Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Revolusi Pertanian: Bertanam Lada di Kebun Sawit

10 Januari 2017   14:10 Diperbarui: 4 April 2017   17:40 10810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas.com

Petani di Batanghari, Jambi, dapat menghasilkan satu kilogram biji lada putih kering dari satu rumpun tanaman lada mereka. Saat itu umur tanaman lada mereka adalah empat tahun. Sedangkan di Kabupaten Kampar, Riau, petani lada tumpangsari dengan sawit dapat meraih produksi dua kilogram biji lada putih kering dari setiap rumpun tanaman lada mereka, hanya saja umur tanaman lada itu sudah mencapai tujuh tahun.

Adapun cara menanam lada di kebun kelapa sawit itu adalah sebagai berikut.

Mula-mula petani membuat atau membeli bibit lada panjat atau lada sulur. Bibit lada umur 4 bulan itu lalu dipelihara lagi di dalam polibag ukuran 20x25 cm, diberi tiang tajar sementara sampai tingginya satu meter. Biasanya hal ini tercapai dalam masa 4 bulan. Artinya, bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit lada yang berumur 8 bulan. 

Petani lalu membuat lubang tanam ukuran 30 x 30 x 30 cm sebanyak 2, 3 sampai 4 buah di sekeliling tegakan kelapa sawit. Jarak antar batang sawit dengan titik tanam lada adalah 70 cm. Parit kecil dibuat antara lubang tanam dengan pangkal batang sawit. Ke dalam lubang tanam dimasukkan media tanam berupa 2 kg sekam padi, 4 kg pukan fermentasi, 1 kg dolomit dan 100 gram pupuk NPK Phonska. Metan lalu diaduk dengan tanah galian secukupnya saja, dimasukkan ke dalam lubang tanam lalu dibiarkan seminggu sampai sepuluh hari. 

Bibit lada lalu ditanam dengan posisi miring ke arah batang sawit. Sulur lada dimasukkan ke dalam parit kecil lalu juga ditimbun. Ini untuk mencegah sulur lada rusak saat panen TBS atau saat penunasan pelepah sawit. Sisa sulur lada yang sepanjang 30 cm akan berada tepat bersisian dengan pangkal batang sawit. Sulur ini akan memanjat batang sawit dan dijadikan inangnya. Perinangan ini dalam dunia biologi dikenal dengan istilah simbiosis komensalisme, di mana salah satu tanaman diuntungkan tetapi tanaman yang lain tidak dirugikan.

Jika bibit lada dulunya dibesarkan di tempat teduh, sulur lada yang terlihat harus diberi peneduh, biasanya berupa pelepah daun sawit yang ditancapkan ke tanah. Tetapi jika bibit lada dulunya dibesarkan di tempat yang terbuka, maka peneduh tidak dibutuhkan. Selanjutnya perawatan tanaman lada tumpangsari ini sama saja seperti perawatan tanaman lada lainnya.

Pada titik di mana tegakan kelapa sawit sudah tumbang, petani menggantikannya dengan tajar hidup berupa tongkat setinggi 150 cm. Jenis kayu biasanya adalah lamtoro, dadap, gamal atau sengon. Tongkat kayu segar yang ditancapkan tadi akan tumbuh lebih cepat dari pada tanaman lada, karena lada memang termasuk tanaman yang pertumbuhannya sedikit lambat. Tongkat kayu lalu dipangkas saat mencapai ketinggian 3 sampai 4 meter. Pemangkasan selanjutnya adalah setiap 6 bulan, dengan mempertahankan ketinggian tajar hidup.

Pertanyaan lain yang sering diajukan para peminat pertanaman lada tumpangsari dengan sawit ini adalah: apakah tanaman lada tidak rusak ketika panen TBS? Jawabnya adalah: mungkin saja akan rusak, tetapi kerusakan tidak akan terlalu berarti. TBS yang dipanen, ketika jatuh, jarang sekali ia jatuh dengan menggelinding di sepanjang batang kelapa sawit. Biasanya TBS akan terjun bebas berjarak 50 - 100 cm dari batangnya. Jarak ini sudah cukup aman buat menghindarkan kerusakan pada tanaman lada.

Pertanyaan selanjutnya: apakah tanaman lada ini bisa berbuah sementara di bawah pohon sawit itu suasananya cukup teduh? Jawabannya adalah bisa berbuah, tetapi tidaklah sebanyak bila lada ditanam secara monokultur. Itulah sebabnya petani di Batanghari tadi mengakalinya dengan menanam 4 batang bibit lada untuk setiap batang sawit inangnya. Pemupukan unsur N dikurangi sementara unsur P diperbanyak. Phosphat memang dikenal sebagai pupuk pembuahan. Tanaman yang cukup mendapat phosphat juga diketahui akan lebih tahan terhadap serangan jamur patogen.

Apapun argumen teoritis yang membantah, tetapi faktanya sudah ada petani yang berhasil membudidayakan lada pada kebun kelapa sawit. Mereka menikmati tambahan penghasilan sebesar 123 kg biji lada putih kering x rp.130.000 = Rp.16.000.000 (dibulatkan) pertahun perhektarnya. Itu sama dengan jumlah uang sebanyak 60% dari penghasilan panen TBS.

 Jika banyak petani sawit yang mau menanam lada sebagai tumpangsari pada kebun sawitnya, tak pelak lagi, revolusi pertanian di Indonesia akan terjadi secara besar-besaran. Penghasilan petani akan kian terdongkrak, daya belinya meningkat, lalu kesejahteraan hidup para petani tak lagi sulit untuk diraih.

Salam sejahtera petani Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun