Sebut saja namanya Bunga, seorang gadis jelita yang mendapatkan pinangan dari seorang pangeran tampan. Hidupnya yang biasa akan menjadi luar biasa. Dari kehidupan biasa seorang rakyat jelata menjadi seorang tuan putri yang tinggal di istana. Tidak sedikit gadis lain di seluruh negeri bermimpi ingin menjadi seperti Bunga, yang juga ingin dipinang pangeran tampan dan selanjutnya akan tinggal di istana, meninggalkan kesibukan mencuci, menyetrika, menanak nasi, bahkan kadang sampai memberi pakan ternak peliharaan keluarga, seperti biasanya.
Pada hari yang telah direncanakan, kedua mempelai, Bunga dan Sang Pangeran pun melangsungkan pernikahan. Seluruh negeri menyambutnya dengan gegap gempita. Mulai dari petani, nelayan, pelayan, petugas keamanan, guru, pegawai negeri, sampai pejabat pemerintahan merasa haru dan gembira. Mereka senang karena Pangeran akhirnya telah menemukan pasangan hidupnya dan berharap mereka akan menjadi pasangan yang bahagia sampai maut memisahkan keduanya. Mereka juga merasa gembira, karena akhirnya mereka telah memastikan, siapa pasangan raja dan ratu selanjutnya, mengingat usia ratu saat ini umurnya telah tidak lagi dapat dibilang muda, dan bisa kapan saja menghadap Tuhan-nya.
Sementara itu, di sebuah desa nun jauh disana, seorang kembang desa, sebut saja namanya Mawar, menyaksikan perhelatan akbar pernikahan Bunga dengan Pangeran dari televisi di rumah tetangganya. Matanya berkaca-kaca saat melihat Bunga berjalan beringan dengan Pangeran menuju kereta kuda. Air matanya mulai membasahi pipi, saat kereta kuda mulai berjalan. Tampak Bunga dan pangeran melambaikan tangan ke kerumunan warga yang menyaksikan di pinggir jalan. Mereka berteriak histeris seperti sedang kerasukan, atau seperti ketika gadis-gadis menyaksikan pentas Justin Bieber di Jakarta.
Akhirnya, Mawar tak kuasa membendung tangisnya. Disekanya pipi yang basah dengan sapu tangan bergambar idolanya. Dia tak habis pikir, mengapa PLN begitu kejam kepadanya, memadamkan listrik padahal belum sempat menanak nasi, mencuci baju, menyetrika dan mengerjakan setumpuk pekerjaan rumah lainnya. -tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H