Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harta Karun dan Horor dalam Dunia Aren

20 Januari 2021   00:19 Diperbarui: 21 Januari 2021   21:59 2733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bibit aren bersertifikat/dokpri

Judul tulisan saya kali ini mungkin terkesan nyeleneh. Edan. Nakutin. Tapi menarik. Mengundang orang untuk membacanya. Bahkan menyimaknya. Dibandingkan dengan judul membosankan yang biasa dipakai oleh para ilmuwan langitan. Yang biasanya akan berbunyi : MASALAH-MASALAH DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA AREN DAN KENDALA-KENDALA DALAM  PROSES PRODUKSINYA SERTA ALTERNATIF SOLUSINYA.

Panjang amat ya. Dan terkesan menggurui. Hahaha. Ya udah, kita lanjut saja. Nyedot ilmu bareng Bang Pilot. Yang ganteng. Baik hati. Ramah. Lembut. Penyayang. Pintar. Multi talent. Romantis. Penyabar. Mudah bergaul. Rendah hati. Dan rajin menabung.

Halah.., air laut asin sendiri..!!

#

Potensi ekonomi budidaya aren (arenga pinnata-Merr) sudah jelas, sehingga tak perlu diragukan lagi. Aren adalah satu-satunya flora di dunia ini yang mampu memberikan manusia bahan pangan, berbentuk gula padat,  sebanyak 1 kilogram sampai dengan 3 kilogram setiap harinya, selama masa produksi. Dengan demikian, potensi nilai ekonomi netto sebatang pohon aren adalah rp.9.100.000 sd rp.27.300.000 dalam kurun waktu 10 tahun. Dan karena dalam satu hektar lahan ada populasi sebanyak 333 pohon, maka potensi ekonomi netto satu hektar kebun aren adalah rp.3.030.300.000 sd rp.9.090.900.000 dalam masa 10 tahun.

Dan ingat, gula aren adalah salah satu dari produk pertanian yang sejarah harganya selalu positif sepanjang waktu. Berbeda dengan harga komoditi produk dari sawit, karet, kakao, lada, vanili, tebu dan lainnya, yang sejarah harganya berdarah-darah. Penuh gonjang-ganjing. Sangat fluktuatif. Sulit diprediksi. Dan cenderung borjuis. Pasarnya dikuasai oleh konglomerasi. Sebagiannya mafia.

So, that was something sweet about palm sugar, and everybody can be a billionaire with arenga pinnata cultivation. 

Too good to be true?

Not really. If you want to keep reading my article.

Itulah besarnya harta karun budidaya aren. Karenanya, semua orang bisa menjadi miliarder dengan menanam aren.

Angin sorga?

Tidak juga. Asalkan anda mau terus membaca tulisan saya ini. Karena saya akan juga memaparkan perihal aren sesuai dengan judul tulisan ini. Yakni paparan tentang  horornya budidaya aren. Bukan manis-manisnya saja. Seperti kebanyakan tulisan para bakul bibit.

#

Gula aren Lagenggong/dokpri
Gula aren Lagenggong/dokpri

Lalu, jikalau hasilnya indah nian, mengapa tidak banyak orang yang lantas bertanam aren?

Jawabannya adalah karena masih banyaknya masalah dan kendala dalam budidaya aren.  Masalah dan kendala itu antara lain :

1. Masih kurangnya edukasi tentang betapa mudahnya budidaya aren dan betapa bersarnya potensi hasilnya. Apalagi pemerintah belum menjadikan aren sebagai tanaman prioritas. Masih menyatakan sebagai tanaman pendukung. Mengapa pemerintah belum menjadikan aren sebagai salah satu tanaman prioritas? Mungkin karena pemerintah pun belum paham soal potensi ekonomi aren ini. Karenanya, dibutuhkan gerakan edukasi dan pendampingan budidaya aren yang gempita dan lestari dari para pegiat aren. Lahirnya organisasi profesi seperti  Asosiasi Aren Indonesia, Komunitas Aren Indonesia, Persaudaran Petani dan Pengusaha Aren Indonesia, dan lainnya, diharapkan  bisa semakin memperluas gaung edukasi budidaya aren. 

Dan tentu saja peran pemerintah dan akademisi, baik dari sekolah kejuruan pertanian mau pun dari universitas, sangat diharapkan demi makin meluasnya budidaya aren. Sehingga pada gilirannya, aren mampu menjadi salah satu penunjang kesejahteraan petani dan pegiat aren di Indonesia.  

2. Belum meratanya ketersediaan benih unggul, dan belum ada benih unggul yang nyata sudah teruji kualitasnya. Benar bahwa pemerintah cq. Kementan sudah melepas varietas unggul aren genjah asal Kalimantan Timur, aren akel toumuung dari Sulawesi Utara; serta akan melepas aren smulen asal Bengkulu, aren parasi asal Banten, dan seterusnya. Namun, hampir semua jenis aren tadi masih mengandalkan asal benih dari indukan aren yang tumbuh alami. Bukan aren budidaya. Dan belum pula terbukti berhasil dengan baik jika dibudidayakan.  Bibitnya pun masih relatif sulit didapat. Harganya juga lumayan mahal. Karenanya, perlu diadakan penelitian dan pengembangan perbenihan  aren yang valid, agar dihasilkan benih aren yang benar-benar berkualitas dan sesuai untuk ditanam di mayoritas wilayah Indonesia. Atau dihasilkan varian-varian aren yang cocok ditanam di lahan tertentu. Jenis aren yang paling cocok untuk lahan gambut, misalnya. Mari kita buang semua ego sektoral. Yang ingin kita hasilkan adalah benih aren Indonesia. Tanpa membawa bendera kedaerahan, karena hal itu akan bisa membuat munculnya produk yang dipaksakan.  

3. Belum ada pedoman budidaya yang standar. Benar bahwa ada rilis pedoman budidaya aren dari Kementan. Ada juga artikel-artikel tentang budidaya aren.  Misalnya yang ditulis oleh Mr.Willy Smith, Tuan Dian Kusumanto, Bang Muhammad Isnaini, dan lain-lain. Namun sebahagian terbesar tulisan-tulisan itu belum berdasarkan pengalaman empiris berbasiskan penelitian yang cukup. Tetapi masih sebatas berdasarkan sepenggal dua penggal pengamatan dan asumsi-asumsi. Sehingga tulisan-tulisan itu masih mengandung banyak kelemahan, sehingga sangat perlu untuk segera diperbaiki, kalau pun tak berani kita katakan : untuk disempurnakan.

4. Belum ada data yang valid tentang luasan vegetasi aren di Indonesia serta rinciannya. Semua data yang ada hanya berdasarkan perkiraan. Ketiadaan data yang valid akan menyulitkan bagi para pihak untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menyusun program pengembangan aren dan pendukungan terhadap produk-produknya. Karena itu, data sebaran aren beserta detailnya sangat dibutuhkan untuk segera disusun. Ini akan bisa menjadi acuan bagi pola pengembangan aren di masa kini dan di masa depan.

5. Lamanya masa tunggu produksi tanaman aren. Masa tunggu yang sekitar lima tahun pada aren aksasi genjah dan tujuh tahun pada aren aksasi dalam serta sepuluh tahun pada aren aksasi tinggi, membuat petani kecil yang menggantungkan hidupnya dari hasil kebunnya menjadi sulit untuk beralih ke menanam aren. Dibutuhkan formulasi budidaya aren sistim tumpangsari (intercropping) yang baik agar kendala itu dapat teratasi. Sehingga petani aren tumpangsari masih mendapatkan penghasilan dari lahannya itu. Dan formulasi itu belum ada. Mari kita susun.

6. Adanya beberapa kasus penanaman aren yang gagal, produksi niranya hanya sedikit,  membuat orang berasumsi dan menyiarkan asumsi bahwa aren tidak dapat dibudidayakan. Dikatakan bahwa aren hanya bisa menghasilkan cukup banyak nira jika disadap dari pohon yang tumbuh alami, atau merupakan tanaman hewan musang, babi hutan atau burung.  Padahal kegagalan budidaya aren itu lebih karena belum pahamnya petani terhadap karakteristik khas kultivar aren. Terutama tentang jarak tanam yang benar. Sehingga, sekali lagi, masih dibutuhkan edukasi dan pendampingan yang baik bagi para petani aren.

7. Masih pekatnya hal-hal yang berbau mistis disangkut pautkan kepada aren, sehingga banyak orang yang menjadi gentar mendekatinya.  Padahal, semua kearifan lokal tentang aren itu, bila ditinjau dari segi yang positif, maka kita akan menemukan banyak sekali nilai kebaikan yang begitu luhur. Contoh : dikatakan bahwa penyadap aren tidak boleh bersenda gurau dengan manusia lain jenis yang bukan pasangannya. Jika petuah ini dilanggar, maka pohon aren akan merajuk dan tidak mengeluarkan nira. Padahal,  jika lelaki bersenda gurau dengan istri orang misalnya, itu memang tidak baik. Bisa terjadi carok. Atau apalah namanya. Yang mungkin akan berakibat fatal. 

8. Terbatasnya tenaga penyadap aren. Banyak orang yang ingin bekerja sebagai penyadap aren, karena penghasilannya yang besar. Tetapi tidak bisa dilakukan karena tidak memiliki keterampilan menyadap. Padahal pekerjaan menyadap aren itu termasuk pekerjaan yang tidak sulit untuk dipelajari. Semua oramng, lelaki dan perempuan, asalkan berani memanjat dan mau bekerja, akan bisa melakukannya. Karenanya, perlu dibangun pos-pos pusat pelatihan penyadapan aren di daerah-daerah. Dengan materi pelatihan berdasarkan sistim training of trainer. Sehingga para peserta latih nanti selain bisa menyadap aren dan  tahu bagaimana menjaga mutu nira aren, juga bisa menularkan ilmunya kepada masyarakat di daerahnya. Salah satu syarat menyadap aren yang baik, penyadap harus bisa menghasilkan nira yang cukup, bersih, ph di atas 6,2 dan pohon aren tidak mati atau menjadi non produktif sebelum waktunya.

Bibit aren bersertifikat/dokpri
Bibit aren bersertifikat/dokpri
9. Panennya yang terbilang singkat. Aren adalah tumbuhan yang bersifat hapaxantic dan monocarpic. Berhenti tumbuh vegetatif setelah mulai tumbuh generatif, dan akan mati otomatis setelah semua bunganya keluar. Karenanya, rata-rata panjangnya masa panen aren adalah sama dengan panjangnya masa tunggu panennya. Hal ini dapat diatasi dengan teknik penanaman underplanting. Yang dilakukan saat tanaman periode pertama sudah mulai berproduksi. Tentu saja sebelumnya, jarak tanam awal harus diperhatikan bagi kepentingan underplanting ini. Dengan teknik underplanting ini, maka masa tunggu panen pada periode kedua dapat dikurangi secara signifikan.

10. Belum ditemukannya bahan pengawet nira aren yang cukup handal. Saat ini para pengrajin aren masih menggunakan pengawet nira yang alami dan tradisional. Pengawet nira dari kayu manggis, kayu nangka, buah sapat, raru ndupar, kayu salam, dan lainnya, daya pengawetnya terbilang masih kurang baik. Hanya mampu mengawetkan nira maksimal dua jam setelah diturunkan dari pohonnya. Sehingga nira sulit untuk dikirim jauh. Nira aren juga jadi sering rusak sebelum sempat diolah. Terutama pada nira yang berasal dari penyadapan aren yang jauh dari tempat pengolahan. Atau terlambat sampai ke dapur pemasakan nira karena jalannya melalui medan yang sulit. Menyebabkan gula aren yang dihasilkan menjadi turun kualitasnya. Karena itu dibutuhkan pengadaan pengawet nira aren yang baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau.

11. Mahalnya biaya untuk memasak nira menjadi gula. Kebanyakan para pengrajin gula aren masih mengandalkan kayu bakar untuk mengolah nira yang ia hasilkan. Dan karena proses pembuatan gula aren dari nira ini masih melulu mengandalkan teknik evaporasi tradisionil, yakni dengan cara pemanasan, maka tentu saja untuk menguapkan 85 persen air nira itu akan membutuhkan kalori yang sangat besar. Pengembangan penanaman aren secara besar-besaran bisa menjadi ancaman kelestarian hutan, jika masalah ini tidak segera dicarikan solusinya. Ada beberapa alternatif yang bisa kita usahakan bersama. Antara lain dengan membuat dan memperkenalkan tungku hemat energi semacam rocket stove, menggunakan biomassa seperti janjang kosong sawit, sekam padi atau serbuk gergaji sebagai bahan bakar alternatif, menggunakan bahan bakar dari oli bekas yang didorong dengan blower mini, membuat PLTA pyco hidro bagi daerah-daerah yang debit airnya berpotensi, mengeksploitasi tenaga surya menggunakan cermin cekung besar dengan regulator pengarah, menggunakan evaporator, dan mengembangkan alat pemisah air nira dari gula terlarutnya dengan sistim semi permiabel atau pun sistim reverse osmosis.

12. Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan para perajin aren untuk memproduksi produk turunan yang memiliki nilai tambah yang cukup signifikan. Mereka belum paham bagaimana caranya membuat gula semut aren yang baik, membuat gula tualah, membuat gula cair, membuat gula kacang, dan lainnya. Para perajin umumnya hanya membuat gula cetak aren lalu menjualnya kepada pengepul dengan harga yang tergolong murah. Pengepul lalu menjual kepada pedagang besar, pedagang besar menjual kepada eksportir. Eksportir tidak begitu saja menjual gula cetak ini. Kebanyakan mereka mengolahnya terlebih dahulu menjadi gula semut dan gula cair. Mengemasnya sedemikian rupa lalu menjualnya ke luar negeri dengan harga berkali lipat lebih tinggi. Ada juga yang hanya mengemasnya, lalu menjualnya di pasar retail modern di dalam negeri dengan harga yang bikin mata saya terbelalak. Rp.46.000 per kilogram. Sedangkan di tingkat perajin hanya dihargai Rp.16.000-Rp.18.000 per kilogram. Karenanya, edukasi kepada petani dan perajin aren tentang teknik pengolahan produk aren, pengemasan dan marketingnya perlu mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang serius dari mereka yang peduli. 

Pos-pos pelatihan pengolahan produk aren harus dibangun di sentra-sentra penghasil gula aren. Koperasi dan poktan harus didorong dengan sungguh-sungguh.  Pengurusnya dilatih agar pandai, terampil, berwawasan maju dan jujur. Kita janganlah sekedar membuat seminar-seminar yang menghabiskan banyak uang namun terhenti hanya sebatas itu saja. Semua harus dilakukan dengan serius dan nyata bermanfaat. Agar para petani dan pengrajin aren dapat jua menikmati makna dari sebuah kata yang bernama : sejahtera. Tidak lagi sekedar menjadi sapi perahan para tengkulak nan tak berjiwa patriotis.

13. Belum tersedianya mesin-mesin pengolahan produk aren yang baik dan harganya terjangkau oleh para pengrajin. 

Bila kita buka dan cari di market online, maka mesin-mesin seperti itu akan banyak ditawarkan orang. Namun sebahagian besarnya masih merupakan produk gagal. Banyak keluhan dari para pengrajin yang membeli dan memakainya. Selain itu, produk yang ada juga tidak sesuai dengan sumber daya alam lokal yang tersedia. Mesin pemasak dan pengaduk nira misalnya, semua masih mengandalkan bahan bakar berupa gas atau listrik. Gas masih terbilang mahal pada proses pemasakan nira yang butuh waktu lama, sekitar 6 jam. Sedangkan listrik berdaya besar tentu tak tersedia pada rumah-rumah pengrajin yang stoutnya kebanyakan  hanya berdaya 450 watt atau 900 watt. Karena itu, perlu dirancang dan dibuat peralatan pengolahan produk aren yang food grade dan bisa menggunakan bahan bakar sesuai dengan sumber daya alam yang ada.

14. Kurangnya kesadaran masyarakat kita akan pentingnya gula yang lebih sehat.                                                                                                                                              Saat ini angka pengidap penyakit fisologi yang bernama diabetes mellitus di negara kita ini sudah mencapai angka 8,5 juta jiwa. Dan penyakit ini nyaris belum ada obatnya, yang bisa menyembuhkan secara total.  Padahal, kita lihat, gula aren, karena kandungan inulinnya yang tinggi, menjadi salah satu gula yang lambat diserap oleh tubuh, sehingga tidak menyebabkan naiknya kadar gula dalam darah. Kecepatan darah menyerap gula ini dinyatakan dalam satuan glicemic index atau GI. 

Sebagai acuan, suatu jenis gula dianggap sehat bila memiliki GI di angka 60-70. Semakin besar angka, maka kecepatan penyerapan gula oleh darah akan semakin cepat. Gula tebu memiliki GI di angka 90. Sedangkan gula aren ada di level GI 40-50. Tetapi mayoritas masyarakat kita masih saja mengkonsumsi gula tebu dalam jumlah berlebihan. Belum mau beralih ke gula aren yang jauh lebih sehat. Dengan alasan tidak terbiasa. Tidak praktis. Mahal. Susah nyarinya. Kuno. Warnanya jelek. Dan lain-lain alasan yang terdengar klise. Seolah mengabaikan potensi penyakit yang mungkin akan menimpanya, akibat gaya hidupnya yang salah itu. Karena itu perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat Indonesia akan pentingnya konsumsi gula yang lebih sehat serta baiknya mengurangi mengkonsumsi gula yang tidak sehat. Karena gula yang tidak sehat berpotensi menjadi salah satu pemicu datangnya penyakit diabetes. Jika ini berhasil, permintaan akan gula aren akan meningkat dan masyarakat Indonesia akan lebih sehat.

15. Masih banyaknya gula aren oplosan yang tidak dijelaskan komposisinya. Bahkan dikatakan sebagai gula aren asli murni ori kualitas terjamin 100 persen. Padahal gula aren ori harus valid kemurniannya jika ia akan dipakai untuk bahan obat herbal, bahan jamu, bahan campuran bumbu rujak, bahan pemanis es cendol, bahan pemanis es kelapa muda, untuk gula pada kopi aren, teh gula aren, bahan bumbu pecal dan sebahagian penggunaan lainnya. Agar efeknya dan rasanya menjadi seperti yang diharapkan.  Berbeda misalnya jika peruntukannya adalah sebagai bahan pemanis kue-kue, biskuit dan  jus buah, atau untuk topping es krim, maka tidak terlalu masalah jika gula arennya dicampur sedikit dengan gula pasir. 

Karena itu perlu pembelajaran kepada semua pelaku usaha gula aren agar mau menjaga mutu gula arennya dan bertindak sedikit lebih jujur. Perlu juga digalakkan edukasi kepada masyarakat konsumen gula aren, agar bisa membedakan mana gula aren ori dan mana gula aren oplosan. Sehingga tiap-tiap sesuatu bisa duduk pada tempatnya masing-masing. Tidak berselingkuh dan tidak pula diselingkuhi. Karena tak selamanya selingkuh itu indah. Apalagi selingkuh soal mutu gula aren.

Buah aren mentah segini harga belinya Rp.6.500.000/dokpri
Buah aren mentah segini harga belinya Rp.6.500.000/dokpri

Demikianlah Bang Pilot paparkan serba sedikit tentang potensi harta karun, juga  horornya dunia persilatan aren saat ini di Indonesia. Jika dirasa kutang, eh.., maksudnya : kurang, silahkan ditambahi.  Pastinya, dibutuhkan partisipasi yang aktif dan lestari dari semua pendekar-pendekar gagah dunia kang-ouw, eh.., aduh, salah lagi..., maksudnya dunia pertanian dan pihak-pihak lain yang terkait. Tetaplah setia di jalur hijau yang penuh keindahan ini. 

Bersama kita jaga satu bumi yang hijau dan satu langit yang biru. Sebagai manusia, mari kita lestarikan alam dan lingkungan, sembari kita berusaha mensejahterakan mahluk-mahluk penghuninya. Jangan sampai turun alien hanya sekedar mau mengajari bagaimana menanam aren di tanah subur makmur gemah ripah loh jinawi ini. Malulah kita, karena sudah menyia-nyiakan pemberian Tuhan yang maha penyayang..

Lets go broo..!

Salam satu tetes..!

Semoga sukses dan berjaya petani Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun