Mohon tunggu...
Healthy

Mandatory Pengendalian Vektor DBD dan Zika

20 Februari 2016   08:30 Diperbarui: 1 Maret 2016   11:00 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati perkembangan DBD yang terjadi hingga kini telah menjadi klb di berbagai wilayah. Keadaan ini semakin mengkhawatirkan dan mengusik ketenangan masyarakat. Pada situasi inilah “Negara harus Hadir” untuk memberikan perlindungan dan ketenangan kepada seluruh warga baik yang terdampak maupun masyarakat umum. KLB DBD telah menyita perhatian publik dari tahun ke tahun, hal inilah yang disebut sebegai endemik; Penyakit yang ada sepanjang waktu. Sehingga seyogyanya pemerintah dapat menyusun rencana sistematis untuk mengendalikan masalah DBD ini. Tidak membiarakannya menjadi sebuah agenda rutin belaka. Telah habis dana, tenaga dan sumber daya tak terbilang dengan kasus ini. Karena itu hendakpnya semua potensi mesti dikerahkan secara seksama, sehingga dampak klb dapat di minimalkan dimasa depan.

The ecological equilibrium theory menjelaskan pergeseran trias epidemiology; agent, host dan environment akan memberikan dampak pada ketidak seimbangan ekologi yang bermuara pada beberapa risiko baru; a. Kemampuan agent mengalami peningkatan karena terjadi mutasi baru, b. Kemampuan host mengalami degradasi karena tekanan perubahan di luar kontrol kemampuan manusia dan c. Sumbuh lingkungan bergeser yang dapat menguntungkan maupun merugikan agent (mis;DBD, chikungunya dan Zika) maupun host ataupun manusia. Kedaaan ini terjadi berkenaan dengan perubahan global; baik natural maupun buatan. Tekanan ledakan populasi penduduk dunia berdampak pada kebutuhan akan bahan pangan, papan dan sandang yang harus selalu tersedia sepanjang waktu, yang mengakibatkan pengolahan alam telah melewati ambang batas kapasitasnya. Sehingga terjadi efek balik yang luar biasa dahsyatnya, sebagai upaya alam menemukan keseimbangan barunya. Terjadinya banjir, longsor, ledakan/epidemic berbagai penyakit baik yang lama (reemerging infectious disease) maupun penyakit yang baru (new emerging infectious disease) adalah salah satu manifestasi bentuk equilibrium ecologis. Eksploitasi lahan tanpa memperhitungkan aspek ekologis telah berdampak pada ledakan populasi nyamuk yang tak terkendali pada beberapa kawasan.
Pada sisi yang lain, kerentanan host penduduk dunia semakin rapuh, hal ini disebabkan oleh ketersediaan bahan pangan, papan dan sandang yang terdistribusi hampir tidak merata dengan harga yang cenderung tak terjangkau pada sebagian penduduk terutama di negara-negara berkembang. Sementara kemampuan vektor (nyamuk) untuk memulihkan diri dari berbagai insektisida semakin cepat, pemberian insektisida dengan dosis yang tidak adekuat telah melahirkan mutasi baru dengan jenis yang lebih tangguh. Vektor menjadi lebih resisten ditambah daya regenerasi vektor yang semakin cepat sehingga hampir setiap satu dekade ditemukan satu jenis vektor yang baru (hanta virus, nila virus, ebola, hendra virus, H5N1, Mers Co dan Zika).
Mencermati kondisi tersebut, maka pendekatan pengendalian radikal perlu di kaji yaitu sebuah pendekatan dengan konsep mengangkat masalah sampai ke akar-akarnya. Konsep pengendalian radikal vektor “three in one” ini menarik, bahwa dari satu vektor Aedes dapat dikendalikan paling tidak tiga jenis penyakit (DBD, Chikungunya dan Zika). Sehingga semestinya ada perhatian khusus teradap masalah ini. Prinsip kerja pendekatan radikal adalah membasmi agent penyakit sampai ke akar-akarnya, mulai dari jentik hingga vektor dewasa. Memperbaiki kualitas lingkungan baik dalam maupun luar rumah dan meningkatkan imunitas penduduk.

Metode pembasmian agent/vektor secara kimiawi yang ditawarkan telah banyak beredar dipasaran baik untuk pembasmian periode larva (larvasida; abate) maupun pada fase nyamuk dewasa (malathion). Namun program yang telah dijalankan selama ini, kelihatannya tidak memberikan hasil yang nyata. Program larvasida tidak terlaksana secara maksimal, sehingga tidak memberikan hasil yang nyata, begitu juga dengan pembasmian nyamuk dewasa. Vektornya telah mengalami resistensi sehingga pilihan fogging focus hanya pada situasi KLB saja, pada saat populasi nyamuk sudah tidak terkendali. Hingga sekarang pemberian fogging mulai tidak direkomendasikan.

Pendekatan yang perlu dipertimbangkan adalah dengan pendekatan structural mandatory, setiap pemerintah daerah sebaiknya menyusun perda pengendalian vektor DBD. Penegakan sanksi bagi rumah tangga yang ditemukan jentik di dalam maupun di halaman rumahnya. Ini telah efektif di berbagai Negara. Setiap rumah tangga bertanggung jawab terhadap pengendalian vektor di wilayahnya. Pendekatan ini efeknya cepat dan massive, sehingga menjadi pilihan yang layak di pertimbangkan. Pada situasi DBD, Chikungunya dan Zika yang mengintai pada satu jenis vektor, maka pendekatan struktural menjadi pilahan yang tepat. Pengaturan sistem kesehatan wilayah menjadi pilihan yang sangat rasional dalam pengendalian DBD yang harus dihadapi secara sistematik, terencana, terukur dan scientific. Pengendalian vektor/nyamuk DBD secara mandatory adalah pengendalian modern yang memberikan keuntungan pada penduduk. Perlindungan kesehatan masyarakat akan memberikan rasa nyaman dari gangguan nyamuk, memberikan dampak ekonomi yang baik, secara umum berdampak positip pada manusia dan alam. Pengendalian nyamuk secara modern dengan pendekatan yang terintegrasi adultcida, larvasida, dan pada sumber yang tepat serta dilaksanakan secara terprogram dengan manajemen pengolahan lingkungan yang bekerja secara simultan akan menekan risiko KLB dan memberi keuntungan setiap aspek.

Pendekatan lain berupa pendekatan budaya, dengan memasukkan agenda pengendalian nyamuk ke dalam setting kebudayaan. Konsep perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi materi pada program ini. Pendekatan individual dengan penguatan pemahaman wawasan setiap individu terhadap ancaman DBD dan sejenisnya; kegiatan pada aspek in divide misalnya tata cara penggunaan lotion anti nyamuk, anti nyamuk electrik, dll. Pendekatan yang berikutnya dengan pendekatan pelayanan kesehatan. Penjelasan kepada individu pasien untuk memperbaiki pola hidupnya sehingga tidak menderita DBD. Pendekatan yang bersifat invidu pada dasarnya berdampak terbatas, sehingga tidak memberikan daya ungkit besar dalam menekan angka kejadian DBD. Pendekatan lain adalah mencoba menggunakan kekuatan teknologi. Pemanfaatan fitur-fitur mobile phone untuk memblokir nyamuk pada radius tertentu, sehingga manusia dapat menjauhi gigitan nyamuk. Atau pada skala yang lebih besar dengan menggunakan gelombang mikro yang dapat mengusir nyamuk pada radius yang lebih luas. Untuk hal itu dibutuhkan riset yang kuat dan terobosan baru, sehingga kualitas hidup dapat dicapai semaksimal mungkin.
Semua pendekatan lain tersebut, semestinya dapat di tata dalam rancangan peraturan daerah pengedalian vektor nyamuk, yang tentu lebijh bersifat strategis dan menyangkut hayat hidup public, menjaga kesehatan masyarakat luas, meningkatkan kualitas ekologi, berdampak nyata dan bersifat berkelanjutan. Semoga uraian ini dapat menjadi pemicu upaya “strengthening of public policy” sehingga kehadiran Negara nyata adanya. Melindungi setiap warga Negara dari ancaman nyata “serangan DBD”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun