jatuh pada hari Rabu tanggal 6 Juli 2016. Disisi lain tanggal 5 Juli 2016 sekitar pukul 7.30 wib. di Solo, ada orang atau sekelompok orang yang mengharap pahala, dengan meracik bom, lalu melakukan bom bunuh diri.

Dengan harapan si pengebom masuk sorga dan disambut para bidadari, maunya. Seperti celotehan salah seorang pelaku bom Bali dulu, ketika ditanya kok anda kelihatan sumringah mau dihukum mati? Dia menjawab, ya sumringah wong di dunia hanya punya istri 1,  nanti di sorga akan diberi bidadari 72, katanya dengan bangga.

Eeee eee wong tanamannya saja bom, kok ngimpi panen bidadari. Memang, di dunia ini bila menanam jagung, tentu panen jagung. Bila menanam padi, tentu panen padi. Lalu kalau menanam bom, panen bidadari? Itu kan orang - orang keblinger ( Jawa = keblate minger ), alias tidak waras.

Memangnya begitu wadag pengebom hancur akibat ledakan bomnya, Sang Sucinya pulang nagih pahala, sorga dan bidadari kepada pemimpin kelompoknya? Tidak!!!

Sang Suci tetap kembali kepada Yang Maha Suci, dan akan menerima pahala atau ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Kalau perbuatan yang dilakukan baik, insya-Allah mendapat kebaikan sebagai belasannya. Sebaliknya bila perbuatannya jelek, ya tidak usah ngimpi imbalan kebaikan.

Tindakan bom bunuh diri, disamping mencederai diri sendiri juga dapat mencederai orang lain. Sungguh berat pertanggung jawabannya, dihadapan Allah. Karena pelaku bom bunuh diri / pembunuhan lainnya telah mengkhiannati Allah dan amanat yang dipercayakan kepada nya. Sebagaimana difirmankan dalam surat Al Anfaal ayat 27 berikut. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Amanat apa yang dipercayakan kepada kita sebagai manusia? Tidak lain adalah Sang Suci atau Satriyo Piningit, yang seharusnya dijaga kesuciannya. Untuk menyegarkan ingatan kita bisa dibaca ulang artikel SIAPA AKU? 

Kepada saudara – saudara yang sudah terbiasa bicara di media massa, mbok ya tidak usah serta merta lalu mengatakan, pelaku bom bunuh diri atau teroris bisa dari agama apapun. Tidak salah pernyataan seperti itu, memang benar teroris bisa dari agama apapun. Tetapi mestinya kita tidak berpola pikir seperti itu, kalau memang kita ingin memperbaiki akhlak atau mental generasi penerus bangsa.

Justru sebaliknya, secara kesatriya pemuka agama harus berani mengakui dan bertanggung jawab. Sekaligus  menyadari ternyata pengikutnya belum dapat memahami dan mengamalkan, perintah dan petunjuk yang difirmankan dalam kitab Suci yang diyakini, apapun agamanya. Itu kalau benar – benar kita ingin membangun generasi bangsa, yang berakhlak mulia dan berbudi luhur. Karena hakekatnya setiap agama, membimbing umatnya kearah kebajikan.

Tidak ada yang mengajarkan membunuh orang, mencederai orang adalah perbuatan baik, tidak ada. Apapun agamanya. Justru masing – masing agama tentu berupaya membimbing umatnya, agar dapat mengedepankan rasa kasih sayang sesama. Dan itu merupakan tanda dari orang yang bertaqwa, sebagaimana difirmankan dalam surat  Maryam ayat 96. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.

Untuk meningkatkan kadar ketaqwaan umat, pemuka agama tidak cukup hanya dengan menyeru umat dengan seruan mari kita tingkatkan iman dan taqwa kita, mari kita tingkatkan iman dan taqwa kita, mari kita tingkatkan iman dan taqwa kita. Tetapi yang jauh lebih penting, pemuka agama harus dapat memberi contoh nyata dalam meningkatkan kepercayaan dan perbuatan baik (amal saleh) kepada umatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun