Perlu diketahui, Masjid Al-Aqsa pernah menjadi arah kiblat pertama bagi umat Islam di seluruh dunia sebelum bergeser ke Mekkah. Juga sebagai masjid suci ketiga setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Bahkan, Polisi Israel tak segan menyerang warga Palestina yang sedang beribadah di dalamnya.
Penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina seharusnya membuat kita lebih mensyukuri kehidupan kita saat ini. Kenyamanan saat beribadah, bersekolah, listrik yang cukup, air yang memadai, sandang dan pangan yang tersedia serta hidup dengan rasa aman dan nyaman adalah buah kemerdekaan yang kita dapatkan selama hampir 78 tahun.
Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari dukungan Palestina kala itu. Seharusnya pula apa yang kita rasakan saat ini, turut dirasakan oleh saudara-saudara kita di sana. Hidup dengan perasaan yang bebas, bukan rasa cemas. Hidup dengan mimpi-mimpi bukan khawatir besok masih hidup atau akan mati. Hidup dengan rasa aman bukan dengan ketakutan. Merasakan nikmatnya makanan bukan rasa kelaparan.
Dalam kitab Al Masjidil Aqsha Al Haqiqotu wat tarikh dikisahkan, suatu hari ada seorang yang bertanya kepada Salahuddin Al Ayyubi, yang merupakan sosok legenda yang jadi simbol pembebasan Al Aqsha, 836 tahun yang lalu. Ia lantas ditanya:
"Wahai pemimpin kami, mengapa kami tak pernah melihatmu tersenyum?"
Salahuddin al-ayyubi berkata:
"Bagaimana bisa aku tersenyum sementara Al Aqsha dijajah? Demi Allah, aku malu untuk tersenyum sementara di sana saudara-saudaraku disiksa dan dibantai."
Maka, mari kita sebagai bangsa Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina dengan cara memberikan segala bentuk perlawanan yang bisa kita berikan kepada penindasan zionis Israel.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mendukung kezaliman atau ketidakadilan, maka dia tidak termasuk golongan kami dan aku tidak termasuk golongan mereka."
