Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Lagi Humor di Kompasiana

26 November 2015   23:39 Diperbarui: 26 November 2015   23:39 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak ada lagi humor di Kompasiana. Tak ada lagi yang lucu di Kompasiana. Tak ada lagi hal yang mampu membuat otak-otak yang nyaris gila ini menjadi segar lalu waras kembali. Yang ada hanyalah tulisan-tulisan absurd yang bikin kening berkerut kayak jeruk purut. Tulisan palsu yang membahas seribu kepalsuan orang-orang palsu rebutan dunia yang serba palsu. Tulisan yang bikin eneg dan stress tingkat dewa. Tulisan yang hanya akan menambah jumlah penghuni rumah sakit jiwa. Tulisan yang makin menyiksa jiwa-jiwa di neraka.

Dulu, konon, ada segelintir orang sedeng yang suka menulis humor. Kadang berbentuk humor singkat, humor lokal, humor jadul, humor copasan sampai humor berbau lendir. Tapi belakangan mereka lalu ditangkap, ditelanjangi, dibunuh, mayatnya dicincang halus lalu diumpankan ke mulut buaya. Mengapa? Karena humor-humor mereka dianggap sampah, gaya badut,tak bermutu, menurunkan imej, kasar lagi kotor, mempermalukan korps dan melanggar pakem. Mereka tak layak hidup hingga harus dibasmi sampai ke akar-akarnya!

Sebagian dari humorist yang selamat dari ladang pembantaian itu ada yang lari ke Suriah, mencoba peruntungan dengan menjadi badut di depan pasukan ISIS yang telah lelah bertempur. Ada pula yang menjadi penjual sekoteng di perempatan Sarkem, merangkap jadi penjual togel. Sebagian lainnya memilih menjadi penyair jalanan, sembari menenteng gitar dari kotak sabun. Ada pula yang ikut operasi kelamin agar tak terdeteksi pasukan penghancur humor.

Kompasiana kini garing. Kering tak bermaya.Tak ada lagi riuh rendah tawa berderai sampai guling-guling menahan sakit perut karena rasa lucu yang luar biasa. Suasana kering kerontang. Hanya ada pasir panas yang terlempar ke sana-sini. Manusia-manusia setengah robot berlomba menjadi yang terbaik. Seringai serigala tergambar di setiap sudut baca. Jari-jari berkuku hitam siap menerkam siapa saja yang coba memancing tawa.

Layar ditutup. Lampu padam. Suasana hening. Paku mati. Kegelapan mendekap sukma. Tiba-tiba orang-orang keluar dengan kepala yang saling tertukar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun