Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bakar Masjid di Tolikara, Bakar Niat Mujahid di Kompasiana

19 Juli 2015   11:41 Diperbarui: 19 Juli 2015   11:51 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya malas berpendapat di Kompasiana ini tentang masalah pembakaran masjid dan rumah umat Islam di Tolikara. Tetapi karena sangat banyaknya tulisan Kompasianer yang menyudutkan umat Islam di sana, saya merasa terpanggil untuk ikut berjihad fi sabililah.

-Fakta vs pemelintiran berita.

1.Masalah speaker.

Ada banyak orang yang menyalahkan umat Islam di Karubaga, Kabupaten Tolikara, karena tetap mengunakan speaker besar saat sholat Idul Fitri. Termasuk pak tua JK, yang memang terkenal sangat phobia dengan speaker masjid. Faktanya, masjid di Karubaga tidak mengunakan pengeras suara. Begitu juga dengan masjid-masjid lainnya di daerah muslim minoritas di seantero Papua. Masjid juga dilarang memakai plang nama. Umat Islam pun tidak boleh berjualan dan beraktifitas di luar rumah pada hari Minggu. Jika tetap berjualan, maka akan dikenai denda yang cukup besar. Semua ini dipatuhi oleh ummat Islam di Papua sejak zaman berzaman.

Fakta lain adalah bahwa dalam surat edaran Badan Pekerja Wilayah Gereja Injil di Indonesia tertanggal 11 Juli 2015, tidak ada disingung masalah speaker. Yang ada adalah pelarangan acara lebaran dan memakai jilbab bagi muslim, serta larangan mendirikan rumah ibadah selain gereja GIDI di Kabupaten Tolikara. Surat itu sendiri sudah diakui keberadaannya oleh presiden GIDI Dorman Wandikbo.

2.Masjid atau musollah?

Di awal-awal masa, semua pemberitaan arus utama menyebut bahwa yang dibakar adalah musollah. Luhut Panjaitan bahkan mengatakan bahwa yang dibakar bukanlah musollah, tetapi kios warga.

Faktanya yang dibakar adalah Masjid Baitul Muttaqin.

Dalam Islam, masjid dengan musollah itu berbeda tingkatannya. Pada masjid berlaku berbagai hukum yang tidak terdapat pada musollah. Cara membedakannya adalah : di masjid didirikan sholat Jum’at, sedang di musollah tidak.

3.Polisi langsung menembak demonstran?

Faktanya adalah para jemaat GIDI pimpinan pendeta Martin Jingga dan Harianto Wanimbo terlebih dahulu melempar jemaah sholat Idul Fitri dan polisi dengan batu. Jumlah para teroris itu lebih dari 200 orang. Polisi lalu melakukan tembakan peringatan ke udara sebanyak tiga kali, namun tak dihiraukan para teroris. Jemaah muslim lalu lari menyelamatkan diri. Jemaat GIDI tetap melempari aparat keamanan, sehingga polisi terpaksa melumpuhkan sebagian penyerang dengan cara sesuai protap.

4.Sekretaris Konfrensi Wali Gereja Indonesia Romo Benny Susetyo mengatakan bahwa yang membakar masjid adalah bukan orang Papua, tapi orang luar yang sengaja datang untuk memperkeruh suasana. Benny tahu pasti itu. Tapi dia mengaku tidak tahu ada surat edaran GIDI. Benny juga mengaku tidak tahu kalau GIDI sudah menutup gereja Advent di Papua.

Ini logikanya dimana, Benny? Anda tahu pasti tentang sesuatu yang baru terjadi, dan kejadiannya dalam suasana kacau, tetapi tidak tahu tentang sesuatu perkara besar yang sudah lama terjadi, dan kejadiannya dalam suasana yang jelas dan terang.

Lagi pula, sudah benderang di dalam surat edaran GIDI itu akan adanya pelarangan pendirian rumah ibadah di Kabupaten Tolikara selain gereja GIDI. Ini adalah indikasi kuat bahwa pembakaran masjid itu sudah direncanakan sebelumnya.

***

Buat para penulis, kami nasehatkan agar janganlah menulis masalah yang sensitif seperti hal ini, berdasarkan data yang minim. Cari dulu data secukupnya. Saat ini, karena media arus utama sudah kurang independent, cenderung mengusung misi tersendiri, maka referensi tambahan haruslah dicari. Status Facebook dan cuitan Twitter dari para saksi lapangan, dapat dijadikan tambahan referensi. Bagaimana pun, saksi mata lebih paham masalah dibanding JK dan Benny yang ada di Jakarta.

Lebih parah lagi jika Anda beropini seolah bijak, tetapi pada hakikatnya malah tambah menyakiti hati ummat Islam. Ummat yang tengah berduka dan sakit hati ini, jangan lagi ditambahi kelukaannya dengan nasihat-nasihat Anda yang terdengar seolah arif, tetapi hakikatnya malah menyalahkan umat Islam.

Kecuali memang Anda berniat membakar niat para mujahid yang memang sudah sedia untuk menjadi syuhada itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun