Mohon tunggu...
Bang Sall
Bang Sall Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

duta tobrut

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Dampak Revolusi Industri 4.0 Terhadap Efisiensi dan Produktivitas Dalam Konteks Usaha Pisang Kelompok Samalelet Simariuriu

12 Juli 2024   03:32 Diperbarui: 12 Juli 2024   03:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

                        

 

  • Latar Belakang

               Revolusi industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi syber dan teknologi otomisasi. Revolusi industri 4.0 dikenal juga dengan istilah "cyber physical system". Konsep penerapannya berpusat pada otomisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan demikian efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah. Didalam dunia industri, hal ini berdampak signifikan pada kualitas dan biaya produksi. Namun sesungguhnya, tidak hanya industri seluruh lapisan masyarakat juga bisa mendapatkan manfaat umum dari sistem ini.

               Dalam sektor pertanian, teknologi industri juga berperan besar diantaranya bisa membantu para petani dalam mengelola sistem pertanian mereka. Revolusi industri 4.0 telah membuka pintu bagi praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi penggunaan pestisida berlebihan, sistem pertanian dapat menjadi lebih ramah lingkungan dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

  • Pendahuluan 

               Kelompok tani Samalelet Simariuriu adalah sebuah organisasi tani masyarakat yang terletak di Dusun Rogdok, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai. Kelompok ini sudah dibentuk sejak tahun 2018 lalu yang beranggotakan sebanyak 17 kepala keluarga. Organisasi ini sendiri dibentuk dengan tujuan mengelolah pertanian di tanah wilayah adat mereka dibawah naungan Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM).

]              Semenjak terbentuk, kelompok tani ini sudah mengelolah berbagai jenis komoditas seperti pisang, jengkol, pala, pinang. Dari berbagai komoditas tersebut, pisang adalah tanaman yang paling sering di kelola karena permintaan pasarnya sedang naik drastis. Walau begitu, ;hasil panen masyarakat masih terbilang belum memuaskan, hal ini dikarenakan sebagian besar prosesnya masih dilakukan secara sederhana. Dari proses penanaman sampai masa panen, masyarakat masih mengandalkan peralatan yang sederhana dan menguras tenaga. Oleh sebab itu saya tertarik untuk membahas tentang pembaharuan sistem pertanian yang berbasis teknologi supaya prosesnya berjalan efektif dan efisien.

  • Metode penelitian

               Kegiatan pertanian yang dikelola oleh kelompok tani Samalelet Simariuriu berlokasi di Desa Madobag. Dari beberapa jenis pisang yang ada di Indonesia, masyarakat masih membudidayakan 2 jenis pisang yaitu, pisang batu dan pisang raja. Hasil dari panen ini akan di olah menjadi beberapa bentuk makanan seperti keripik, lapet yang biasanya di jual di sekitaran daerah kecamatan sampai di ekspor ke kota Padang.

               Uji organoleptik dilakukan terhadap semua anggota tani yaitu 17 responden dengan menggunakan 4 skala hedonik, yaitu sangat subur, subur, kurang subur, tidak subur. Selanjutnya untuk mengetahui kelayakan usaha tani pengolahan produk pisang, dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio). R/C digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan inovasi, jika R/C>1, berarti layak untuk diterapkan, namun jika R/C<1 berarti inovasi tersebut tidak layak digunakan (Soekartawi, 2002).

Hasil dan PembahasanUji organoleptik 

tanaman pisangTanaman pisang yang dikelola oleh kelompok tani Samalelet simariuriu ini menggunakan beberapa jenis area tanah, yaitu lereng pegunungan, dataran rendah, dan rawa rawa. dari beberapa jenis tanah tersebut mayoritas responden sepakat bahwa dataran rendah lebih cocok untuk pisang batu, sedangkan untuk pisang raja dia lebih cocok ditanam di tanah yang berair atau rawa rawa. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.              

