Pada kesempatan ini, saya berpesan 3 hal kepada istri. Pertama. Saat tawaf, istri saya minta; ketika berjalan mengelilingi Ka’bah pandangan mata hendaklah diarahkan keatas Ka’bah. Hal ini saya kaitkan dengan uraian sebelumnya, dimana Ka’bah yang ada di lembah sudah pasti letaknya lebih rendah, bila dibanding dengan letak Rumah Allah yang dihormati.
Kedua. Saya menekankan agar, apapun yang dilihat atau dialami tidak perlu dikomentari dan kita hendaklah dapat menerimanya dengan sabar dan ikhlas.
Dan ketiga. Hendaklah kita dapat meyakinkan ( mensugesti ) diri sendiri, bahwa rasa makanan yang dimakan dan cuaca yang dirasakan selama di Arab sama nikmat dan segarnya, layaknya rasa nikmat makanan dan segarnya cuaca ditempat sendiri. Hal ini untuk mengingatkan bahwa diri kita, tidak lain adalah bagian dari Dzat Yang Maha Suci.
Singkat ceritanya, kami telah diberangkatkan dari Tanah Air. Ketika diinformasikan kalau telah memasuki wilayah Arab, saya sempatkan melihat keluar lewat cendela pesawat. Betapa terperanjatnya saya, karena ternyata hamparan tanah yang saya lihat di alam mimpi, tak ubahnya daratan Arab terlihat dari udara. Puji syukur hanya untuk-Mu Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Alhamdulillah kami telah diperjalankan Allah menunaikan Rukun Islam ke 5 dengan lancar dan dengan berbagai kemudahan yang kami alami disana, hingga tiba di rumah kembali dalam keadaan selamat dan sehat wal afiat tiada halangan suatu apa.
Sudah menjadi kebiasaan, saat seseorang mau berangkat atau pulang dari menunaikan Rukun Islam ke 5, rumah ramai dikunjungi sanak saudara, tidak terkecuali kami. Saat sanak saudara berkunjung kerumah, beliau menyambut dengan mengucap selamat datang pak Haji. Terima kasih atas do’a dan kehadirannya Pakdhe, jawab saya.
Selanjutnya saya berkata, pakdhe mbok tidak usah ngowah – owahi adat (tidak usah merubah kebiasaan) dengan saya. Kalau Pakdhe biasa panggil saya dengan sebutan pak, silahkan panggil pak saja. Kalau Pakdhe biasa panggil saya dengan sebutan mas, silahkan panggil  mas saja. Kalau Pakdhe biasa panggil saya dengan sebutan dik, silahkan panggil dik saja. Tidak usah ditambah dengan sebutan haji.
Karena buat saya,haji bukan sekedar hiasan didepan nama saya. Tetapi yang jauh lebih penting, dapatkah tingkat ketaqwaan saya tercermin dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata saya, sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H