Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu bila orang mau menunaikan rukun Islam ke 5, mesti mengatakan mau ke tanah suci. Mengapa? Ya karena sudah menjadi kebiasaan seperti itu.
Apakah memang tanah di Mekah itu suci adanya? Mari kita analisis bersama. Kenyataannya orang dari Mekah bila ditanya, mereka buang air besar dan buang air kecil disana. Berarti sama tho tanah di Mekah, dengan tanah di tempat kita? Kecuali itu, di Mekah banyak ( ribuan bahkan jutaan mungkin ) berterbangan burung merpati, yang setiap saatnya juga membuang kotorannya ditanah Mekah. Kok dikatakan tanah suci.Â
Nanti dulu nggak usah sewot menanggapinya, mari kita kaji bersama melalui rasa yang merasakan, kok ada ungkapan Mekah = tanah suci. Bukan dengan perasaan lho, nanti bisa menimbulkan like and dislike, sehingga tidak akan ketemu makna hakikinya.
Sebagaimana judul tulisan ini, dalam menunaikan Rukun Islam ke 5 saya berniat napak tilas 3 Nabi. Yaitu Nabi Musa, As., Nabi Ibrahim, As. dan Nabi Muhammad, SAW.Â
Napak Tilas Nabi Musa,As. Perjalanan Nabi Musa ketika beliau akan menerima wahyu, sebagaimana kisah berikut. Surat At Thaahaa ayat 10. Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (disini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
Surat At Thaahaa ayat 11.Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
Surat At Thaahaa ayat 12. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
Surat At Thaahaa ayat 13. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Berkaitan dengan judul NAPAK TILAS 3 NABI, saya hanya akan mengaji surat At Thaahaa ayat 12 saja. Mudah – mudahan dapat menemukan, mengapa Mekah dikatakan sebagai Tanah Suci.
Berikut kajian singkatnya. Dari penggalan surat At Thaahaa ayat 12, Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu,menunjukkan kalau Yang Maha Suci akan berkomunikasi dengan Nabi Musa,As. di lembah itu.
Penggalan berikutnya, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; Mari kita bayangkan, untuk apa kita menumpuk harta dengan cara - cara korupsi, jual / bandar narkoba, minta – minta saham, mafia, kartel, jual jabatan dll. Selagi sepasang terompah saja, harus  ditinggalkan saat akan menghadap Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci.
Penggalan terakhir, sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dari penggalan ayat ini, kiranya dapat kita ketahui kalau sesungguhnya keberadaan api tadi, ada di lembah Thuwa namanya.
Hal itupun ditegaskan lagi kepada Nabi Muhammad, SAW. sebagaimana difirmankan dalam surat An Naazi’aat ayat 15. Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Dan surat An Naazi’aat ayat 16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
Sangat jelas bukan, bahwa lembah dimana api berada tadi namanya lembah Thuwa. Hanya karena di lembah tersebut Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. akan menyampaikan wahyu secara langsung kepada Nabi Musa,As, maka dalam firmanpun lembah tersebut dinyatakan sebagai lembah Suci. Dan selanjutnya oleh masyarakat, Mekah dikenal sebagai tanah suci. Â
Kalau lembah suci dimana Nabi Musa, As. menerima wahyu, sama dengan lembah dimana terdapat Ka’bah atau di tempat lain di Mekah, insya-Allah satu niat saya sudah tercapai karena saya telah menginjakkan kaki di Mekah. Dengan kata lain, saya sudah menggugurkan 1 dari niat napak tilas 3 Nabi. Ini kalau ditinjau dari pisik atau makna lahiriyahnya.
Makna batiniyahnya. Hanya orang yang suci diri, jiwa dan hatinyalah, yang bakal mendapat perintah dan petunjuk Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Kalau diri, jiwa dan hati kita suci adanya, insya-Allah tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita akan selalu baik, dimanapun kita berada.
Sebaliknya meski orang tadi berada diatas tanah yang dilapis emas kuning / putih sekalipun, tingkah laku, perbuatan dan tutur katanya akan selalu buruk bila diri, jiwa dan hatinya kotor ( tidak suci ).Â
Napak Tilas Nabi Ibrahim,As. Mari kita awali dengan mengaji surat Ibrahim ayat 37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Ka’bah sebagai petilasan Nabi Ibrahim,As. dan keturunannya, kasat mata memang posisinya lebih rendah ( di lembah ) bila dibanding dengan tanah disekitar masjid. Masalahnya adalah, apakah lembah dimana Ka’bah berdiri, sama dengan lembah suci yang dimaksud saat Nabi Musa,As. menerima wahyu? Maha Suci Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui.
Dengan melalui ujian pisik tentunya, saat kami berdua melaksanakan tawaf dapat mendekat kesalah satu dinding Ka’bah dengan leluasanya dan bahkan mengusap-usap dinding Ka’bah sambil bergeser sekitar 2 meter tanpa ada orang lain. Yang konon ceritanya, didirikan oleh Nabi Ibrahim,As. dan keturunannya.
Setelah tawaf 7 x keliling Ka’bah, saya menoleh kekanan mencari celah untuk menepi. Tahu – tahu seseorang dibelakang saya merentangkan tangan kanannya, seolah – olah memberi isyarat agar orang – orang dibelakangnya memperlambat jalannya untuk memberi jalan saya dan istri menepi. Saat itu saya tersenyum dan menganggukkan kepala kepada beliau, hingga akhirnya kami dapat menepi dengan lancar.
Begitu sampai di tepi mau melaksanakan sembahyang sunah di Hijr Ismail, alhamdulillah didekat kami ada orang yang telah selesai sembahyang sunahnya. Tempat digantikan istri, begitu istri memulai eeeee orang disebelahnya juga selesai sembahyang sunahnya, akhirnya kami sembahyang sunah di Hijr Ismail hampir bersamaan. Â Â
Saya mengucap syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci, karena atas izin-Nya kami berdua telah diluluskan. Dan gugurlah 1 niat lagi dalam menunaikan Rukun Islam ke 5, yaitu napak tilas Nabi Ibrahim,As. dan keturunannya. Walau hanya dengan mengusap dan sembahyang sunah di petilasannya.
Napak Tilas Nabi Muhammad, SAW. Sudah tentu akan berbeda dengan napak tilas Nabi Musa dan Nabi Ibrahim. Apa bedanya? Kalau napak tilas Nabi Musa dan Nabi Ibrahim, dengan mengunjungi tempat diterimanya wahyu dan petilasan sebagai kiblat orang Islam, kiranya sekali selama hayat di kandung badan sudah cukup.
Tetapi untuk napak tilas Nabi Muhammad, tentunya saya harus mengikuti tuntunan Beliau sampai akhir hayat dikandung badan. Dengan cara mengamalkan makna batiniyah Al Qur’an kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari-hari, dan juga menyampaikan makna batiniyah Al Qur’an kepada masyarakat, insya-Allah.
Diantaranya melalui media kompasiana ini, juga tulisan berupa buku yang saya berikan secara cuma-cuma kepada siapapun, dan melalui lesan atau tutur kata atau ceramah bila saya sedang bersilaturahmi kepada siapapun, baik perorangan maupun berkelompok.
Mengapa ini saya lakukan, karena sesungguhnya Allah mengutus kepada semua umat manusia ( semua manusia = utusan Allah), sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Sebagaimana difirmankan dalam  surat Saba’ ayat 28. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Memangnya kita ini sama dengan beliau Muhammad? Benar kita memang sama dengan beliau Muhammad. Sama-sama sebagai manusia, sama-sama sebagai khalifah dan sama - sama sebagai utusan Allah dimuka bumi.Â
Coba selain surat Saba’ ayat 28, kita simak juga surat Al Baqarah ayat 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."Â
Hanya bedanya beliau Muhammad diangkat sebagai Nabi, sehingga mempunyai kewenangan menjadi saksi sedangkan manusia lainnya tidak. Sebagai difirmankan dalam surat Al Fath ayat 8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi,pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H