  • Jenis pisang
  • Jenis tanah
  • Sangat subur
  • subur
  • Kurang subur
  • Tidak subur

  • Batu

  • Rawa
  • 3
  • 6
  • 5
  • 3
  • Dataran rendah
  • 10
  • 6
  • 1
  • -
  • Lereng
  • 5
  • 5
  • 6
  • 1
  • Raja
  • Rawa
  • 12
  • 3
  • 1
  • 1
  • Dataran rendah
  • 5
  • 6
  • 3
  • 4
  • Lereng
  • 1
  • 4
  • 5
  • 7
  •  Dari uraian tabel diatas didapatkan data dapat disimpulkan bahwa sebesar 59% masyarakat setuju bahwa pisang batu itu sangat cocok di budidayakan di dataran rendah atau tanah yang memiliki kadar air yang sedikit, sedangkan untuk pisang jenis raja sebanyak 62% masyarakat setuju bahwa jenis ini lebih cocok dibudidayakan di daerah rawa rawa.
  • Uji validitas penyebab perbedaan petumbuhan tanaman pisang
  • Dari beberapa variabel diatas, ternyata dalam proses pertumbuhan tanaman pisang memiliki kendala masing masing baik dari segi kualitas tanah, hama, kadar air. Setelah dilakukan observasi ditemukan bahwa yang membedakan pisang batu yang ditanam di rawa dengan dataran rendah adalah kualitas isi/daging buahnya dimana daging pisang yang di dataran rendah lebih berisi daripada di rawa, hal ini disebabkan oleh kadar air yang dimiliki oleh tanah tersebut. Pisang batu tidak terlalu memerlukan air untuk proses fotosintesis dikarenakan kadar air yang di simpan pada batangnya jauh lebih banyak. Sedangkan untuk pisang raja, dalam proses pertumbuhannya lebih banyak memerlukan kadar air. Selain kadar air, pisang batu lebih cenderung mudah runtuh/copot di tanah yang berair karena massa buahnya lebih besar dari ukuran batangnya. Dari beberapa alasan tersebut akhirnya masyarakat lebih sepakat bahwa pisang batu lebih cocok di budidayakan di dataran rendah yang tanahnya keras, selain karena tidak mudah roboh kualitas dari buahnya lebih menjanjikan.
  • Hasil analisa usaha tani pengolahan buah pisang
  • Hasil analisis usaha tani pengolahan keripik pisang kelompok tani Samalelet Simariuriu, Kabupaten kepulauan Mentawai menunjukkan nilai R/C ratio 2,3 sedangkan nilai R/C ratio pengolahan lapet adalah 2,01. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) merupakan suatu analisa yang biasa dilakukan karena mudah, yaitu dengan membandingkan antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Apabila nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak ekonomis, jika R/C > 1 berarti usaha tersebut layak dilakukan, dan jika R/C= 1 maka usaha tersebut dikatakan marginal (tidak rugi dan tidak untung). Komponen biaya yang diperlukan dalam pengolahan keripik dan lapet pisang ditampilkan pada pada Tabel berikut.
    • No
    • Jenis alat
    • Jumlah
    • Harga alat (Rp)
    • Umur pakai alat (bulan)
    • Nilai penyusutan (Rp)
    • 1
    • Wajan
    • 1
    • 100.000
    • 6
    • 16.667
    • 2
    • Serok
    • 1
    • 25.000
    • 6
    • 4.167
    • 3
    • Pengikis
    • 1
    • 25.000
    • 2
    • 12.500
    • 4
    • Baskom
    • 3
    • 45.000
    • 6
    • 7.500
    • 5
    • Pisau
    • 2
    • 10.000
    • 6
    • 1.667
    • 6
    • Toples
    • 2
    • 50.000
    • 6
    • 8.333
    • 7
    • Kompor
    • 1
    • 500.000
    • 12
    • 41.667
    • 8
    • Siler
    • 1
    • 15.000
    • 12
    • 1.250
    • *nilai penyusutan: jumlah nilai alat (Rp)/umur pakai alat (bulan)
       
       
      Tabel biaya bahan keripik pisang

      HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      4. 4
      5. 5
      6. 6
      7. 7
      8. 8
      9. 9
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
      Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun