Mohon tunggu...
Muh. Ruslim Akbar
Muh. Ruslim Akbar Mohon Tunggu... Akuntan - Instagram @muhruslimakbar

Menulis untuk mengekalkan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Desak Anies, Oase Krisis Berdiskusi di Indonesia

27 Desember 2023   18:01 Diperbarui: 27 Desember 2023   18:28 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Muh. Ruslim Akbar

Akhir-akhir ini dalam berbagai platform media sosial tengah ramai memperbincangkan program diskusi dan tanya jawab yang dilakukan oleh calon Presiden nomor urut 01, Anies Baswedan. Diskusi secara terbuka yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, khususnya menengah ke bawah sangat menarik perhatian masyarakat. Pasalnya, selama sejarah masa kampanye pemilihan capres dan cawapres dilakukan, program yang bertajuk "Desak Anies" ini merupakan program pertama yang memberikan ruang bagi seluruh masyarakat untuk menguji dan mengkritik visi dan misi calon presiden Republik Indonesia secara terbuka.

Bak gayung bersambut, animo masyarakat terlihat begitu tinggi setiap kegiatan ini diadakan. Di gedung, di kampus-kampus, bahkan di pasar, masyarakat kita senantiasa berbondong-bondong untuk hadir di sana. Apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi? Bagi saya sederhana, masyarakat kita sudah menyadari bahwa selama ini rakyat hanya dijadikan instrumen politik belaka untuk meraih suara. Padahal, mereka adalah bagian yang terdampak dari setiap kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah. Sudah saatnya masyarakat kita didengar, dan sudah saatnya pula masyarakat kita ikut dalam memberikan ide dan gagasannya terhadap jalannya pemerintahan di negara kita.

Krisis berdiskusi tentu tidak terlepas dari adanya kebebasan berpendapat yang dalam beberapa tahun terakhir sedang terbelenggu oleh Undang-Undang ITE yang seringkali menghukum pendapat seseorang yang dinilai terlalu ekstrim dalam mengkritik pemerintah. Bahkan, rasa-rasanya hidup di zaman reformasi yang katanya sangat demokrasi ini terlihat seperti berada di era orde baru.

Pemilu kali ini selayaknya dapat dijadikan momentum untuk kita belajar berpolitik secara lebih dewasa. Memahami bahwa memilih pemimpin bukan hanya berbicara perihal sosok sang calon, melainkan visi dan misi terkait bagaimana membawa bangsa ini ke depan. Dan kita sebagai bangsa yang demokratis, harus kritis terhadap masa depan bangsa. Saya berharap siapa pun calon pemimpin kita seharusnya lebih berani menyampaikan gagagasannya secara utuh agar masyarakat dapat memahami dan mengkritik terkait gagasan yang ia akan terapkan bagi bangsa ini di masa depan.

Program diskusi Desak Anies, seharusnya tidak hanya dilakukan oleh Anies Baswedan saja. Saya berharap akan ada Program Desak Ganjar, atau Desak Prabowo atau program semacamnya selama masa kampanye ini. Dari situ, kita dapat menilai isi kepala masing-masing calon. Dan dari situ juga kita dapat menentukan pilihan secara lebih objektif tanpa terdistraksi oleh gimik-gimik yang tidak perlu.

Mengajak berdiskusi masyarakat tentu akan berdampak baik pada kemajuan suatu negara. Melalui diskusi, kita mampu berpikir lebih kritis terhadap isu-isu yang sedang dihadapi bangsa kita saat ini. Melalui berdiskusi kita mampu mendapat sudut pandang yang berbeda dari orang lain. Melalui diskusi, juga akan meningkatkan literasi kita yang semakin tergerus oleh kemajuan zaman. Dan yang terpenting lagi,berdiskusi akan memunculkan adanya ikatan yang kuat dan menghapus sekat antara para penguasa dan rakyatnya.

Program Desak Anies benar-benar menjadi oase dari krisis berdiskusi di masyarakat. Desak Anies mengajarkan kita untuk membiasakan diri berbicara lebih substantif bukan hanya bersifat permukaannya saja. Dengan begitu, literasi pada setiap lingkup sosial akan terbangun dengan sendirinya. Jika literasi suatu bangsa kuat, maka peradaban akan ikut maju.

Kita terlalu banyak berfokus pada pembangunan infrastruktur saja, pembangunan yang hanya sekadar terlihat indah di mata. Padahal, urgensi yang dibutuhkan bangsa saat ini adalah pembangunan manusia yang beradab. Manusia yang tidak hanya indah di pandang, namun juga terasa indah di dalam hati.

Berdiskusi adalah bagian dari hal kecil dalam memulai peradaban itu. Melibatkan seluruh masyarakat, dan meningkatkan rasa keadilan di dalamnya. Sebab orang-orang yang senantiasa ingin berdiskusi adalah orang-orang yang menyadari kekurangan di dalam dirinya dan berupaya menekan ego "selalu merasa benar" di dalam pikirannya. Maka mari kita mulai berdiskusi dengan siapa pun. Mari kita ciptakan program Desak Anies dalam lingkup yang lebih sederhana: keluarga, teman, dan juga lingkungan kerja.

Kata Imam Syafi'i, "Pendapatku benar, namun bisa saja salah. Dan pendapatmu salah, namun bisa saja ada benarnya."

Maka mari berdiskusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun