Kemampuan ekonomi Indonesia untuk mampu tumbuh pada tingkat 5,05 persen menjadi modal dasar dalam mempersiapkan diri memasuki tahun 2020. Untuk tetap mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti saat ini, perlu menyiapkan beberapa langkah mitigasi pertumbuhan ekonomi.Â
Kedepan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah. Sedangkan ekspor dan impor masih belum akan banyak membantu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertama, menjaga konsumsi rumah tangga tetap stabil. Golongan masyarakat yang paling rentan terkena dampak fluktuasi ekonomi adalah golongan masyarkat miskin.Â
Oleh sebab itu, perlu mendapatkan proteksi dan dukungan dari pemerintah melalui mekanisme APBN, dalam bentuk bantuan sosial, transfer, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), hingga Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Sedangkan bagi masyarakat menengah, dengan memberikan insentif bagi pendapatannya agar mampu mempertahankan daya beli mereka terhadap konsumsi barang jasa yang mereka lakukan.
Kedua, menyiapkan iklim investasi yang kondusif bagi calon investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Baik yang bersifat portofolio maupun Foreign Direct Investment (FDI), untuk menjaga liquiditas ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.Â
Oleh sebab itu, perlu didukung dengan kebijakan yang memangkas peraturan, biaya dan birokrasi yang rumit, dengan segera menyelesaikan omnibus law terkait investasi, perdaganan dan perpajakan dan pembangunan infrastruktu fisik yang sudah selesai, diharapkan bisa menekan ekonomi biaya tinggi.
Ketiga, mendorong belanja pemerintah yang produktif.Pemerintah mesti konsisten menjaga kinerja belanja publiknya, terutama belanja produktif seperti belanja modal untuk dapat menjaga dan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tahun 2020.Â
Belajar dari pengalaman tahun 2019, pemerintah harus lebih optimal dalam menyerap belanja modal tahun 2020, sehingga efek ganda (multiplier effect) yang dimilikinya bisa berdampak lebih besar ke sektor riil ketimbang belanja pegawai atau belanja barang.
Keempat, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tema kebijakan fiskal tahun 2020 adalah APBN untuk akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan sumber daya manusia. Fokus Pemerintah untuk memperkuat pendidikan vokasi sudah tepat, tinggal bagaimana mencari titik temu dengan kebutuhan industri.
Tentu, nantinya kita harapkan peningkatan kualitas pendidikan vokasi mempunyai potensi untuk meningkatkan surplus dan nilai tambah ekonomi, dengan merubah struktur remitansi dari pekerja informal (domestic helper) ke tenaga terlatih yang profesional, untuk semua profesi yang banyak diminati saat ini dan dimasa yang akan datang. Sehingga produk dan jasa yang dihasilkan mampu bersaing secara global.
Kelima, sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pasca berlalunya booming barang-barang komoditas, Indonesia perlu memiliki sumber pertumbuhan ekonomi baru yang relevan dengan potensi yang kita miliki saat ini. Ada dua potensi yang sangat mungkin kita pacu perkembangannya, yaitu: industri wisata dan produk halal. Dalam laporan  World Economic Forum (WEF) sektor pariwisata menyumbang lebih dari 10 persen dari PDB dunia.Â